Daniel, seorang pemuda berusia 17 tahun, hampir kehilangan nyawanya akibat perundungan brutal dari teman-temannya. Namun, sebuah kejadian luar biasa terjadi: ia terjangkit oleh parasit yang telah menimbulkan kekacauan di seluruh dunia.
Parasit ini biasanya menyusup ke otak manusia, mengendalikan tubuh inangnya sepenuhnya. Namun, pada Daniel, sesuatu yang langka terjadi. Alih-alih dikuasai, ia justru bersinkronisasi dengan parasit tersebut, menciptakan ikatan saling membutuhkan satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Mendapatkan Kekuatan Baru.
Bab 2. Mendapatkan Kekuatan Baru.
"Hah... apakah aku masih hidup?" gumamnya.
Ketika dia melihat tubuhnya, matanya terbelalak. Dia menyadari bahwa tubuhnya telah berubah menjadi lebih kekar dan berotot, bahkan ada cetakan delapan roti di sana.
"Ini tidak mungkin!" serunya. "Apa yang terjadi padaku? Kenapa tubuhku bisa berubah seperti ini?!"
Dia mengamati setiap detail, mencoba memahami transformasi yang terjadi. "Apakah ini akibat dari sesuatu yang terjadi di sini?"
Tiba-tiba, sebuah suara menggema di benaknya.
"Aku lapar," ucap suara itu.
Daniel sontak terkejut. "S-Siapa itu? Siapa yang berbicara?" tanyanya sambil menoleh ke sana kemari.
Tak lama kemudian, zat hitam muncul dari tubuhnya, menggeliat dan menyalin wajah Daniel.
Melihat hal itu, Daniel semakin terkejut dan ketakutan. "Hah... S-Siapa kau?"
"Aku adalah Mordis, makhluk dari planet lain bernama Umbra. Kami datang ke planet ini untuk mencari sumber energi baru yang bisa menyuplai kehidupan kami," jawab suara itu.
Mendengar penjelasan tersebut, Daniel masih kebingungan. Otaknya tidak dapat mencerna informasi itu dengan baik.
"Lebih baik kita segera meninggalkan tempat ini dan mulai mencari makanan. Jika tidak, kita berdua akan mati. Dan satu lagi, kini kita telah bergantung satu sama lain. Sebisa mungkin, hindari cahaya, karena jika tidak, kita akan terbakar dan mati."
Daniel merasa seperti kerbau yang di cucuk hidungnya. Tanpa berpikir panjang, dia langsung melangkah keluar tanpa memperdulikan peringatan dari Mordis.
"NYAS! ARGH!"
Daniel berteriak saat kulitnya melepuh dan terbakar. Dengan cepat, dia berlari mencari tempat yang lebih teduh. Matanya terbelalak saat melihat luka bakarnya tiba-tiba diselimuti oleh semacam benang hitam yang meregenerasi sel-sel kulitnya.
"Dasar bodoh! Bukankah aku sudah memperingatkan mu?" ucap Mordis dengan nada kesal.
"M-Maaf, aku benar-benar tidak tahu," jawab Daniel, masih terkejut.
Faktanya, Daniel adalah anak yang sangat jarang bersosialisasi. Dia selalu merasa canggung, bukan karena dia tidak mau berinteraksi, tetapi karena semua orang tampak jijik saat berdekatan dengannya, terutama di sekolah. Hal ini membuatnya menjadi sosok penyendiri.
"Mungkin saat ini kau bingung dengan apa yang aku maksud, tapi sebentar lagi kau akan mengerti. Kemungkinan besar, banyak ras kami sudah berada di planet ini. Mereka mungkin sudah menguasai sebagian besar rasmu dan mengendalikan tubuh mereka sebagai inang."
Entah kenapa, Daniel tiba-tiba merasakan bulu kuduknya meremang. Dia merasa merinding, terutama saat menyadari bahwa tubuhnya kini dikuasai oleh entitas dari planet lain.
Mordis kembali berbicara. "Mulai sekarang, duniamu bukanlah tempat yang damai seperti sebelumnya. Kita harus bertarung untuk bertahan hidup. Kita perlu makan agar bisa terus berkembang dan menjadi lebih kuat."
"Makan? Apa yang harus kita makan?" tanya Daniel.
"Energi kehidupan. Kita bisa menyerap energi kehidupan untuk menjadi lebih kuat. Bagi kami, melahap manusia adalah cara tercepat untuk mendapatkan kekuatan," jawab Mordis.
"Terutama bagian otak dan jantung. Itu adalah nutrisi terbaik yang bisa secara cepat meningkatkan kekuatan kami dan mencapai evolusi yang lebih baik," tambahnya.
"Tapi karena kita berada dalam kondisi yang berbeda, kita juga bisa menyerap energi kehidupan makhluk lain hingga kering. Hasilnya sama saja," ucapnya dengan santai.
Mendengar kata-kata yang begitu brutal disampaikan dengan nada santai, Daniel terdiam seribu bahasa. Dia merasa ingin mual dan muntah, tetapi anehnya, tubuhnya tidak bisa melakukannya.
Siang itu sangat terik, akhirnya Daniel memutuskan untuk berteduh dan menuruti kata kata Mordis untuk bergerak di malam hari. Cahaya matahari ternyata benar benar bisa membakarnya. Itu adalah hal paling menyakitkan dalam hidupnya dan dia tidak ingin mengulanginya.
Waktu terus berjalan hingga tak terasa malam pun datang. Daniel segera bangkit duduknya. Tapi...
BRUGH!
Dia langsung jatuh terduduk.
"Sial apa yang terjadi? kenapa tubuhku sangat lemas? Umpatnya.
"Seperti yang aku katakan, kita butuh makanan. Kita harus segera mahluk hidup yang bisa kita serap energinya" Kata Mordis.
Tiba tiba
KRASAK..!
Telinga Daniel menangkap suara yang sangat jelas dari arah tertentu. Suara itu menggema sangat salam seperti Bass yang resonan, menggetarkan gendang telinganya.
Kemampuan pendengaran, penglihatan penciuman dan indera lannya kini lebih tajam dari sebelumnya. Kepekaannya terhadap gerakan apapun meningkat berkali kali lipat.
"Ada salah satu manusia yang telah di kendalikan.. bersiaplah kita akan membunuhnya dan menyerap vitalitasnya sebagai makanan." Kata Mordis.
Tubuh Daniel seketika menegang. Membunuh? itu adalah hal yang tidak pernah dia fikirkan seumur hidupnya.
"Kanapa? Kau takut? Jika kau takut maka kamulah yang akan mati dan makan olehnya." kata Mordis dengan sinis.
Daniel masih terdiam. Dia masih belum terbiasa dengan semua penjelasan Mordis. Dia sendiri bahkan juga belum menemui seperti apa sosok manusia yang telah menjadi inang dari sebuah parasit.
Menyadari isi pikiran Daniel, Mordis pun tidak lagi banyak berkomentar. lebih baik biarkan saja manusia ini merasakan bagaimana rasanya saat tubuhnya di potong dan di cabik cabik tanpa ragu oleh rasnya.
Tidak lama kemudian sosok yang keduanya bicarakan langsung muncul. Sosok itu adalah seorang wanita muda berusia 25 tahun. Gerakan tubuhnya tampak kaku dan agak kikuk. Saat melihat Daniel aura membunuhnya segera merembes keluar. Elemen kegelapan yang lumayan pekat langsung menyelimuti udara.
Melihat hal ini Daniel tercengang. Dia bingung tidak tahu harus berbuat apa. Tubuhnya membeku seolah tidak bisa bergerak. Tidak lama kemudian hal yang lebih mengerikan terjadi. Kepala wanita terbelah dan mekar seperti kelompok bunga dengan duri duri yang sangat tajam.
Di antara bagian tubuhnya yang terbelah langsung membentuk tantekel seperti sulur tajam yang membentuk mata bor. Sulur itu langsung melesat seperti anak panah menuju ke arah Daniel berada.
WUSH!
Sementara itu Daniel yang menjadi sasaran hanya diam membeku seperti orang bodoh. Melihat Daniel yang seperti orang tolol membuat Mordis sangat marah.
"Bergeraklah Bodoh!" Teriak Mordis dengan keras. suaranya bahkan sampai membuat Kepala Daniel berdengung.
Mortis terpaksa mengambil alih tubuhnya, berusaha untuk menghindar ke samping, namun..
"CRAK! ARGH!"
Bahu Daniel tertusuk sangat dalam.Tantekel itu berhasil menembus bahunya.
Dengan Reflek Daniel membayangkan tangannya berubah menjadi pisau tajam yang bisa memotong tantekel itu.
SLASH!
Tentekel itu benar benar terpotong. Tangan Daniel yang lainnya langsung mencabut sisa tentekel yang menancap di bahunya. Tidak lama kemudian zat hitam mulai menyelimuti lukanya dan regenerasi pun di mulai. Dalam hitungan detik luka itu langsung tertutup.
Bagaimana rasanya? Apakah kamu masih ragu ragu untuk membunuhnya? Jika masih ragu maka tetaplah diam seperti orang bodoh dan matilah." Kata Mordis dengan kesal.
Saat itulah akhirnya Daniel benar benar sadar jika dia ragu ragu dan tidak tegas dalam. Mengambil keputusan maka dia akan mati. Setelah menarik nafas dalam dalam akhirnya dia berkata.
"Baiklah Mordis. Mari kita bertarung bersama dan kalahkan bajingan ini." Ucap Daniel.
"Haha..itulah yang aku tunggu Daniel."
Dalam sekejap mata Daniel langsung merubah sikapnya.
Sementara itu sosok yang telah di kendalikan berkata
"Kau bekerjasama dengan manusia. Hukuman bagi penghianatan adalah kematian." Ucapnya dengan niat pembunuh.
WUSH!
Sebuah tantakel yang sangat tajam kini meluncur menuju Daniel. Namun berbeda dengan sebelumnya, kali ini Daniel bisa menghindarinya dengan mudah.
Tangannya membentuk sebuah pedang tajam seperti samurai dan dia pun mulai melesat dengan cepat sambil mengayunkan pedangnya.
WUSH!
Suara hembusan angin begitu tajam merobek udara.
TRANG TRANG TRANG
Pedang tajam Daniel bertabrakan dengan tantekel monster itu. Tidak mau kalah monster itu membentuk sebuah sebuah pisau besar untuk menangkisnya.
SRAING! SRAING! KLANG!
Jual beli serangan dengan kecepatan tinggi terus berlangsung, Daniel menebas menusuk dan juga menangkis semua serangan dari tantekel itu dengan begitu gesit dan fokus. Meskipun dia tidak pernah pertarung secara nyata tapi dalam fikirannya sudah ada banyak sekali tehnik pertarungan pedang yang dia kuasai.
Ini berkat sebuah game virtual reality yang sering dia mainkan dulu saat kedua orang tuanya masih ada. Sejak mereka meninggal semuanya berubah.
Daniel tidak menyangka keterampilannya dalam game benar benar bisa dia aplikasikan di Dunia nyata saat ini.
Kembali ke cerita
keduanya bergerak dengan sangat cepat ke sana kemari seperti kilatan bayangan hitam di bawah sinar bulan yang sunyi.
KLANG! KLANG!
Daniel melesat dengan sangat cepat, dalam sekejap mata tangannya yang berbentuk pedang tadi kini berubah menjadi tangan besar yang sangat berat dan kuat.
WUSH!
Tangannya terulur dangan kecepatan yang sulit di deteksi oleh mata.
DUAG! BRAK!
Mahluk itu langsung terpental sejauh 4 meter. Tanpa membuang waktu Daniel membayangkan jika dia lemah terhadap cahaya mungkin dia memiliki kelebihan dalam unsur elemen kegelapannya.
Dia pun mulai membayangkan sebuah gerbang teleportasi menggunakan bayangan elemen kegelapan dan memfokuskan sebuah tempat dimana itu adalah titik target.
WUSH! BLUP!
Tubuhnya langsung tenggelam ke dalam bayangannya lalu muncul lagi tepat di titik yang dia tentukan..yaitu tepat di belakang target dan...
JLEB!
Tangan Daniel mulai membentuk pedang pendek dan langsung menusuk jantungnya. Kejadian itu sangat cepat sehingga sang monster gagal menyadarinya. Dengan bantuan Mordis, Daniel mulai menerap energi kehidupan dari monster itu sehingga dia bisa merasakan energi yang sangat murni dan berlipat ganda mengalir ke dalam tubuhnya. Tidak lama kemudian tubuh monster itu mengering menyisakan kerangka yang di balut dengan baju tipis.
"I ini? Luar biasa sekali!" seru Daniel, merasakan kekuatan yang meningkat pesat dalam tubuhnya.
"Jangan cepat berpuas diri," Ucap Mordis dengan tenang. "Kita masih berada di tingkatan yang rendah, jadi perjalanan kita masih panjang. Tapi selamat atas pertarungan pertamamu." Di balik ucapannya yang tenang, Mordis kagum dengan kemampuan adaptasi Daniel.
Daniel bahkan mampu memanfaatkan elemen kegelapan tanpa harus diberitahu. Menyadari hal ini, Mordis merasa beruntung, meskipun masih lemah, Daniel tampaknya memiliki potensi besar untuk tumbuh menjadi jauh lebih kuat.