Dika sebenarnya cowok yang kurang pergaulan atau KUPER istilahnya. Semuanya berubah ketika Dika menjadi siswa di SMA Pelajar yang terkenal di kotanya. Semua orang heran melihat perubahan sikapnya yang periang dan suka usil kepada semua orang namun anehnya banyak orang tidak menyadari keusilannya. Bisa jadi karena wajah tampannya apalagi kaum hawa yang melihat wajah tampanya bahkan senyuman dan rayuan mautnya.
Suatu hari Dika harus berpikir 2 kali bila melakukan sikap usilnya kepada orang lain namun Dika tidak melakukannya apalagi kepada gadis cantik baru dikenalnya yang baru masuk di sekolah tersebut tapi Dika dilaporkan orangtua gadis tersebut ke polisi atas permintaan anaknya hingga harus berurusan dengan polisi sehingga orang tua Dika dan orang tua gadis itu dipertemukan. Namun tidak di sangka kalau orang tua mereka saling kenal bahkan menjodohkan mereka. Bagaimana cerita selanjutnya?, ikuti terus ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANA SUPRIYA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Coba Kemampuan Baru
Dika pura-pura memukul jidatnya sambil berpikir untuk mencoba kemampuan barunya sementara Madan dan kawan-kawannya heran melihat Dika bicara sambil menyalami Madan dan memandang matanya untuk mengetahui Madan sesungguhnya
"Oh dia anak pengusaha tahu yang berhasil di desa ini dan banyak gadis yang sudah jadi permainannya, bahkan orang-orang yang menderita karena sikap dan perbuatannya hingga dia harus di beri pelajaran"
Dika bicara dalam hati setelah mengetahui siapa Madan sesungguhnya sambil tersenyum manis menatap fokus ke mata Madan
"Jadi kita salaman hari Raya ya dan satu-satu kalian datang untuk menerima Angpao dari ku ya"
"Iya"
Tiba-tiba Madan seperti orang yang menurut sedangkan Dika juga jadi terkejut ketika melihat perubahan Madan hingga Dika bingung sendiri ketika melihat perubahan Madan hingga jiwa usilnya makin bertambah
"Apa ini kemampuan baru itu juga ya tapi kenapa dia jadi seperti ini?"
Dika kembali bicara dalam hatinya hingga timbul niatnya untuk mengerjai Madan
"Nah kau jadi orang yang baik ya, sekarang hari Raya, datangi semua orang dan kau minta maaf"
"Iya, Madan minta maaf, Madan jadi anak baik"
"Iya sana minta maaf karena hari ini hari raya"
"Iya, Madan minta maaf"
Madan langsung balik badan untuk menemui kawan-kawannya yang terkejut dan heran dengan sikap Madan yang menyalaminya
"Madan minta maaf ya lahir batin"
Satu persatu kawan-kawannya di salami hingga selesai walaupun kawan-kawannya mengingatkan Madan
"Madan, apa yang kau lakukan?, sadar Dan!"
Tapi Madan seperti tidak mendengar dan tidak perduli hingga selanjutnya menyalami orang-orang yang ada di taman satu persatu hingga semua orang jadi heran dan menganggapnya sudah gila sedangkan kawan-kawannya garuk-garuk kepala dan terus mendampingi Madan
"Madan!,. Sadar Madan"
"Iya Madan, sadar Dan"
"Kalau begini panggil pak Azam papanya"
"Iya ya benar, cepatlah kalian dua panggil papanya sedangkan Fardan, Irhas dan Syauqi menjaganya"
"Iya kami pergi"
Sementara itu Dika tertawa terbahak-bahak melihat sikap Madan kepada semua orang sedangkan Radinka heran dan tidak habis pikir dengan ide usilnya Dika hingga dia menggelengkan kepala
"Dika, adanya ide usilmu ya"
"Habisnya aku menghormati Madan dengan minta maaf untuk tidak mengganggu kita tapi mala dia mempermainkan Dika kalau minta maaf seharusnya di hari raya, ya sudah ku buat saja jadi hari raya sekarang tapi ternyata berhasil yang aku sendiri tidak tahu bagaimana caranya"
"Apa kau tidak tahu caranya?"
Radinka terkejut dan heran dengan apa yang dikatakan Dika yang saat ini kembali tertawa sedangkan Radinka jadi ikut tertawa melihat Dika tertawa sambil memegang perutnya sambil mereka berdua terus melihat apa yang dilakukan sampai akhirnya mereka berdua memegang perut mereka masing-masing
"Adu capek juga tertawa"
"Iya, ini karena Dika yang usil sampai mengerjai Madan seperti itu"
"Aku juga tidak tahu, kenapa bisa seperti itu?"
Dika garuk-garuk kepala sambil menarik napas dan merasakan kesegaran yang dia dapatkan setelah rasa capek karena kebanyakan tertawa
"Jangan bercanda Dika?"
"iya, aku juga tidak tahu kenapa bisa seperti itu? atau karena aku tersenyum dan melihat matanya ya Radinka?"
Dika bertanya kepada Radinka yang kelihatannya tersenyum dan menganggukan kepala
"Iya benar, berarti Dika baru pertama menggunakan kemampuan ini ya?"
"Iya karena aku baru tahu dan aku tidak tahu apalagi yang bisa ku tahu dari kemampuan ku yang baru ini?"
Radinka mengambil batu kecil dan meletakan ditangannya
"Lihatlah Dika batu ini"
"Iya Dinka, aku perhatikan"
Dika memperhatikannya dan tiba-tiba batu yang ditangan Radinka naik keatas hingga kembali lagi ketangan Radinka
"Wow kenapa bisa?, bagaimana caranya Radinka?"
"Seperti sulap.ya Dika"
"Iya benar seperti sulap, kasih tahu caranya Radinka"
"iya, Fokus lihat ke batu itu dan coba rasakan mata Dika seperti tangan yang memegang sesuatu benda"
"Seperti tangan?, bisa memegang sesuatu"
"Iya cobalah Dika'
"Baiklah, ku coba sekarang"
Dika mencoba melihat batu ditangan Radinka dan mengambilnya hingga bergerak dan melayang kearah Dika
"Wow aku berhasil"
Dika teriak kegirangan sedangkan Radinka bertepuk tangan
"Bagus Dika, kamu cepat menguasainya"
"Terimakasih Radinka"
Dika kembali menatap Madan yang masih saja menyalami orang namun kali ini Dika tidak tertawa lagi hanya melihat Madan hingga tiba-tiba ada orang yang usia setengah baya,tinggi besar datang dan setengah berlari menuju tengah-tengah lapangan dimana Madan masih menyalami orang-orang hingga laki-laki setengah baya datang mendekati Madan serta menamparnya
"Prak"
"Adauu"
Madan terkejut dan kesakitan seperti mulai tersadar hingga dia melihat siapa yang menamparnya
"Papa kenapa menamparku?"
"Kau seperti orang gila minta maaf kepada semua orang"
"Apa?, minta maaf kepada semua orang?"
"Iya"
Kawan-kawannya Madan mengiyakan kata-kata pak Azam papanya Madan hingga Madan seperti berpikir dengan apa yang terjadi
"Kenapa ya aku bisa seperti itu?, Madan harus jadi anak baik"
Madan terus berpikir tapi dia lupa kenapa bisa terjadi hingga tiba-tiba papanya bertanya kepada kawan-kawannya Madan
"Itu karena dua anak remaja yang duduk disana, anak itu minta maaf agar jangan di ganggu tapi Madan mengatakan kalau minta maaf di hari raya"
"Anak remaja yang duduk disana?"
Fardan menjelaskan kepada pak Azam sambil menunjuk kearah Dika dan Radinka duduk yang kelihatannya mereka tertawa tapi tiba-tiba Madan kembali minta maaf kepada mereka dan mendekati papanya untuk minta maaf hingga papanya sedih dan haru kalau seumur-umurnya Madan, baru kali dia mau minta maaf tapi semua orang disalami hingga akhirnya.papanya Madan kembali menamparnya
"Prak"
"Adauu"
Madan kembali menjerit kesakitan sambil memegang pipinya
"Papa, kenapa menamparku lagi"
"Itu karena kamu kembali menyalami orang dan minta maaf jadi papa menamparmu lagi untuk membuatmu sadar"
"Kenapa bisa?"
Madan terus berpikir seperti terngiang kata untuk jadi anak yang baik tapi dia tidak bisa mengingatnya hingga tiba-tiba Fardan kembali menunjuk kearah Dika dan Fardan
"Kau bisa seperti itu karena kedua orang itu Madan?"
"Apa?"
Madan dan papanya serta kelima teman-temannya Madan mendekati Dika dan Radinka yang kelihatannya sudah tidak tertawa lagi tapi tersenyum ketika mereka mendekatinya hingga papanya Madan yang lebih duluan berjalan dari Madan dan kawan-kawanya Madan untuk memberi pelajaran kepada mereka berdua sampai begitu dekat dengan Dika dan Radinka
"Hei!, Kalian buat apa anak ku hingga anak ku jadi seperti orang gila dengan minta maaf kepada semua orang?"
Papanya Madan membentak Dika dan Radinka yang tersenyum dan begitu tenang ketika dibentak dan dimarahi oleh papanya Madan hingga Dika mulai bicara
"Sabar pak"