WARNING ***
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!
Menjadi istri kedua bukanlah cita-cita seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun bernama Anastasia.
Ia rela menggadaikan harga diri dan rahimnya pada seorang wanita mandul demi membiayai pengobatan ayahnya.
Paras tampan menawan penuh pesona seorang Benedict Albert membuat Ana sering kali tergoda. Akankah Anastasia bertahan dalam tekanan dan sikap egois istri pertama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Terlalu Baik
Ben menatap Ana heran. Laki-laki itu tidak percaya jika Ana meminta sesuatu yang tidak pernah ia duga.
"Aku serius, aku sudah memikirkannya," ucap Ana.
"Anastasia, aku tidak paham. Kenapa kau tiba-tiba meminta hal seperti ini padahal sebelumnya kau benar-benar ingin menjaga jarak dariku," ungkap Ben tidak mengerti. Ia benar-benar merasa heran, pemikiran Ana bisa berubah begitu cepat dan membuat Ben kesulitan memahami maksud yang sebenarnya.
"Jangan memikirkan apapun. Aku menginginkan hal itu agar aku bisa segera hamil, bukan karena aku benar-benar ingin."
"Keterpaksaan?" tanya Ben. Ana mendongak, menatap wajah tampan itu dengan tatapan sendu. Kini gadis itu tidak punya harapan, ia akan melakukan segala cara demi bisa segera mewujudkan keinginan Rosalie.
"Aku hanya ingin kita sering melakukannya, itu saja."
"Beri aku satu alasan masuk akal. Aku memang baru mengenalmu, tapi aku tahu kau menyembunyikan sesuatu," desak Ben.
"Jika aku tidak segera hamil, Kak Rose akan menghentikan pengobatan ayahku. Aku tidak mau itu terjadi, ayahku segalanya bagiku. Aku mohon ...." Ana memohon sambil menangis. Kini gadis itu menumpahkan perasaan sedihnya setelah cukup lama menahan.
Ben menggelengkan kepala, laki-laki itu mengusap wajahnya kasar sambil mengumpat pelan. Rosalie benar-benar sudah hilang kendali, wanita itu sudah kehilangan akal sehatnya. Bagaimana bisa ia mengancam Ana dengan hal seperti itu?
"Anastasia, aku suamimu. Jika Rosalie berusaha menghentikan pengobatan ayahmu, maka aku akan melakukannya. Aku akan membiayai seluruh pengobatan itu tanpa kau minta!" seru Ben.
Ana tidak membantah, gadis itu menunduk dan diam. Tekanan serta ancaman Rosalie sukses membuatnya terguncang.
Ben memeluk Ana, laki-laki itu mengusap air mata yang menetes di kedua pipi gadis itu. Ia cukup merasa bersalah, mengapa harus melibatkan gadis malang seperti Ana untuk dimanfaatkan oleh istri pertamanya.
Awalnya Ben kira Rosalie akan bersabar dan tetap menepati janjinya sampai rencana mereka berhasil. Namun nyatanya Rosalie sudah dibutakan oleh obsesinya. Rosalie terbiasa mendapatkan segala yang ia inginkan secara instan, wanita itu tidak terbiasa untuk menunggu dan bersabar.
"Tenanglah, tidak apa. Semua akan baik-baik saja," bisik Ben.
Perlahan, Ana mulai bisa mengendalikan perasaannya dan kembali tenang. Ben mengantar gadis itu masuk ke dalam kamar dan menemaninya tidur.
🖤🖤🖤
Pukul empat sore, Ana bangun lebih dulu. Ia dan Ben tidur saling berhadapan, laki-laki itu melingkarkan lengannya di pinggul Ana, membuat gadis itu merasa nyaman.
Diam-diam, Ana mengamati wajah Ben. Laki-laki itu tidak hanya memiliki ketampanan yang mengagumkan, melainkan tatapan mata tajam yang mampu menghipnotis setiap wanita. Jika saja Rosalie bukan teman semasa kecil sekaligus orang yang ia anggap sebagai seorang kakak, mungkin Ana tidak akan bisa menahan diri untuk tidak menjatuhkan hatinya pada laki-laki itu.
"Kau memiliki segalanya, Kak. Selain kekayaan dan kesuksesan, kau memiliki suami sebaik dia. Jika aku berada di posisimu, betapa bahagianya aku," batin Ana sambil tersenyum samar.
Perlahan, tangan Ana terangkat dan mengusap wajah Ben. Dengan hati-hati Ana meraba bulu halus di sekitar wajah suaminya. Ben terlalu sempurna untuk ditolak, Ben terlalu baik untuk disakiti.
Ana menempelkan telapak tangannya di pipi Ben. Laki-laki itu bisa merasakan setiap sentuhan gadis di hadapannya, ia terbangun dan tersenyum mendapati wajah cantik menjadi pemandangan pertama saat matanya terbuka.
"Kau suka?" tanya Ben dengan suara serak.
"Apa aku membangunkanmu?" tanya Ana.
"Tidak, aku suka kau menikmatinya."
"Andai aku berada di posisi Kak Rose, aku pasti bahagia memiliki suami sepertimu," gumam Ana.
"Kini aku suamimu."
"Andai aku Kak Rose, aku akan rela hanya hidup berdua bersamamu tanpa anak jika itu memang kehendak Tuhan. Bukankah hidup kalian sudah sempurna?"
"Anastasia," lirih Ben. Ia mengecup bibir Ana sekilas, "Manusia ditakdirkan dengan sifat yang serakah dan selalu merasa kurang. Mungkin kami adalah manusia yang tidak pandai bersyukur."
Ana hanya tersenyum, ia tidak bisa menyanggah karena itulah kenyataannya. Jika saja Rosalie hanya fokus untuk sembuh dan menikmati hidupnya bersama Ben, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Mereka tetap bisa hidup bahagia, mengadopsi anak dan merawatnya sepenuh hati. Hanya saja, Rosalie terlalu menginginkan kesempurnaan tanpa cela di mata orang lain.
"Kau tahu, Anastasia. Apa yang membuat orang kaya dan sukses selalu punya banyak masalah dalam hidupnya meski mereka terlihat hidup dengan sempurna?" tanya Ben.
"Semakin tinggi pohon, maka semakin besar pula angin yang berusaha menggoyahkannya," jawab Ana.
"Pepatah lama. Lebih tepatnya, semakin tinggi kedudukan seseorang, maka semakin besar pula tekanannya. Mereka dituntut sempurna, selalu bisa melakukan segalanya, mendapatkan segalanya. Karena mereka selalu diawasi, pendapat orang seakan menjadi tolak ukur kesempurnaannya," jelas Ben.
"Hmm, aku baru tahu."
"Jangan terlalu banyak berpikir. Nikmati hidupmu saat ini, aku berjanji akan selalu ada untukmu."
"Jangan terlalu baik padaku. Tolong jangan lakukan itu," pinta Ana.
"Aku melakukannya karena aku suamimu."
"Tidak, kita melakukannya demi kepentingan satu sama lain, demi keuntungan satu sama lain. Jangan membuatku berharap banyak, jangan berusaha menarik perasaanku," jelas Ana. Gadis itu menyingkirkan lengan kekar di pinggangnya dan turun dari kasur.
Ben terdiam. Saat ini laki-laki itu masih belum bisa meyakini apa yang terjadi dengan dirinya. Apakah semua ini ia lakukan hanya karena sebuah rasa tanggung jawab? Atau atas dorongan nafsu? Atau ada sesuatu yang lain? Ben masih belum yakin.
🖤🖤🖤
harusnya bisa lebih panjang lg biar dapet rasanya ,,ini terlalu cap cus 🤭
eh ternyta rosali udh ko id 🤣
mudah²an ana bisa pergi jauh dn membawa anaknya 😩