Sakit rasanya ketika aku menyadari bahwa aku hanyalah pelarianmu. Cinta, perhatian, kasih sayang yang aku beri setulus mungkin ternyata tak ada artinya bagimu. Kucoba tetap bertahan mengingat perlakuan baikmu selama ini. Tapi untuk apa semua itu jika tak ada cinta untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zheya87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33
Aku pulang kembali ke kos setelah pada pukul tujuh malam. Setelah acara aku membantu Ana membereskan rumah. Beruntung dia memesan catering jadi aku tak perlu membereskan peralatan makan.
Aku merebahkan tubuhku di atas kasur kamarku. Meski sedikit lelah, namun aku senang bisa melihat keceriaan si kembar.
Sedikit terusik dengan omongan orang-orang tadi aku seorang janda yang ada kemungkinan akan menggoda suami sahabatku sendiri Ana.
ah, apa mereka tak tau hubunganku dan Ana sudah seperti saudara kandung. Aku tak mungkin menghianatinya. Apalagi bang Amar sangat baik dan sangat menyayangi istri dan anak-anaknya.
Mengingat keharmonisan rumah tangga Ana, aku kembali teringat dengan kegagalanku. Aku tak seberuntung Ana, meski menikahi pria yang tak dikenalnya namun hidup Ana baik-baik saja. Sedang aku, ketika memilih pria yang aku cintai setengah mati malah berakhir kegagalan.
Masih penasaran dengan hidup Roy, aku memeriksa sosial media miliknya. Namun aku kembali tak menemukan apa-apa. Semoga saja kehidupannya setelah kepergianku kembali membaik.
Hari minggu aku berangkat ke kantor, semua karyawan diwajibkan datang untuk persiapan penyambutan kedatangan CEO dan dewan direksi dari kantor pusat Head Office. Semua sibuk termasuk aku yang ditugaskan membawa baki kalung bunga.
Sambil merangkai bunga dan mendekor seluruh ruangan kantor, karena kebetulan kedatangan para drean direksi kali ini bertepatan dengan hari ulang tahun perusahaan.
Hari H pun tiba, semua karyawan bediri berjejer rapi menyambut kedatangan CEO dan jajarannya. Aku pemegang baki berdiri paling depan di samping Kepala Cabang.
Ketika satu persatu mereka datang, aku kaget bukan main di urutan ketiga ada Eko disana. Aku terdiam, benarkan? Apakah aku tak salah lihat?
Eko mendekat dan menunduk ke samping telingaku sambil membisikkan
" Ternyata Dunia sempit ya Dar "
Aku diam menunduk, pura-pura tak mendengar.
Acara penyambutan pun selesai, dilanjutkan dengan rangkaian acara lain yaitu doa pagi bersama potong tumpeng dan kue ulang tahun. Belum selesai acara, aku sudah harus masuk ke ruang teller. Aku harus melanjutkan pelayanan karena nasabah sudah mulai berdatangan.
Aku semakin tak fokus bekerja, ketika kulihat lalu lalang para dewan direksi di depan area pelayanan.
" Kamu kenapa Dar? Kok ga fokus sih. Uangnya dihitung dulu baru input. Untung ajak nasabahnya jujur. " rekan teller ku mengingatkan
" Iya... Aku ga fokus. Aku ijin ke toilet bentar ya. "
" Iya,.. Pintunya ditutup ya"
" Ok. "
Aku menuju ke toilet paling belakang. Namun tiba-tiba tanganku ditarik dari samping. Eko. Ya, pelakunya adalah Eko. aku menoleh ke samping kiri dan kanan, untunglah tak ada orang di sana. Semua karyawan berkumpul di depan merayakan acara ulang tahun bersama CEO.
" Jadi kamu kabur ke sini Dar? Kamu sembunyi sejauh ini untuk menghindari Roy ? "
" Jangan keras-keras ngomongnya Eko, nanti teman-teman dengar "
" Oh ya gimana? Udah move on? Hmmm? "
Aku diam tak mampu menjawab pertanyaan Eko.
" Ternyata sudah sejauh ini kamu pergi, namun kamu masih mencintainya? "
" Tahu apa kamu dengan perasaanku? Permisi aku masih banyak kerjaan. " lalu aku berbalik kembali ke ruangan teller. Eko tak mengejarku. Aku lega bisa lepas darinya.
Pukul 17.00 pekerjaanku rampung semua. Namun tiba-tiba Pak Henry kepala cabang memanggilku ke ruangannya. Aku heran, pekerjaanku tak berhubungan secara langsung dengannya, biasanya jika diundang ke ruangan pasti karena ada sesuatu kesalahan.
Tok.....tok... Aku mengetuk pintu ruangan. Ternyata di dalam ada Eko juga selain pak Henry.
" Dara , silahkan duduk. Oh ya ini pak Eko Wardhana. Apa kamu kenal ? katanya teman kuliah "
" Eh, iya pak. Kebetulan pak Eko adalah senior saya di kampus."
" Oh ya udah, kamu ngobrol-ngobrol dulu sama pak Eko, saya ke hotel dulu bersama rombongan. Nanti kamu antar pak Eko menyusul kami di Hotel. Ini kunci mobilnya. "
Aku sekarang paham, jadi Eko menggunakan kekuasaannya untuk menemuiku.
" Dara, kamu ga mau tanya kabar tentang Roy?" ucap Eko saat kami tinggal berdua di ruangan ini.
" ga perlu, kalo kamu cuma mau ngomongin tentang Roy, mending aku balik sekarang. "
" Iya....iya ga lagi."
" Dara, ayo kita pulang bersama ke Jakarta. Apa kamu ga rindu dengan kota kelahiranmu? Sudah bertahun-tahun Dara, kurasa cukup waktunya. "
" Aku masih betah dan nyaman di sini. " jawabku singkat.
" Berilah aku kesempatan Dara. Satu hal yang harus kamu tau Dar, aku masih menunggumu."
" Aku rasa aku sudah mengatakannya dengan jelas waktu itu. Diantara kita tak ada celah untuk bersama Eko. "
" Jangan terburu- buru menolakku Dara. Aku berharap kau bisa memberiku kesempatan untuk membuktikan diriku padamu. "
" Kamu tau apa isi hatiku Eko, tak perlu kujelaskan panjang lebar "
" Aku tidak perduli Dara, meski dihatimu sepenuhnya hanya untuk Roy. Aku tulus mencintaimu. Dara, mengapa kau tak menyisakan sedikit saja ruang dihatimu untukku? mengapa hanya ada nama Roy disana? "
" Kau tau Eko? Cintaku sudah mengakar. Aku sendiri sangat tersiksa dengan perasaan ini, biarkan perlahan aku ingin menyembuhkan lukaku sendiri di sini. "
" Dara, ijinkan aku masuk ke dalam kehidupanmu. Jika Roy adalah sumber rasa sakit hatimu, maka aku ingin menjadi penawarnya? "
" Kamu akan menyesali keputusanmu saat ini Eko. Sebelum cintamu mengakar seperti cintaku pada Roy, maka hilangkan perasaan itu. Kamu pantas mendapatkan wanita terbaik "
" Kamulah wanita terbaik itu Dara. Aku akan5 menerima segala konsekuensi apapun asalkan kamu menerimaku. Sudah bertahun-tahun aku menunggu kesempatan ini Dara. Ayo, manfaatkanlah aku. Andalkan aku untuk segala keinginan kamu." Roy semakin memaksakan keinginan konyolnya.
"Lalu, apa bedanya aku dengan Roy? Apa aku akan mengulang sejarah bersamamu? Apa kamu rela kujadikan pelarian? Hahhh?" tak tahan air mataku menetes.
" Dara, dengarkan aku dulu" Eko meraih tanganku. Namun aku menepisnya.
" Sudah sore, aku pulang dulu. Oh ya ini kunci mobilnya pak Henry. Kamu bisa pulang sendiri kan ke hotel? " lalu aku berdiri dari duduk beranjak berjalan ke arah pintu keluar namu Eko memanggilku.
" Dara, tunggu sebentar." aku menoleh
" Oh ya Eko, tolong. Sekali ini tolong jangan beritahu keberadaanku pada siapapun. Meski Roy tak mencariku." Lalu aku berjalan cepat meninggalkan ruangan.
Sepanjang perjalanan menuju kos aku terus menangis. Beruntung hujan sudah mulai turun rintik-rintik sehingga dapat menyamarkan tangisanku.
Mengapa aku harus bertemu orang dari masa laluku? Bukankah ini artinya luka lamaku kembali berdarah.
Satu pesan masuk ke ponselku ketika aku selesai sholat magrib.
" Percayalah Dara, meski kau menolakku berulang kali, aku akan menghabiskan sisa umurku untuk menunggumu. "
Pesan ini pasti dari Eko. Tak perlu heran lagi dia dapat nomorku dari mana.