Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 05
Petang ini, dinda sudah sampai di sebuah desa, di bandung yang terlihat indah dan damai.
Dinda memilih pergi ke sana, sebab dia ingin menenangkan diri.
Dengan berbekal uang tabungan, dinda pun segera mencari kosan di daerah sana. dia berharap menemukan kosan, yang terjangkau harganya.
"Permisi, apa benar ini rumah pak rt?" Dinda terlihat menghampiri seseorang yang sedang bersantai di teras rumah.
Seorang laki-laki paruh baya bertubuh kurus, menatap dan memperhatikan penampilan dinda dari atas sampai bawah.
Dan hal itu membuat dinda, merasa tidak nyaman.
"Maaf Pak, apa benar ini rumahnya Pak rt?" tanya dinda sekali lagi.
"Benar. Kebetulan saya rt di sini. Ada yang bisa saya bantu?" tanya balik Pak rt.
Dinda tersenyum. "Perkenalkan saya dinda, Pak. Saya mau lapor, jika saya akan tinggal di sini. Dan kebetulan, saya sedang mencari kosan sekitar sini, pak." jawab dinda menjelaskan.
"Oh begitu, neng. Kenalkan saya pak badri, ketua rt kampung sini. Sepertinya neng dari kota, ya?"
Dinda mengangguk. "Betul pak, saya memang dari kota. Kalau boleh tahu, apa di sini ada kosan kosong? " tanya dinda lagi.
Pak badri tampak berpikir, mencoba mengingat apa di kampungnya ada kosan kosong.
"Sepertinya ada, neng. Apa mau saya antar?"
Dinda tersenyum senang, akhirnya dia mendapatkan tempat tinggal untuk dirinya.
Pak badri pun dengan senang hati, mengantar dinda untuk melihat kosan. di ikuti oleh dinda, yang berjalan di belakang pak badri.
Tak lama kemudian, Dinda dan pak badri terlihat sudah sampai di kosan yang memang tidak terlalu besar.
Namun bagi dinda, jika tempat itu cukup bagi dirinya dan calon bayinya nanti.
Seorang wanita bertubuh gempal menghampiri mereka. "Ada apa pak rt?" tanyanya heran, kemudian dia pun melirik sekilas pada dinda yang tersenyum kepadanya.
Pak badri tersenyum. "Ini bu asih, ada si neng cantik dari kota. Katanya, dia mau cari kosan di sini. Apa kosan milik bu asih, ada yang kosong?" ujarnya memberitahu.
Seketika wanita yang bernama asih itu, mengukir senyum sebab dia senang, karena kosannya memang ada yang kosong.
"Ada pak rt. Kebetulan kosan saya ada yang kosong. Mau sekalian di lihat dulu?" tanya bu asih, menatap dinda.
Pak badri pun beralih menatap dinda. "Bagaimana neng, apa mau di lihat dulu kosannya?" tanya pak badri memastikan.
Dinda mengangguk. "Boleh, pak, bu. Semoga saja cocok." sahutnya tersenyum.
Mereka bertiga pun segera pergi untuk melihat kosan, yang akan di tempati oleh dinda.
"Bagaimana, neng?" tanya pak badri, saat selesai melihat kosan untuk dinda.
"Saya suka, pak. “jawabnya tersenyum.
Pak badri tersenyum. " Syukurlah, saya senang dengarnya."
Dinda pun mengangguk, kini tatapannya beralih pada bu asih yang berada di sampingnya. "Kalau boleh tahu, sebulannya berapa ya, bu?"tanyanya, memastikan.
" Murah kok neng, cuma empat ratus, "jawab bu asih santai.
Dinda tersenyum, akhirnya dia mendapatkan kosan yang murah dan layak untuk tinggal, meskipun dengan bangunan yang sedikit kecil.
Tetapi dinda bersyukur, karena dia bisa secepatnya mendapatkan tempat tinggal untuknya.
Lingkungan yang menurut dinda sangat baik, dengan orang-orang yang ramah dan baik padanya.
Mulai sekarang dinda pun resmi tinggal di desa itu, dan akan memulai hidup baru bersama calon bayinya.
Bahkan orang-orang di desa itu, sama sekali tidak mempermasalahkan tentang keadaannya, yang hamil tanpa suami.
Justru yang ada mereka di sana merasa kasihan dengan keadaan dinda saat ini.
...****************...
Di rumah sakit jakarta, raffael terlihat gelisah sebab sejak dari tadi, dia tidak menerima kabar dari roy, yang sedang berusaha mencari dinda.
" Kamu kenapa raffael?"tanya Liana.
Raffael melirik sekilas pada Liana. "Aku tidak apa-apa, mah. Hanya saja sampai sekarang, Aku belum mendapatkan kabar tentang dinda, mah."jawab raffael, putus asa.
Liana yang baru tahu pun, seketika terkejut. " Memangnya dinda pergi kemana, raf?"tanya Liana, khawatir.
Raffael menghela nafas, dia pun menceritakan semuanya pada Liana.
Liana sangat terkejut, saat mengetahui jika teman anaknya itu pergi tanpa memberitahu raffael.
Sebenarnya Liana sudah menganggap dinda, seperti putrinya sendiri. itulah kenapa Liana sangat sedih, saat tahu jika dinda tiba-tiba saja pergi.
"Apa sudah terjadi sesuatu, di antara kalian bertiga, raf?" tanya Liana, hati-hati.
Raffael menggeleng pelan. "Hubungan kami baik-baik saja, mah. Bahkan sebelum dia pergi, aku dan roy masih sempat mampir ke kosannya dinda." jawabnya tenang.
Liana pun menghela nafas, bersyukur jika di antara mereka tidak terjadi apa-apa.hanya saja, yang menjadi pertanyaannya, kenapa dinda pergi secara tiba-tiba?
...****************...
Sembilan bulan kemudian...
Dinda sudah mulai terbiasa, dengan kehidupannya sekarang di desa itu.
Bahkan sekarang, dinda bekerja di salah satu rumah makan, yang berada di tempat wisata yang berada di desa itu juga.
Dinda sangat menikmati, kehidupannya sekarang. apalagi di tambah, sekarang dia mempunyai teman yang sama tinggal di kosan itu namun berbeda ruangan.
Dia bernama mastur, seorang laki-laki namun sayang, dia bersikap seperti wanita.
Mastur atau sering di sapa inces ini, merupakan teman baik dinda. bahkan saat dinda sedang ngidam pun inces lah yang selalu menuruti kemauannya.
"Cin...kamu udah periksa belum tuh, perutnya?" Inces menunjuk perut Dinda, dengan gemas.
Dinda tersenyum tipis. "Belum ces. Nanti jika libur, aku akan periksa." jawabnya santai.
"Bener loh, ya. Jangan di tunda-tunda, kasihan biar dedeknya sehat, din." ujar inces, memberi nasihat.
Dinda memutar bola matanya malas. "Iya bawel."
Inces tersenyum mendelik, melihat sikap dinda yang seperti itu kepadanya.
Hari ini seperti biasa, dinda pergi bekerja. meskipun dalam keadaan hamil tua, dinda tidak ingin berhenti bekerja dengan alasan, sangat membutuhkan uang untuk biaya persalinan.
Inces yang melihat hal itu, sebenarnya tidak tega, namun mau bagaimana lagi. sebagai teman, dia hanya mampu memberikan dukungan pada dinda.
Di rumah makan, dinda terlihat bersemangat, meskipun dengan keadaan perut yang sudah besar.
Bahkan pemilik rumah makan pun, sudah menegurnya untuk mengambil cuti saja.
Namun hal itu di tolak oleh dinda, dengan alasan yang masih sama.
***
Di malam hari, setelah sampai di kosan, dinda merasakan sakit pada perutnya. Dia pun, berusaha mencari pertolongan.
Dia pun mencoba, berjalan menuju kosannya inces.
"Tok... Tok... Tok...! Inces... ces...!" teriak dinda meringis kesakitan.
"Ada apa, din?" tanya inces, yang baru saja membukakan pintu.
Dinda meringis, menahan sakit pada perutnya. "Ces...tolong aku. Sepertinya aku akan melahirkan...." ucapnya pelan.
"APA!" pekik inces terkejut. "Duh gimana nih? Oke... oke... oke... tenang... tenang." sahut inces yang awalnya heboh berusaha tenang.
Dinda menggeleng pelan, melihat sikap inces seperti itu. dia pun meminta inces, untuk membawakan peralatan bayi yang sudah dia siapkan di tas yang berukuran sedang.
Dengan cepat inces pun mengambilnya, dan meminta pertolongan pada orang di sekitar sana, untuk membawa dinda ke rumah sakit.
"Pak rt." panggil inces, saat melihat mobil yang di tumpangi pak badri, kebetulan lewat kosan mereka.
Pak badri pun menghentikan mobilnya. "Ada apa kang mastur?" tanyanya bingung.
Inces mendelik saat pak badri, memanggilnya dengan nama asli. "Inces... pak... rt!" protes inces.
"Oh... maaf...saya lupa." ucap pak badri terkekeh. "Ngomong-ngomong ada apa ini, teh?" tanya kembali.
"Ini si dinda, kayak nya mau lahiran. Jadi saya minta pak rt, buat nganterin kita ke rumah sakit." ujar inces menjelaskan.
Seketika pak rt pun, melihat ke arah dinda yang meringis kesakitan. dia pun segera turun dan membantu dinda, untuk masuk ke dalam mobilnya.
Di sepanjang perjalanan kerumah sakit, dinda tiba-tiba saja teringat pada temannya raffael.
Andai saja sekarang raffael ada di sampingnya, mungkin hati dinda akan sangat bahagia dan tidak sesedih itu.
lanjut Thor 🥰