Seorang gadis bernama Amira berusia 20 tahun baru di pecat dari pekerjaannya. Karena rekomendasi dari ibu kosnya akhirnya ia masuk ke yayasan pengasuh milik teman ibu kosnya itu. Tak lama ia pun mendapat majikan yang baik bernama nyonya Sarah. Amira sangat menyukai pekerjaannya itu.
Hampir dua tahun ia bekerja disana dan ia pun bukan hanya mengasuh satu anak namun dua sekaligus karena tak lama setelah Amira diterima menjadi pengasuh nyonya Sarah melahirkan anak keduanya. Perlakuan nyonya Sarah yang baik dan bahkan menganggapnya seperti saudara membuat Amira sangat menghormati dan menyayangi majikannya itu begitu juga dengan kedua anaknya.
Suatu hari saat Amira ikut berlibur bersama keluarga majikannya tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang sangat mencekam. Saat suami nyonya Sarah tiba-tiba harus pergi karena urusan kantor terjadi penyerangan terhadap nyonyanya. Dalam keadaan terluka nyonya Sarah menitipkan kedua anaknya pada Amira. Kini Amira harus berjuang menyelamatkan kedua anak majikannya itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ye Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terluka
Amira yang sudah tak sadarkan diri tak merasakan saat tubuhnya dibawa menuju mobil. Tuan Sam yang menggendongnya pun agak kepayahan saat mengangkat bobotnya yang cukup besar itu. Walau begitu ia tidak mengijinkan orang lain membantunya. Hari ini ketika ia melihat betapa beraninya Amira melawan orang - orang yang akan menculik kedua keponakannya itu ia baru dapat merasakan kasih sayang Amira yang tulus pada kedua bocah itu. Ia tak menyangka gadis semuda Amira sudah dapat bersikap sebagai seorang ibu yang bertaruh nyawa demi anaknya bahkan pada dua anak yang bukan darah dagingnya.
Bu Wati pun mengikuti tuan Sam sambil membawa Anna dan Adit. Sedang Lukas sudah bersiap membukakan pintu penumpang. Lalu bu Wati pun masuk terlebih dahulu . Kemudian tuan Sam meletakkan Amira di pangkuan bu Wati baru kemudian Anna dan Adit ikut masuk setelah itu tuan Sam berpindah duduk disamping Lukas. Kemudian mereka pun melaju ke rumah sakit.
Tadi saat Lukas membawa motor Amira menuju kafe ia sempat memasang kamera mikro pada sepeda motor Amira yang langsung tersambung pada hp nya, sehingga saat kejadian usaha penculikan terjadi dia dan Tuan Sam langsung dapat mengetahuinya. Mengetahui dua keponakannya akan diculik tuan Sam dan Lukas langsung pergi ke rumah bu Wati namun sebelumnya ia sudah menghubungi petugas polisi sehingga ketika melihat Amira yang sudah terpojok petugas polisi yang sudah sampai dilokasi pun langsung melumpuhkan pria yang menyerang Amira dengan menembaknya.
Saat tuan Sam pergi membawa Amira yang terluka para petugas itu pun langsung membekuk para pelaku. Polisi ternyata hanya menembak bahu pria tersebut sehingga nyawanya tidak dalam bahaya sedang rekannya yang sudah terkapar akibat perbuatan Amira pun tak dapat melarikan diri sebab saat ia baru tersadar polisi sudah datang dan meringkusnya. Selama perjalanan Anna dan Adit tak henti - hentinya memanggil Amira mereka sangat ketakutan melihat darah yang merembes keluar dari mulut dan juga telinganya.
"Hu..uu... uu bunda..." ucap mereka sambil memegangi kaki Amira.
Tuan Sam yang hanya bisa melihat dari kaca spion depan juga tak dapat menyembunyikan rasa cemasnya. Beberapa kali ia melihat dari kaca spion tak sabar untuk segera sampai di rumah sakit.
"Cepat Lukas..." suruhnya.
"Ini sudah kecepatan maksimum tuan..." ucap Lukas sambil terus fokus melihat ke depan.
Jalanan yang padat karena hari sudah sore membuat perjalanan mereka terhambat, Lukas yang tak mau mendapat dampratan dari tuannya dengan sigap menyalip setiap kendaraan yang ada didepannya, walaupun mendapat umpatan dari pengemudi lain. Dia pun tak segan menerobos lampu merah demi mempersingkat waktu perjalanan ke rumah sakit. Dan hasilnya hanya dalam waktu singkat ia berhasil sampai di depan rumah sakit dan langsung di sambut oleh tim medis yang telah dihubungi tuan Sam sebelumnya dan menunggu di depan pintu rumah sakit. Begitu Amira dipindahkan keatas brangkar ia pun langsung dibawa keruang IGD. Dengan cemas tuan Sam, bu Wati, Anna dan juga Adit mengikuti para petugas medis yang membawa Amira. Tapi saat tiba di depan ruang IGD mereka tak diijinkan masuk dan hanya boleh menunggu di luar.
Sudah hampir satu jam Amira mendapat penanganan dari para dokter di ruang IGD dan akhirnya ia pun dibawa keluar dan dipindahkan keruang ICU karena ia belum juga sadar. Menurut dokter yang merawatnya ada kemungkinan jika nantinya Amira akan mengalami koma . Sebab luka yang terdapat di kepalanya cukup parah.
Bu Wati pun merasa syok sebab selama ini tak pernah ia melihat Amira sakit walau pun cuma demam dan menurutnya Amira itu gadis yang kuat hingga ia tak menyangka jika hal ini menimpa gadis itu. Anna dan Adit pun tak berhenti menangis hingga wajah keduanya pun tampak sembab. Tak terasa sudah terdengar suara azan maghrib berkumandang kemudian Anna dan Adit minta ditemani bu Wati untuk sholat. Memang Amira sudah mengajarkan mereka untuk sholat pada waktunya. Lalu bu Wati pun mengajak mereka ke musholla yang ada di rumah sakit itu. Melihat kedua keponakannya yang sudah faham beribadah membuat tuan Sam tergelitik dengan didikan Amira ... ternyata gadis itu mendidik kedua keponakannya itu dengan baik terutama dalam soal agama.
Selesai sholat bu Wati beserta kedua anak itu berdo'a meminta kesembuhan Amira juga nyonya Sarah. Setelah itu mereka pun kembali keruangan di mana Amira dirawat .
"Uncle ga sholat? '' tanya Anna polos.
"Eh .. iya sayang ini baru mau sholat ... uncle nunggu kalian selesai dulu baru uncle..'' ucap tuan Sam salah tingkah.
Maklum sudah sejak lama ia meninggalkan kewajibannya itu. Lalu tuan Sam pun pergi ke musholla untuk sholat. Ada perasaan kikuk saat ia mengambil air wudhu dan melakukan gerakan sholat namun saat ia sudah melaksanakan kewajibannya itu ada rasa tentram yang menjalar memenuhi ruang batinnya. Setelah sholat tak lupa ia pun mendo'akan adiknya dan juga Amira tak terasa air matanya meleleh saat ia mengucapkan do'anya. Terutama saat menyebut Amira entah mengapa hatinya begitu tidak rela melihat gadis chubby itu penuh luka tak terbayang rasa sakit yang dirasakan gadis itu saat mencoba melindungi kedua keponakannya.
Saat sedang kusyuk dengan do'anya tiba - tiba hp nya bergetar ada nama Lukas disana . Segera ia keluar dari musholla dan mengangkat panggilan dari Lukas.
"Tuan kita harus ke kantor polisi sekarang ... ".
"Baiklah aku segera kesana..." lalu ia langsung mematikan sambungan dan bergegas keruang ICU dimana sejak tadi Lukas disana.
Sesampainya di depan ruang ICU tuan Sam pun pamit pada bu Wati bahwa ia dan Lukas akan ke kantor polisi dan dia meminta agar bu Wati dan kedua anak itu mau diantar ke apartemennya agar mereka dapat beristirahat dan terjamin keamanannya sedang untuk Amira tuan Sam juga telah menyuruh dua pengawalnya untuk berjaga.
Bu Wati pun mengerti dan dia juga bersedia menuruti permintaan tuan Sam. Lalu mereka pun pergi ke apartemen tuan Sam terlebih dahulu setelah itu baru tuan Sam bersama Lukas pergi ke kantor polisi. Sesampainya di apartemen bu Wati langsung membersihkan badan kedua bocah itu dan mengganti baju mereka setelah itu ia juga membersihkan dirinya dan berganti baju. Ternyata sebelum mereka tiba tuan Sam sudah menyuruh anak buahnya untuk membeli pakaian untuk kedua anak itu dan juga bu Wati. Selesai membersihkan diri mereka pun sudah disediakan makanan yang sudah dipesankan secara online oleh tuan Sam. Lalu mereka pun makan bersama. Sedang tuan Sam bersama Lukas langsung pergi kekantor polisi begitu menurunkan bu Wati dan kedua anak itu beserta dua orang pegawal bersama mereka di depan gedung apartemen.
Sesampainya di kantor polisi tuan Sam dan Lukas disambut oleh kapten Rangga yang memimpin kasus tersebut.
"Bagaimana kelanjutan kasusnya Pak?" tanya tuan Sam.
"Begini dari hasil penyelidikan kami orang yang menyewa mereka adalah seorang wanita bernama Mela. Apakah kalian kenal dengan wanita bernama Mela?"
"Bukankah Mela itu sekretaris tuan Bram?" ungkap Lukas.
"Sekretaris?" tanya kapten Rangga.
"Iya pak... dia sekretaris adik ipar saya Bram..." terang tuan Sam.
"Apa mungkin keduanya berkomplot?".
"Entahlah..."
"Tapi apa mungkin Bram tega menyakiti istrinya apalagi buah hatinya sendiri?"
"Kalau itu masih harus kita selidiki lagi..."
"Kalau begitu kami permisi dulu pak..." ucap tuan Sam sambil menjabat tangan kapten Rangga diikuti oleh Lukas lalu mereka pun kembali ke rumah sakit.