Menceritakan tentang Naomi, seorang istri yang dijual oleh suaminya sendiri untuk membayar hutang. Dia dijual kepada seorang pria tua kaya raya yang memiliki satu anak laki-laki.
"Dia akan menjadi pelayan di sini selama 5 tahun, tanpa di bayar." ~~ Tuan Bara Maharaja.
"Bukankah lebih baik jika kita menjualnya untuk dijadikan PSK?" ~~ Gama Putra Maharaja.
Bagaimana nasib Naomi menjadi seorang pelayan di rumah mewah itu selama 5 tahun? Apa yang akan terjadi padanya setelah 5 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 - Ungkapan yang tidak direncanakan
Hamparan kebun teh yang begitu luas memanjakan mata siapa saja yang melihatnya. Udara yang masih terasa begitu dingin membuat Naomi harus mengencangkan cardigan yang dia kenakan.
Karena pekerjaan Gama sudah selesai, dia memilih untuk mengajak Naomi ke daerah puncak dan menyewa vila untuk hari ini dan besok, lusa mereka sudah harus pulang.
Gama belum pernah ke sini sebelumnya, lebih tepatnya dia tidak tertarik, jadi dia juga tidak berniat membeli vila di sini. Tapi karena sekarang ada Naomi di sisinya, mungkin dia akan membeli vila yang sekarang ini dia sewa.
"Dinginnya," gumam Naomi sembari menggosok kedua tangannya.
Gama yang melihat itu terkikik gemas, "Kita harus lebih sering ke sini biar kamu terbiasa," ujarnya. "Ayo masuk," ajaknya, karena mereka baru saja turun dari mobil setelah perjalanan panjang.
Naomi berlari kecil menuju teras vila, sedangkan Gama mengambil koper di bagasi. Baju mereka memang di jadikan dalam satu koper, saat Naomi pergi dia hanya membawa tas punggung kecil.
Untuk kejadian semalam, silahkan berikan tepuk tangan kepada Gama Putra Maharaja karena berhasil membuat Naomi kembali tersenyum dan mendapatkan rasa percaya dirinya.
Gama masuk ke dalam vila dengan menyeret koper miliknya, dia melihat Naomi yang berkeliling melihat dalam Vila. "Udah lihat kamarnya?" tanyanya.
Naomi menggeleng, "Ayo kita lihat Mas!" balasnya dengan antusias.
Vila ini bukanlah vila dengan dua lantai, ukurannya tidak besar, tapi juga tidak kecil. Memiliki 2 kamar tidur, ruang keluarga, satu kamar mandi, serta dapur kecil. Fasilitasnya cukup bagus karena terdapat penghangat ruangan juga.
Sampai kamar, Gama meletakkan kopernya di samping kasur yang berukuran queen size. Naomi menyibak gorden kamar, pandangannya lagi-lagi melihat hamparan hijau kebun teh. Di sini sangat tenang, sangat cocok untuk menyegarkan pikiran.
"Aku baru pertama kali ke sini. Ternyata bagus juga," kata Gama.
Naomi mengangguk setuju, "Aku juga baru ini, kayaknya enak tinggal di sini, jauh dari hiruk pikuk kota dan polusi."
"Kamu mau tinggal di sini?" tanya Gama. Dia mendekati Naomi yang masih berdiri di dekat jendela kaca.
Lagi-lagi Naomi mengangguk, "Kalau ada kesempatan aku mau tinggal di tempat yang tenang. Dari kecil aku selalu hidup di tengah padatnya Ibu kota. Jadi kalau di suruh milih ya aku milih tinggal di sini."
Sebenarnya dia bukanlah penduduk asli Ibu kota. Dari cerita Ibunya, dulu dia dan ayahnya pindah dari kota kecil ke Ibu kota karena keadaan.
"Ya udah, nanti kita pindah ke sini."
Naomi menatap Gama bingung, "Maksud Mas?"
Gama berdehem dan mengikis jaraknya dengan Naomi. Kedua tangannya memegang bahu Naomi, "Karena kamu mau tinggal di tempat tenang kayak gini, nanti kita sama-sama tinggal di sini ya?"
Naomi mengerjabkan matanya beberapa kali, Gama menurunkan tangannya dan berganti memegang kedua tangan Naomi. "Aku bukan laki-laki yang pandai merangkai kata-kata manis."
Sebentar, Naomi merasa dejavu. Dia pernah berada di posisi ini 6 tahun yang lalu, jangan-jangan----
"Dek! Mas tau kalau kamu masih ragu sama Mas. Mas akui kalau Mas adalah pria brengsek, tapi untuk sekali dan selamanya, Mas mau kamu selalu berada di sisi Mas," lanjut Gama.
Tatapan mata pria itu mengisyaratkan banyak hal.
Jantung Naomi sudah berdegup dengan kencang sedari tadi, "Dek? Kamu mau kan hidup bareng Mas selamanya? Menjalin hubungan ke jenjang yang lebih tinggi, membina rumah tangga dan hidup bersama dengan anak-anak kita sampai tua nanti?"
Perasaan Naomi campur aduk, seperti yang pernah dia ucapakan sebelumnya. Jika dia tidak mencoba, maka dia tidak akan pernah tau apa yang menunggunya di masa depan.
Gama masih menunggu jawaban Naomi dengan sabar, meskipun jantungnya juga sudah ingin melompat kelaur sedari tadi. Percayalah, ini adalah pertama kalinya dia mengungkapkan isi hatinya kepada seorang wanita.
"Aku masih ada kontrak dengan Tuan Bara, Mas," cicit Naomi.
Gama paham, "Tak masalah, aku bisa berbicara dengan Papa tentang kontrakmu. Aku bisa menjaminmu dari Papa dan menebusmu."
Apakah Naomi senang? Tentu saja dia merasa senang. Tapi apakah dia pantas mendapatkan semua ini? Hidupnya sudah berubah 180° sejak menikah, asam, manis, hambar kehidupan sudah pernah dia rasakan.
Coba kita ulas sedikit kehidupan Naomi.
Dia hidup di keluarga pas-pasan, ayahnya meninggal saat dia masih kecil, hanya Ibunya yang mencukupi kebutuhannya hingga besar.
Di saat ibunya bekerja keras menghidupinya dia justru dikeluarkan dari sekolah karena hamil dan berakhir menikah muda.
Selain itu, alasan yang membuat dia menikah muda lebih memilih pergi dari rahimnya, dan dia harus tetap melanjutkan pernikahan yang semakin lama semakin hambar.
Dia saat dia berada di titik lelahnya, pria yang dia panggil suami itu justru menjaminkan dirinya untuk membayar hutang yang digunakan untuk berselingkuh dan foya-foya.
Hingga akhirnya dia menjadi pelayan seperti sekarang. Dia masih bersyukur sampai sekarang karena dia hanya di jadikan pelayan di rumah, bukan di jual untuk menjadi PSK.
Sekarang, anak dari pemilik rumah tempatnya bekerja memintanya untuk membangun rumah tangga dengannya? Pewaris tunggal dari kekayaan Maharaja, haruskah dia bersyukur atau bersedih?
"Apakah aku terlalu buru-buru? Apa aku membuatmu tidak nyaman?" tanya Gama karena Naomi sejak tadi masih diam.
Naomi menelan ludahnya kasar dan menggeleng, "Bisakah kita membicarakan hal ini setelah kembali? Aku ingin berbicara dengan Tuan Bara dulu," balasnya.
Kedua netra Gama menampilkan sorot kecewa, tapi dia juga tidak bisa memaksakan keinginannya. Dia tau jika Naomi terkejut dengan ungkapan hatinya yang mendadak ini. Karena memang hal ini tidak ada di dalam rencanya sebelumnya.
Tapi saat mendengar Naomi yang ingin hidup di tempat tenang jika ada kesempatan, hatinya tergerak begitu saja. Belum lagi karena masalah semalam, dia harus segera mengikat Naomi agar mulut-mulut manusia berisik itu diam tak berkutik.
"Gak masalah. Kita nikmati liburan ini dulu tanpa memikirkan apapun, paham?"
Naomi mengangguk, Gama menarik Naomi ke dalam pelukannya. "Jangan menjadikan ucapanku tadi beban, aku akan menunggu sampai kau yakin dan bisa percaya padaku."
Bersambung
Terima kasih sudah membaca 🤗 Semoga Bab ini tidak mengecewakan kalian
naomi hrus kuat
itu orang iri jgn d pkir kn naomi
senang x baca novel yg ini