Ryo Seorang Idola Boy Band yang merupakan pewaris utama Rumah sakit terbesar di negara yang sedang menikmati masa puncak karirnya sebagai Idola. Ia yang dikagumi kaum hawa bak seorang pangeran pujaan selalu bermain dengan gadis manapun yang mau menyodorkan tubuhnya untuk ia nikmati.
Ciuman dengan seorang gadis biasa yang ia temui saat menari balet, membuatnya merasakan hal yang berbeda. Menemukan adanya seorang gadis yang tak mengidolakan bahkan membencinya, membuat Ryo seakan tertantang.
Penasaran dengan gadis yang menolaknya membuat Ryo justru larut dalam perasaan yang membuatnya merasakan namanya kerinduan.
Namun dihati sang gadis, justru terpatri nama Bams yang merupakan sahabat Ryo. Bams yang justru tak menyadari perasaan sang gadis justru hanya merasa kasihan pada gadis malang itu.
Novel vol.1 telah tamat. Sekarang berlanjut pada vol.2 dimana banyak terungkap hal mengejutkan!
Menguji kembali cara Ryo, Aira, Bams & Kiky mencintai pasangan mereka masing masing
CARAKU MENCINTAIM
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafila Asda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ganti dancer?
Bams memperhatikan Ryo yang melakukan dance solo dengan pasangannya. Memang untuk lagu ketiga mereka akan melakukan penutupan dengan dance solo oleh icon boys, Ryo. Saat selesai. Ryo langsung menghampiri Aira untuk mengambil handuk dingin yang tidak pernah Ryo lakukan selama ini.
Aira tetap tidak mempedulikan Ryo. Ia tetap seperti biasa. Tapi ada yang berubah dengan sikapnya pada Bams kali ini. Ia lebih menjaga jarak. Ia tidak ingin terbaca oleh Ryo. Karena kalau Ryo mengatakan pada Bams tentang itu. ia mungkin tidak akan sanggup berhadapan dengan Bams lagi.
Malam itu Aira menari sendiri. Setelah melihat mereka latihan. Aira ingin menari lagi. Apalagi malam ini tidak ada Ryo yang akan mengganggu. Karena sejak selesai latihan sore tadi, ia sudah tidak terlihat di Gedung ME.
Aira mengingat latihan solo yang di main Ryo. Ia memainkan tarian itu dengan tiang sebagai pasangan. Aira mengkombinasikan gerakan tarian solo Ryo dengan baletnya. Terlihat sangat indah. Saat selesai. Ia tersenyum puas. Seolah mengatakan pada dirinya.
“ternyata mudah aja” gumamnya lagi, ia ingin mengatakan pada dirinya, jenis dance apapun bisa ia tarikan.
Tepuk tangan seseorang mengejutkan Aira.
“aku dah duga malam ini!” ucapnya di kegelapan, suara khas Ryo seperti dulu. Yang berjalan mendekatinya di bawah sorot lampu.
Aira yang tadinya ingin melanjutkan kini harus ia batalkan. Karena kemunculan Ryo yang tiba tiba disana.
Padahal aku sudah sangat memastikan kalau malam ini sang pengganggu ini tidak akan muncul. Tapi masih saja ada. Benaknya yang mengatur nafas menatap Ryo yang mendekat dengannya
“ayo!” Ryo mengulurkan tangan untuk menari bersama. Aira hanya tersenyum palsu. Seolah mengatakan tidak. Aira pun melangkah ke sisi ruangan untuk mengambil tas dan jaketnya.
Ryo menarik Aira yang ingin mengambil jaket. Kini Aira berada dalam dekapan Ryo. persis sama seperti dulu ketika Ryo yang menciumnya.
Dia? Benak Aira yang ditarik dalam pelukan Ryo.
Aira pun bergegas melepaskan dekapan Ryo. tapi Ryo justru semakin erat mendekap Aira
“lepasin!” Aira marah.
“kenapa tak kau angkat wajahmu seperti dulu” ucap Ryo yang melihat Aira tidak melihat wajahnya.
“lepasin gak?” Aira terus berusaha berontak di dekapan Ryo.
“kamu sangat membenciku..” tatap Ryo padanya dengan tatapan sayu
Aira mencoba melepaskan diri dan akhirnya Ryo melepaskan. Dia pergi dengan tatapan sangat marah pada Ryo malam itu.
“Sudah ku bilang, aku bukan orang yang senang diperlakukan seperti itu oleh orang seperti kamu!” ucapan Aira sangat ketus saat akan keluar dari pintu.
“tunggu Aira” ucap Ryo
Tapi Aira telah menghilang. Ryo hanya bisa terdiam sendiri dibawah terangnya lampu ruang itu.
*
*
Keesokan hari.
Aira melirik Ryo dengan tatapan dendam. Ia benar benar membenci Ryo saat itu.
Tuhan, kenapa aku harus dipertemukan dengan makhluk Mu yang sangat menyebalkan ini? Benak Aira mengeluh.
Ryo terus berusaha fokus dengan latihan karena pikirannya yang kini terbagi. Bams melihat perubahan pada sikap Ryo akhir akhir ini merasa tidak nyaman. Hubungan Bams dengan Kiky pun merenggang karena ucapan Ryo saat mabuk waktu itu.
“Ryo!” teriak sang koreografer menegurnya untuk kesekian kali karena terus melakukan kesalahan.
“sorry sorry” hanya kata itu yang selalu terucap.
Bams menunduk lelah melihat sahabatnya itu.
“aw!” teriak Tika, dancer pasangan Ryo saat latihan siang itu. Tiba tiba saja pergelengan kaki Tika terasa sangat sakit. Sontak Ryo menahan tubuh Tika yang sedang menari dengannya.
“aa...” Tika kesakitan. Ia dipapah ke sisi ruangan. Ia memegang pergelengan kaki dengan meringis
Memang sudah beberapa hari Tika merasakan pergelangan kakinya kurang nyaman. Mungkin karena ia latihan ektra dalam beberapa hari ini. Ditambah ia harus menggunakan heels saat latihan. Namun ia tak berani mengatakannya karena ia tahu beberapa hari lagi show itu akan dilaksanakan.
Ryo memeriksa pergelangan kaki Tika. Ia melihat ke arah Boman yang datang ke ruang latihan setelah mendengar kejadian itu. Ryo menggeleng, itu berarti Tika tidak akan bisa tampil pada acara hari H.
Tika dibawa oleh paramedis. Mereka pun berkumpul di ruang itu.
“musibah sudah!” ucap Boman terus memegang jidatnya
“acaranya tinggal beberapa hari. Dan kini kita gak punya dancer buat solo Ryo” Boman bertingkah sangat panik.
“kalian keluar dulu, kita meeting bentar disini” ucap Boman.
Boman meminta mereka untuk meeting dadakan dengan masalah ini. Dancer lain di minta untuk rehat sementara mereka membicarakan masalah itu. Aira ingin keluar saat itu, ia mengikuti orang orang disana.
“kamu tetap disini!” pinta Ryo padanya
Aira menatap ke Boman yang menoleh kepadanya
“ambil beberapa kursi Ai. Kita kita meeting sebentar disini” perintah Boman pada Aira
Aira membawa beberapa kursi lipat untuk mereka disana. Bams mengambil membantu membuka dan mereka duduk bersama.
“kamu lanjutin aja kerjaan kamu disini” ucap Boman. Karena Aira tidak berpengaruh pada apapun atas pembicaraan mereka disana. Aira mulai mengambil botol botol yang berserakan. Ia mengepel beberapa tempat yang basah karena beberapa dari dancer yang tadi berbaring meninggalkan keringat.
“kita ganti koregrafinya gak mungkin” ucap koreografer dengan gemulai
“huh..!” keluh Boman yang mungkin sudah tidak punya solusi lagi
“Ganti dancer aja!” jawab Ryo santai
“Ganti dancer? Susah say.. kamu pikir gampang apa?” jawab koregrafer lagi
“gak ada dancer yang bisa kita latih dalam waktu sesingkat ini” ucap Bams
“gak perlu dilatih!” ucap Ryo memandang Aira yang mengepel bagian pojok ruangan itu
“maksud loe?” Boman menanyakan lagi
“ada satu orang yang bisa gantiin Tika, dan gak perlu dilatih lagi” ia masih menatap Aira
Saat mendengar Ryo bicara seperti itu. Aira melihat ke arah Ryo. Bams yang dari tadi memperhatikan Ryo yang hanya menatap Aira bekerja mengernyitkan kening curiga.
Kini mata Aira dan Ryo bertemu. Ia memandang dingin ke Aira seakan mengancam.
Aku mohon jangan katakan pada mereka! benak Aira memelas
Aira menggeleng pelan pada Ryo. Ia seakan meminta agar Ryo tidak menceritakan ia menari disana. Bams melihat reaksi Aira pada Ryo. Ia tidak mengetahui apa yang terjadi antara mereka berdua.
Aku mohon jangan! benak Aira terus menggeleng kecil menatap Ryo yang menatapnya tajam. Ia seakan memohon pada Ryo. Tapi Ryo justru mengangkat alis dan menipiskan bibirnya seolah mengatakan ‘aku akan mengatakannya’.
Memelaslah seperti itu, kana kamu sekarang Ai!! Benak Ryo
Aira panas dingin. Ia pucat karena ketakutan. Bams melihat itu dengan jelas. Setahu dia, Ryo dan Aira bahkan tidak pernah saling sapa, tapi mereka berdua seakan seperti menyimpan sesuatu yang hanya mereka berdua yang tahu.
“siapa?” tanya koreografer setelah menunggu Ryo yang diam
“ada!” ucap Ryo singkat dan kembali melirik ke arah Aira yang pucat melihatnya. Aira mengegang. Ia memegang erat gagang pel yang ia pegang. Jantungnya berdetak kencang karena gugup.
Ryo pasti balas dendam ke aku sekarang! Benak Aira
Ryo kembali menoleh ke Boman dan Bams. Ia melihat ekspresi Bams yang berbeda padanya saat itu. ekspresi curiga.
“Cuman gue gak tau dia mau apa gak” lanjut Ryo kembali melirik Aira yang masih memegang pel dengan tatapan takut.
“siapa bro?” Bams bertanya serius
Ryo menatap Aira lekat. Aira terus menatapnya dengan memohon dan menggeleng kecil.
“Dia!” Akhirnya ucapan itu keluar dari mulut Ryo.
*jangan lupa kasih like dan komentarnya*..
*makasih untuk semua pembaca yang sudi meluangkan waktu membaca novel ku*
*Mohon maaf jika mashi morat marit, karena author masih amatiran*
*Love you all*