Setelah menjadi lulusan terbaik di universitas terkenal, Aira Alisya Alendra diterima menjadi sekertaris di Perusahaan ternama. Aira sangat bahagia ketika diterima di perusahaan itu.
Namun, kebahagiaan itu luntur ketika mengetahui bahwa Ceo baru perusahaan itu adalah Refaldo Galaksi, musuh bebuyutannya sejak SMA.
Tidak disangka, mereka malah terlibat dalam pernikahan yang harus mereka terima karena alasan tersendiri dari masing-masing pihak.
Pernikahan mereka seiring waktu berjalan dengan baik, sampai dimana masalalu Aldo datang...
yuk ikuti cerita mereka👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiela Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
penjelasan Aldo
Aira buru-buru masuk ke rumah, langkah kakinya cepat dan terburu-buru, seperti mencoba melarikan diri dari kenyataan yang baru saja ia hadapi. Begitu ia melangkah masuk, Bi Siti yang sedang berada di ruang tamu terkejut melihat kondisi Aira. Wajahnya sembab, matanya merah, dan langkahnya terburu-buru seperti hendak menghindari sesuatu.
Bi Siti sampai terkejut, karena Aira datang ke dalam rumah dalam keadaan berantakan. Matanya sembab, dan terlihat buru-buru sekali.
Aira buru-buru masuk ke rumah, langkah kakinya cepat, seperti mencoba melarikan diri dari kenyataan yang baru saja ia hadapi.
"Aira... ada apa? Kamu menangis?" tanya Bi Siti dengan cemas, bergegas mendekat.
Tapi Aira tidak memberikan kesempatan untuk bertanya lebih lanjut. Ia hanya tersenyum pahit, kemudian tanpa berkata apa-apa, berlari menuju kamar, menutup pintu dengan keras di belakangnya.
Bi Siti terdiam beberapa detik, merasa ada yang tidak beres. Ia sempat melihat ke luar jendela, berharap bisa mengetahui apa yang terjadi. Namun, saat itu, sebuah mobil berhenti di depan rumah mereka. Mobil yang sangat dikenalnya, yaitu Aldo.
Aldo keluar dari mobilnya dan berjalan cepat menuju rumah. Dengan hati yang penuh kebingungan dan rasa bersalah, ia mengetuk pintu rumah dengan pelan. Ketika pintu terbuka, Bi Siti menatap Aldo dengan raut wajah yang sudah bisa menebak maksud kedatangannya.
"Aldo, ada apa?" tanya Bi Siti dengan nada khawatir, meskipun ia tahu jawabannya sudah jelas.
Aldo mengangguk, wajahnya cemas. Namun, dia tidak menyerah begitu saja. "Aku harus bicara dengan Aira, Bi Siti. Dia perlu tahu kalau aku tidak pernah berniat menyakitinya. Kalau tidak sekarang, entah kapan lagi."
Dengan tekad yang bulat, Aldo bergegas menuju kamar Aira. Ia mengetuk pintu kamar dengan perlahan, meski hatinya berdebar kencang.
"Aira... aku tahu kamu di dalam," kata Aldo dengan suara lembut namun penuh keteguhan. "Tolong, dengarkan aku dulu. Aku hanya ingin menjelaskan semuanya."
Aira, yang masih duduk di sisi tempat tidur dengan kepala tertunduk, mendengar suara Aldo di luar pintu. Ia merasa hatinya sudah terlalu penuh, namun suaranya tetap terdengar tajam dan penuh luka saat ia menjawab.
"Tidak perlu, Aldo. Semuanya sudah jelas." Suaranya pecah, tapi ia berusaha menahan tangis yang hampir tumpah.
Aldo terdiam sejenak, merasa seperti ada dinding besar yang menghalangi antara mereka. "Aira, tolong... dengarkan aku dulu. Aku tahu kamu terluka, dan aku tidak bisa membalikkan waktu, tapi aku ingin kamu tahu satu hal. Aku menikahi kamu tidak sepenuhnya hanya paksaan kakek."
Aira menutup telinga, tidak ingin mendengar lebih lanjut. "Jangan bilang itu, Aldo. Semua sudah jelas, aku ngga bisa terus hidup dengan kebohongan ini."
Aldo mendekatkan dirinya ke pintu, suaranya kini terdengar semakin rendah dan penuh penyesalan. "Aku ngga niat untuk bohong, Aira. Aku tidak pernah ada niat menyakitimu. Tiara memang datang kembali, tapi itu hanya untuk urusan pribadi. Tidak ada lagi perasaan antara kami. Aku tidak pernah menginginkan dia kembali dalam hidupku."
Aira mengangkat wajahnya, matanya yang sembab menatap pintu kamar, seolah berusaha menembusnya. "Tapi kenapa semuanya harus begitu rumit, Aldo? Kenapa aku yang harus merasa seperti ini? Kenapa aku harus menjadi orang ketiga dalam hidup kalian?"
"Keluarga kamu sangat menyukai Tiara, Aku merasa aku hanya memiliki tugas untuk melahirkan anak ini dan pergi meninggalkan kalian."
Aldo menundukkan kepalanya, merasa malu. "Jangan berpikir seperti itu. Kamu bukan orang ketiga. Aku menikahi kamu karena aku pernah mencintaimu waktu SMA. Aku berjanji, Tiara tidak ada lagi dalam hidupku. Hanya kamu."
Aira terdiam, air matanya mulai mengalir lagi. "Aku tidak tahu harus bagaimana, Aldo. Hatiku sudah terlalu hancur."
Aldo tidak bisa menahan diri lagi. Dengan penuh hati-hati, ia membuka pintu dan melangkah masuk ke kamar, berdiri di depan Aira yang kini duduk dengan wajah tertunduk. "Aira, aku mohon. Aku tahu aku tidak bisa langsung memperbaiki semuanya, tapi beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku akan mencintaimu."
Aira mendongak perlahan, menatap Aldo dengan tatapan yang masih penuh kebingungan dan air mata.
Aldo menunduk, mengambil napas dalam-dalam. "Aku janji, Aira. Aku akan melakukan apapun untuk memperbaikinya. Aku tidak akan membuatmu merasa seperti ini lagi. Aku hanya ingin kita bisa bersama, tanpa ada kebohongan, tanpa ada rasa takut."
"Aku ingin kita bahagia, bersama anak kita."
Keheningan melingkupi mereka berdua, namun di tengah kesedihan itu, ada sedikit secercah harapan. Aira masih ragu, tetapi kata-kata Aldo mulai menembus tembok pertahanannya yang tinggi.
Setelah beberapa detik, Aira akhirnya membuka pintu kamar mereka.
Dengan hati yang penuh harapan, Aldo menatap Aira, tahu bahwa meskipun jalan mereka masih panjang, ada kemungkinan untuk memperbaiki semuanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...THANKS FOR READING💋😇...