Berawal dari jebakan berujung menikah paksa. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Satria guru Matematika yang datang setelah mendapatkan ancaman dan secarik kertas dengan bertuliskan alamat. Tak mengira jika kedatangannya ke rumah salah muridnya akan merubah status menjadi menikah. Terlebih murid yang ia nikahi terkenal cantik namun banyak tingkah.
"Ayu!"
"Nama aku Mashayu Rengganis, panggil aku Shayu bukan Ayu! Dasar guru Gamon! Gagal move On!"
Mampukah Satria menghadapi tingkah istrinya?
Dapatkah keduanya melewati masa pengenalan yang terbungkus rapi dalam ikatan pernikahan? Atau menyerah di saat cinta saja enggan hadir di hati keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulangkan Saya...
Pagi harinya...
"Tidak adakah pakaian yang pantas kamu pakai? Baju olahragamu ketat sekali. Apa kamu tidak berpikir jika kamu akan menjadi menu sarapan pagi oleh para siswa di sekolah?" Lagi-lagi Satria berkomentar tentang pakaiannya, padahal semalam Mashayu sudah diberi ancaman yang membuatnya merengut kesal, dan pagi ini Satria kembali menegurnya dengan pokok permasalahan yang sama.
Mashayu menyelesaikan ikatan tali di sepatunya kemudian segara melangkah mendekat. Gadis itu mengikis jarak hingga hanya menyisakan satu jengkal saja, itu pun di hitung tepat di bagian dadanya. Mashayu memicingkan mata menatap Satria yang membuang muka saat tau Mashayu sengaja memposisikan dirinya hingga nyaris saling bersentuhan.
"Bapak membuat saya terharu sekali loh, perhatian Bapak mengalahkan Papah saya. Sepertinya Bapak pantas dikatakan suami idaman, tapi saya ingin mengingatkan jika istri Bapak itu terlahir sexy dan gemoy, jadi pakai baju yang ukurannya satu di atas size tubuhnya tetap akan terlihat menggoda. Bapak mengerti sekarang?" tanya Shayu dengan suara mendayu dan senyum mengembang. Rasanya dia gemas sekali dengan guru yang berpredikat sebagai suami itu.
Satria menoleh ke arah Shayu, ternyata bukan cuma Mashayu yang merasa gemas. Satria pun ikut merasakan apa yang Shayu rasakan, hanya bedanya Satria gemas karena istri kecilnya itu sulit sekali diatur dan selalu ada saja jawabannya jika diberi tahu. Belum lagi tingkah Shayu yang membuatnya repot setiap hari.
"Kamu itu istri seorang guru dan di sini kamu tinggal bersama keluargaku, sudah sepantasnya kamu menjaga penampilanmu agar mereka tidak mengira aku tidak bisa mendidikmu!"
"Wow... Bapak Satria sudah mengakui saya sebagai istri sekarang? Sudah melupakan masa lalu? Sungguh luar biasa, Bapak membuat saya terharu. Baru seminggu menikah dengan saya sudah bisa lupa dengan mantan. Awas kalau seminggu kemudian bakal jatuh cinta sama saya! Saya tidak mau tanggung jawab loh Pak."
Mashayu segera membalikkan tubuhnya dan meraih tas untuk segera keluar kamar, satu kamar dengan Satria lama-lama membuatnya gerah. Terlebih Satria yang kaku seperti kerupuk dijemur.
Satria hanya menghela nafas berat melihat Mashayu yang sudah keluar dari kamar. Satria masih tidak menyangka dengan takdir hidupnya yang harus menikahi anak didiknya sendiri. Jika gadis yang ia nikahi kalem mungkin Satria masih tolerir, tapi ini sangat jauh dari kriterianya, terlebih Mashayu pandai bersilat lidah.
Di jam pertama Satria mendapat tugas tambahan karena guru olahraga sedang sakit dan tidak masuk mengajar. Dia diberi mandat untuk mengajar matematika serta olahraga. Jadi hari ini tugasnya full sampai jam pulang sekolah. Beruntung kondisi tubuhnya sudah membaik setelah semalam meminum obat, hanya flu ringan yang masih bisa dikondisikan.
Dari jauh murid-murid kelas XII IPA 2 nampak tertegun melihat penampilan Satria yang tidak seperti biasanya. Satria memakai kaos berkerah dengan celana training dan sepatu sport, tidak ketinggalan topi yang ia kenakan sangat mendukung penampilannya.
Semua siswi nampak tersenyum melihat kedatangan guru tampan yang melangkah menuju lapangan. Namun, tidak dengan Mashayu yang menatap jengah kedatangan Satria. Mashayu tidak munafik, damage Guru Gamonnya itu memang tidak ada yang menandingi tapi kok muak mendengar beliau selalu dipuji-puji siswi lain.
"Gila, ini sich bikin gagal fokus."
"Kita mau diajarin pemanasan model gimana ya? Aduh belum pemanasan aja aku sudah mendadak gerah begini."
"Iya rasanya pengen aku ikat terus di tarik bawa pulang."
"Memangnya Pak Satria kambing!"
Riuh sekali murid-murid menyanjung dan membahas tentang kedatangan Satria. Mashayu hanya menggelengkan kepala dengan merotasi bola matanya.
"Shay, kamu kok diem aja sich? Aku aja rasanya mau pipis lihat Pak Satria, duuuhhh... Semakin dekat lagi. Berasa dideketin pangeran berkuda pink."
"Kamu pikir kuda poni! Udah akh, ayo baris! Kurang kerjaan sekali kalian ini, jangan terus di sanjung begitu! Nanti topinya bisa lepas karena kepala Pak Satria membesar setelah mendengar pujian kalian," celetuk Mashayu asal, kemudian merapikan barisan teman-temannya untuk bersiap pemanas.
Satria tersenyum melihat barusan sudah rapi, lalu mulai menyapa semua muridnya.
"Selamat pagi semuanya..."
"Pagi Pak," jawab anak muridnya serentak.
"Pasti kalian bertanya-tanya kenapa Saya yang datang mengajar pelajaran olahraga."
"Pede sekali Anda!" ketus Mashayu lirih tetapi masih bisa didengar oleh Satria. Pria itu hanya mengulum senyum mendengar suara yang sangat ia kenal.
"Hari ini Saya menggantikan Pak Johan karena beliau sedang sakit. Oke, sekarang kita mulai pemanasan dan dilanjut lari satu putaran kemudian pengambilan nilai memasukkan bola ke dalam ring basket. Ayo kita mulai pemanasannya!" seru Satria menginterupsi.
Semua murid dengan kompak melakukan pemanasan dan di lanjut dengan berlari satu putaran di lapangan. Mereka nampak antusias terlebih para siswi yang caper ketika sadar di perhatikan oleh Pak Satria. Keringat mereka pun mulai bercucuran.
Satu persatu murid berlari melewati Pak Satria yang berdiri dengan memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana. Hingga kini giliran Mashayu yang menarik perhatian Satria, tapi bukan wajahnya melainkan bagian dada yang mulai basah oleh keringat. Bahkan Satria mendengar suara sumbang para siswa yang begitu memuji dan mendamba gadis itu.
Satria dengan cepat menghentikan langkah Shayu dengan menarik tangan gadis itu untuk minggir agar tidak tertabrak dengan murid yang berlari di belakangnya.
Shayu yang tidak siap seperti terpelanting hingga menabrak dada bidang Satria. Kedua pasang mata mereka beradu. Shayu mendadak gugup dengan detakan jantung yang semakin berpacu. Padahal tadi jantungnya berdetak cepat saat berlari, tetapi dalam posisi ini Mashayu mendadak seperti berlari lima kali putaran hingga membuat nafasnya begitu sesak.
"Aku tunggu di gudang! Ambil bola basket dan jangan mengajak siapapun!" ucap Satria dingin kemudian mendorong Mashayu membuat gadis itu tersadar telah ditinggal pergi.
Shayu mendadak linglung dengan apa yang terjadi, Arita yang sudah selesai berlari dan menghampiri Shayu. Siswi lain pun banyak yang berbisik setelah mereka melihat adegan mesra Shayu dan Pak Satria.
"Shay, sadar ikh!" Arita tiba-tiba mengulum senyum dengan mata memicing melihat Shayu seperti orang bingung. "Ngaku sama aku kalau kamu telah terpesona dengan Pak Satria... Cie... Lumayan buat mood boster, nolak disentuh pacar tapi tidak kuat dengan sentuhan Pak Satria. Andai itu aku, sudah pingsan rasanya..."
Shayu yang sadar akan ucapan Arita segera menatap sengit sahabatnya itu. "Jangan ngawur! Sudah aku mau ke gudang ambil bola." Shayu teringat akan perintah Satria tadi lalu segera melangkah menuju gudang.
"Mau dibantuin tidak?"
"Sendiri aja, aku masih kuat kok!" seru Mashayu.
Sampai di dalam gudang Mashayu dikejutkan dengan pintu yang tertutup dengan tiba-tiba, dan yang lebih mengejutkan lagi saat ia merasakan lengannya didorong hingga tubuhnya terbentur pintu.
"Pak Satria," seru Mashayu yang masih panik.
"Jangan berisik! Kamu tau kenapa kamu saya suruh ke sini?"
"Untuk mengambil bola Pak," jawab Mashayu dengan gugup karena melihat sorot mata tajam Satria. Terlebih wajahnya yang tidak santai, membuat Mashayu begitu sulit menelan salivanya.
"Lihat pakaian kamu! Kamu mengudang mata liar pria tertuju pada kamu. Aku tegaskan sekali lagi, jangan pernah berpenampilan seperti perempuan yang memasang bandrol di tubuhnya! Karena pikiran pria tidak sama. Menger..."
PLAK
Ucapan satria terhenti saat tamparan mendarat dengan sempurna dari tangan mulus Mashayu. Dia melihat wajah Mashayu memerah dengan mata yang berkaca-kaca. Sepertinya apa yang di katakan olehnya membuat Shayu tersinggung.
"Pulangkan saya jika Bapak keberatan memiliki istri murahan!" Mashayu segera mendorong tubuh Satria dan mengambil dua buah bola basket lalu segera keluar dari ruangan itu.
Satria mengusap kasar wajahnya setelah melihat Mashayu yang sudah keluar ruangan. Satria menghela nafas berat, dia sadar akan ucapannya yang sangat keterlaluan. Namun, dia tidak bisa diam saja melihat Shayu dengan bebas menjadi mangsa mata liar pria yang melihat tubuh gadis itu dengan tatapan lapar.
asyik juga jalan cerita nya...
bucin gk ad obat
aku mah sampe 40 hari ya suami anteng² aja tuh,,apalagi anak pertma sampe 2 bln dia baru minta krn kasian katanya 🤗
jd bini yg baik dn penurut jauh lebih mnyenangkan kok shay dn ttep bisa lanjut meraih gelar setinggi apa yg kamu mau,,dari pd jd bini durhakim 🤣