NovelToon NovelToon
Kisah Cinta Tak Terduga

Kisah Cinta Tak Terduga

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Cinta Murni
Popularitas:27.8k
Nilai: 5
Nama Author: FT.Zira

Bintang panggung dan penulis misterius bertemu dalam pertemuan tak terduga.

Rory Ace Jordan, penyanyi terkenal sekaligus sosok Leader dalam sebuah grup musik, terpikat pada pesona Nayrela Louise, penulis berbakat yang identitasnya tersembunyi.

Namun, cinta mereka yang tumbuh subur terancam ketika kebenaran tentang Nayrela terungkap.


Ikuti kisah mereka....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. KCTT 33.

"Kau baru saja datang?"

Lucie bertanya ketika melihat Adrian baru saja tiba di kantor di jam seperti biasanya.

"Iya. Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Adrian balas bertanya.

"Apakah Nayla tidak mengatakan apapun padamu sebelum pulang kemarin?" Lucie bertanya lagi dengan dahi berkerut.

"Itu,,,, Uhm,,, Apakah terjadi sesuatu pagi ini?" tanya Adrian, hatinya mulai gelisah.

"Justru itulah yang ingin aku tanyakan padamu," sahut Lucie.

"Biasanya Nayla akan meminta Rose untuk datang lebih pagi ketika mendekati jadwal terbit buku seperti saat ini. Karena kamu yang kini menjadi asistennya, kupikir dia akan memintamu melakukan hal yang sama,"

"Nayla sudah ada di sini pagi-pagi sekali, bahkan sebelum aku datang. Itu hanya terjadi ketika pekerjaannya lebih banyak dari biasanya. Kupikir kau sudah datang, itu sebabnya aku tidak masuk ke ruangannya karena dia tidak suka diganggu," Lucie menambahkan.

Wajah Adrian memucat, dalam benaknya ia mengingat kejadian sore hari sebelum ia meninggalkan kantor kemarin

"Apakah terjadi sesuatu?" tanya Lucie.

"Tidak! Aku ke dalam dulu," Adrian menjawab cepat dan berlalu pergi.

"Ada apa dengan mereka?" Lucie bergumam pelan, menatap punggung Ardian yang menjauh, lalu menaikkan bahunya dan kembali pada pekerjaannya.

Sementara Adrian mengetuk pintu ruangan Nayla dengan gerakan ragu, lalu melangkah masuk begitu mendengar suara sahutan dari dalam.

Di dalam ruangan, Adrian melihat Nayla tengah fokus dengan komputer di depannya. Beberapa dokumen berada di kedua sisinya. Jurnal, data mentah, dan naskah telah tersusun rapi sebagian.

Nayla hanya menoleh sekilas, lalu kembali fokus pada komputer di depannya tanpa mengatakan apapun.

"Maafkan saya karena datang terlambat." Adrian berkata sembari membungkukkan badannya.

"Kau tidak terlambat," jawab Nayla datar.

'Tok,,, Tok,,, Tok,,,!'

"Masuk!" seru Nayla.

Suara ketukan pintu kembali terdengar, menarik perhatian Adrian untuk mengarahkan pandangan pada pintu hanya untuk melihat seorang pelayan cafe pria yang ia kenali sebagai Jim melangkah masuk dengan sebuah nampan berisi secangkir kopi dan dua buah Croissant di tangannya.

"Ini kopimu," ujar Jim seraya meletakkan kopi beserta Croissant ke atas meja.

"Aku ingat tidak memesan Croissant, lalu untuk siapa ini?" tanya Nayla.

"Kamu datang sangat pagi hari ini, jadi aku berpikir kamu belum makan apapun. Anggap saja aku mentraktirmu, dan jangan menolak," sahut Jim.

Nayla tergelak singkat, menghentikan pekerjaannya sejenak seraya mengarahkan pandangan pada Jim.

"Baiklah, terima kasih, Jim," ucap Nayla.

"Bukan masalah," sahut Jim.

"Ahh,,, Apakah kau juga menginginkan sesuatu, Adrian?" dia beralih pandang pada Adrian.

"Tidak, terima kasih," jawab Adrian.

"Kalau begitu, aku pergi dulu," pamit Jim.

Nayla mengangguk.

Adrian duduk dengan perasaan gelisah, rasa bersalah perlahan merayap ke dalam hatinya. Ia melirik ke arah Nayla yang kini tidak lagi mengenakan kacamata masih fokus dengan komputer di depannya.

"Adakah yang bisa saya bantu, Nona?" tanya Adrian.

"Tidak untuk saat ini, kerjakan saja pekerjaanmu," jawab Nayla tanpa menoleh.

Adrian terdiam. Jawaban Nayla justru membuat dirinya teringat dengan apa yang Nayla katakan kemarin sore sebelum ia pergi meninggalkan kantor atas perintah dari Nayla sendiri hingga ia tidak mengetahui jika Nayla berakhir pulang ketika hari telah berubah gelap.

###... Flashback On....###

"Bisakah kau datang lebih pagi untuk besok, Adrian?" tanya Nayla sore itu.

"Besok? Apakah ada sesuatu yang mendesak, Nona?" tanya Adrian.

'Kenapa harus datang pagi? Pekerjaan hari ini sudah masuk hitungan lembur. Bahkan, saat Rose masih di sini, ini tidak pernah terjadi,' batin Adrian.

"Membantuku menyelesaikan beberapa data sekaligus menyusun kerangka naskah, dan itu harus selesai besok," jawab Nayla .

'Data apa lagi yang perlu dikerjakan ketika semua data sudah terkumpul sore ini,' batin Adrian.

Tanpa Adrian sadari, Nayla sudah memperhatikan raut wajahnya dan mengerti bahwa Adrian keberatan memenuhi keinginannya.

"Kau bisa pulang sekarang!" ucap Nayla tiba-tiba.

"Maaf? Maksud anda_,,,,"

"Kau bisa pulang sekarang. Tinggalkan saja hal terakhir yang aku minta kau mengerjakannya, dan pulanglah!" potong Nayla cepat.

"Tidak Nona, biarkan saya menyelesaikannya sebentar lagi," jawab Adrian.

'Jika pada akhirnya aku diminta untuk pulang, mengapa tadi menahanku?' keluh Adrian dalam hati.

"Tidak perlu, ini sudah melewati jam pulangmu. Pulanglah dan tinggalkan saja pekerjaanmu untuk kau kerjakan besok," jawab Nayla.

Apa yang dikatakan Nayla justru terasa menyentil hatinya, namun memilih untuk tidak mengeluarkan sanggahan apapun.

"Baik, saya undur diri," sahut Adrian.

Nayla mengangguk, lalu menghela napas panjang setelah Adrian menutup pintu.

"Kau terlalu menunjukan isi hatimu Adrian. Wajahmu menunjukan semua yang kau pikirkan," Nayla berkata lirih.

###... Flashback Off....###

Adrian sibuk dengan pikirannya sendiri, memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi akibat kecerobohannya sekaligus sikap tidak profesional yang telah ia tunjukkan.

"Keluarlah untuk sementara waktu, Adrian!"

Adrian tersentak, mengangkat pandangannya pada Nayla, namun pandangan wanita itu masih tertuju pada layar komputer.

"Maaf, Nona?" sambut Adrian mengerutkan kening.

"Jika kau segelisah itu di ruangan ini, kau bisa di luar. Aku tidak mengharuskanmu untuk berkerja dalam satu ruangan denganku," ucap Nayla tanpa menoleh.

"Aku juga tahu, kau tertekan jika hanya ada aku di sini. Jadi, kau bisa memilih di mana kau ingin bekerja," imbuhnya.

Adrian tertegun, menatap lekat wajah wanita itu. Karakter Nayla yang baru ia ketahui sejak ia berkerja pada Nayla sekaligus sosok wanita yang menjadi idolanya. Namun karena pekerjaan justru membuat ia menjadi egois dan merasa terbebani dengan pekerjaan, sedangkan Nayla tidak pernah mempersulit dirinya.

"Tidak, Nona! Tolong maafkan saya," ucap Adrian.

"Kau tidak melakukan kesalahan. Kurasa, justru akulah yang salah di sini. Siapapun akan salah mengerti ketika menghadapi orang yang suka berubah-ubah sepertiku," sahut Nayla masih tetap fokus dengan komputernya.

"Tidak, Nona! Anda benar karena mengingatkan saya, namun saya justru mengabaikannya," sambut Adrian.

"Adrian,,,!"

Nayla kembali berkata, menghentikan pekerjaannya sekaligus mengarahkan pandangan pada pria yang kini menjadi asistennya.

"Ada saat dimana kau tidak harus mematuhi sesuatu yang bertentangan dengan hatimu. Jika hatimu mengatakan tidak, maka katakanlah tidak. Jangan mengatakan Ya hanya untuk menyenangkan seseorang,"

"Aku tidak memandangmu sabagai asisten atau bawahan disini. Yang kutahu hanyalah kita sejajar, kapanpun bisa berjalan beriringan, bukan bayangan yang hanya berjalan di belakang pemiliknya,"

"Saya_,,,,"

Adrian gagal melanjutkan kalimat yang akan ia ucapkan, merasa bersalah karena dirinya telah salah mengerti dengan sikap Nayla yang selalu dia tunjukkan padanya. Kini, ia menangkap satu hal yang terlambat ia sadari, Nayla bukan orang yang akan menjelaskan apa yang wanita itu inginkan melalui ucapan. Namun, Nayla cenderung bertindak tanpa banyak bicara.

"Lakukanlah sesukamu!" ucap Nayla pada akhirnya.

'Drtt,,,, Drtt,,, Drtt,,,'

Ponsel Nayla berdering tepat setelah Nayla selesai berbicara, namun tidak terlihat tanda-tanda Nayla akan menjawab panggilan yang masuk.

"Bisakah aku minta tolong padamu, Adrian?" Nayla bertanya setelah suara ponsel itu berhenti.

"Tentu, Nona. Apa yang bisa saya lakukan?" sahut Adrian cepat.

"Bisakah kau temui orang yang telah membuat janji denganku?" tanya Nayla.

"Saya?" Adrian menunjuk dirinya sendiri dengan wajah terkejut.

"Ya," jawab Nayla.

"Apakah tidak masalah jika saya menemui orang yang membuat janji dengan Anda?" tanya Adrian.

"Justru karena akan masalah jika aku yang menemuinya, itu sebabnya aku minta tolong padamu. Tapi, kau bisa menolak jika tidak ingin. Aku bisa meminta Lucie untuk melakukannya," sahut Nayla.

"Baik, Ijinkan saya melakukannya. Siapa tepatnya yang harus saya temui?" tanya Adrian.

"Pengantar surat. Dan kau hanya perlu membelokkan arah jika dia bertanya tentangku. Pengantar surat yang kukenal sedang tidak bekerja karena sakit. Jadi, orang yang mengantarkan surat padaku hari ini adalah pengganti sementara. Apa kau bisa melakukannya?" tanya Nayla.

"Saya bisa melakukannya, Nona," jawab Adrian mulai tersenyum.

"Terima kasih," sambut Nayla.

"Mmmm,,, Apa,,, Apakah Anda marah pada saya, Nona?" tanya Adrian.

Nayla mengangkat wajah, mengarahkan pandangan pada Adrian dengan kening berkerut.

"Kenapa aku harus marah padamu?" tanya Nayla.

"Karena saya tidak mengerjakan semuanya sebaik Rose," jawab Adrian lirih.

Nayla meletakkan telapak tangan di wajah, terkekeh pelan mendengar pertanyaan polos yang dilontarkan pria itu hingga membut Nayla gagal melanjutkan pekerjaan.

"Setiap orang harus memulai disuatu tempat untuk mencapai tujuannya, Adrian. Dan cara terbaik untuk belajar adalah dengan mencoba berbagai hal," Nayla berkata, lalu menyandarkan punggung.

"Kau tidak sebaik Rose? Siapa yang mengatakan hal itu?Jangan menilai buruk dirimu sendiri ketika kau memiliki nilai lebih,"

Adrian tertegun, mengunci pandangan pada wanita yang kini tengah menatap dirinya, lalu menundukkan kepala. Merutuki dirinya sendiri yang telah salah mengerti atas sikap Nayla yang ia sangka ingin menekannya dengan dalih pekerjaan. Nayla justru sangat memikirkannya meski dirinya hanyalah seorang asisten.

"Apakah sangat berat tekanan bagi orang yang akan segera bertunangan?" tanya Nayla lagi.

Wajah Adrian terangkat dengan gerakan cepat, kedua matanya melebar mendengar pertanyaan yang tidak pernah ia duga. Hal yang membuat Adrian spontan bangun dari duduknya dengan sorot tak percaya menatap wanita yang kini justru menopang dagu seolah menikmati keterkejutannya.

"Tu-tu-tunggu,,,, Da-da-dari mana Anda tahu tentang ini?" tanya Adrian tergagap.

"Rose bahkan tidak tahu. Sa-saya tidak mengatakan ini pada siapapun,"

"Tentu saja aku tahu darimu, baru saja kau mengatakannya bukan?" sahut Nayla tanpa beban.

"Tidak,,, tidak,,, tidak mungkin anda hanya mengatakan ini hanya untuk memancing saya agar mengatakannya," jawab Adrian tak percaya.

"Aku mengatakan yang sejujurnya. Aku tahu dari dirimu sendiri saat kau datang ke Apartemenku," jawab Nayla.

"Bagaimana bisa?" tanya Adrian kaku.

"Tenanglah, aku tidak mengatakan ini pada siapapun, dan jika tentang bagaimana bisa, salahkan saja dirimu sendiri yang begitu menunjukkan isi hatimu sendiri bahkan ketika di depanku," sahut Nayla menahan tawa.

"Kenapa kau sekaget itu?" imbuhnya.

"Apakah Anda serius bertanya?" tanya Adrian menelan kasar salivanya, merasa ngeri dengan ketajaman pengamatan yang dimiliki Nayla.

"Saya bahkan tidak tahu kata apa yang harus digunakan, mengerikan atau menakutkan_,,, hemph," ucap Adrian diakhiri membekap mulutnya sendiri.

"Akan kuanggap itu sebagai pujian," sahut Nayla tertawa pelan.

"Kelihatannya suasana hatimu menjadi lebih baik," imbuhnya.

"Berkat Anda," jawab Adrian tersenyum tulus.

'Drtt,,,, Drtt,,,, Drtt,,,,

Ponsel Nayla kembali berdering, menampilkan panggilan dengan nama yang sama beberapa menit lalu.

"Maaf sebelumnya, Nona. Jika anda tidak keberatan, ijinkan saya menjawab panggilannya," ucap Adrian.

"Kau serius?" tanya Nayla memastikan.

Adrian mengangguk.

"Aku tertolong, aku sudah mengatakan tidak pada mereka untuk tawaran yang mereka berikan, tapi tetap saja mereka terus menghubungiku." ucap Nayla seraya menyerahkan ponsel miliknya.

"Apakah saya perlu menegaskan jawaban Anda?" tanya Adrian.

"Ya, tolong," jawab Nayla.

Adrian mengangguk, menerima ponsel Nayla untuk menjawab panggilan. Hingga untuk pertama kali bagi Nayla bisa melihat sisi tegas dan tidak bisa dibantah yang dimiliki pria itu sampai Adrian mengembalikan ponsel pada pemiliknya.

"Jika Anda tidak keberatan dan terganggu dengan hal ini, alihkan saja panggilan itu ke ponsel saya," ucap Adrian.

"Apakah kau yakin? Tidak khawatir jika itu akan membuatmu tak bisa tidur?" tanya Nayla memastikan.

"Saya tidak keberatan akan hal itu, saya justru senang bisa melakukan sesuatu untuk, Anda," jawab Adrian.

"Baiklah, terima kasih," ucap Nayla tersenyum.

"Anda tidak perlu berterima kasih hanya untuk hal ini, Nona," sahut Adrian.

"Hahh,,, sampai kapan kau akan bersikap formal padaku?" keluh Nayla meletakkan telapak tangan di dahinya.

"Saya_,,,,,"

"Lakukan saja apa yang membuatmu nyaman, tidak ada tekanan, apa kau mengerti?" potong Nayla.

"Saya mengerti, Nona. Terima kasih," jawab Adrian.

"Saya akan kembali melanjutkan pekerjaan saya." imbuhnya sedikit membungkuk.

Ketika hari berganti sore, Adrian kembali menghampiri Nayla begitu semua pekerjaannya telah selesai.

"Adakah yang bisa saya bantu lagi, Nona?" tanya Adrian melirik komputer Nayla hingga ia bisa melihat apa yang Nayla kerjakan.

"Tidak," jawab Nayla singkat.

"Anda sedang menulis judul baru?" Adrian bertanya kaget.

"Ya, karena pekerjaanku selesai lebih cepat berkatmu. Jadi aku memilih menulis karya baruku," jawab Nayla.

"Oh,,, Aku lupa mengatakan satu hal padamu. Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku, semua ada disini (menunjuk komputer di depannya). Besok kamu hanya perlu cek dan kontrol ulang, aku tidak ke kantor besok," ucap Nayla.

"Baik, saya mengerti. Hubungi saya jika anda memerlukan sesuatu," sahut Adrian.

'Nona Nayla tidak seburuk itu, aku hanya perlu lebih memahaminya alih-alih protes atas apapun tindakannya. Semua yang dilakukan Nona Nayla selalu berdasar. Dan aku tahu pada siapa aku perlu bertanya tentang semua hal yang berkaitan dengan, Nona,' batin Adrian.

...%%%%%%%%%%%%%...

"Aku mencintaimu, Naya,"

. . . . .

. . . . .

To be continued....

1
💫0m@~ga0eL🔱
si nylose pasti gemoy banget y
Dewi Payang
Semoga Nayla bisa mengungkapnya dengan cepat
F.T Zira: semogaa😌😔
total 1 replies
Dewi Payang
Aku sependapat sama Thomas
F.T Zira: aku punn...
pokoknya banyak yg kecewa ma rory/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Zenun
Semangat kak, episode seru ini. Pen liat cara Nay
F.T Zira: cari ide... mana aku buat Nay punya pentakitt..tambah syulitt kan/Facepalm//Facepalm/
Zenun: Gak perlu pakai aksi kak, cukup pakai trik dan kecerdasan biar bisa membuat Martin dan Rory menelan ludah😄
total 3 replies
Zenun
Penisirin sama cara Nay menyelesaikan masalah ini, tanpa membuka identitas
F.T Zira: /Proud//Proud//Proud/
Zenun: justru aku penisirin 😄
total 3 replies
Zenun
Good job Ethan
F.T Zira: ganti judul jadi cinta segitiga aja kali ya/Facepalm//Facepalm/
Zenun: mantep pokoknya Dahlah Nay jodohin sama Ethan😄
total 3 replies
Zenun
Kalo mereka putus, Nay jangan dikasih balikan sama Rory kak. Ya walaupun aku intip mereka berakhir bersatu hehehe
F.T Zira: di judul sebelh penulisanku kacau banget kak... malu aku judul itu di baca🫣🙈🙈🙈🙈
Zenun: iya, ngintip dikit xixixixi
total 3 replies
Zenun
Iya senang banget, emangnya kenapa? /Whimper/
F.T Zira: perlu di getok dulu yg nanya😖
total 1 replies
Zenun
Tetep Rory salah. Laki-laki kan selalu salah😄
F.T Zira: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Zenun: Nah ini baru benar
total 3 replies
Zenun
Hanya Thomas yang bisa berfikir jernih😁
Zenun
Hentikan Rory, aku kecewa padamu
Zenun: 😄😄😄😄😄😄
F.T Zira: pada kecewa semua ma Rory/Facepalm//Facepalm/
total 2 replies
Zenun
Abaikan omongan Martin
〈⎳ Moms TZ
gak like sama Rory
F.T Zira: pada kesel ma Rory semua/Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
💫0m@~ga0eL🔱
smoga secangkir /Coffee/ bisa ikut menyertai kebahagiaan mereka.
F.T Zira: terima kasih banyak kaka
total 1 replies
💫0m@~ga0eL🔱
setidaknya ada satu orang yg menyayangi mu nylose
F.T Zira: he em.. betul
💫0m@~ga0eL🔱: sulit menemukan yg begitu /Sleep/
total 3 replies
💫0m@~ga0eL🔱
terharuuu aku tuh, Louise dan Nick /Sob//Sob//Sob/
💫0m@~ga0eL🔱
jangan salahkan anakmu jadi begini bapak ibuk /Proud/
F.T Zira: iya sih😅
💫0m@~ga0eL🔱: ya, bukan salah anaknya kalau begini mah.
total 3 replies
💫0m@~ga0eL🔱
klo kalian gak mau asuh, ya udah kirim anak nya kepadang, aku yg ngasuh 😤
💫0m@~ga0eL🔱: enggak beda jauh malah.
F.T Zira: ohh gitu ya,,, aku kirain bahasnya sama..
seperti yg di gunain judika gitu..
seneng denger bahasanya🤭. tapi gak gitu paham. mana punya cengkok nya tersendiri
total 8 replies
💫0m@~ga0eL🔱
itu orang tua nya kurasa pernikahan dini, asal nikah kagak mikir terpukulnya anak karena ulah mereka..
💫0m@~ga0eL🔱
mulutku yang gak ada remnya. apalagi ketemu orang yg satu frekuensi, oalaahh rame jadinya /Facepalm/
💫0m@~ga0eL🔱: /Joyful//Joyful//Joyful/
F.T Zira: setujuuuuuuu/Sneer//Sneer//Joyful//Joyful/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!