Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33 Menikah
Arman mematung ditempatnya, kata-kata Ardan masih jelas terngiang-ngiang ditelinganya.Sesaat mantan mertua Rani itu menyadari kesalahannya.
" Maaf Rani,tak seharusnya papah berkata kasar dan menuduh kamu yang bukan-bukan.Mamahmu pasti akan sangat kecewa jika tau bagaimana sikap papah terhadap kamu." Gumam Arman sembari menatap punggung Rani yang sudah menghilang dibalik pintu lift.
Penyesalan di akhir tiada guna,entah apa yang Rani rasakan saat ini.Meskipun wanita itu tampak tegar namun tidak dengan hatinya.Dia tetaplah seorang wanita yang berhati lembut,mudah rapuh dan butuh sandaran.
" Ran,Rani tunggu Ran!" Teriak Ardan saat melihat Rani berjalan dengan sangat cepat begitu keluar dari lift.Bahkan wanita yang biasanya tampak ceria itu tak bisa lagi menyembunyikan kesedihannya.
Rani berlarian ke ruang kerja Ardan untuk mengambil tasnya.
Cklek
Brak
Klek
Klek
" Pak biarkan saya pergi!" Ucap Rani saat Ardan berhasil mengunci pintu ruangannya dan menahan Rani untuk tidak keluar dari dalam ruangan tersebut.
" Tidak,apa kamu mau keluar dalam keadaan seperti ini Hem? Nanti apa kata orang? Mereka akan berfikir saya sudah menyakiti kamu atau menyiksa kamu." Ucap Ardan masih berusaha sabar.
" Tapi pak saya harus keluar,saya mau keluar!"
Rani terus memaksa untuk keluar, bahkan wanita itu menarik tangan Ardan dengan kasar.
" Rani!" Suara bariton Ardan membuat Rani bungkam seketika dan airmata luruh dan tangisnya pecah saat itu juga.
Greeep
" Menangislah disini,saya tau sesakit apa yang kamu rasakan." Ucap Ardan sembari membawa Rani kedalam pelukannya.
" Hiks bapak tidak tau,sakit sekali rasanya hiks hanya saya yang tau bagaimana rasa sakitnya.hiks hiks." Rani terisak dipelukan Ardan.
Dari getaran tubuhnya Ardan dapat merasakan betapa dalamnya sakit yang Rani rasakan.
" Pukul saya Ran,pukul atau tampar saya untuk meluapkan kekesalan kamu,rasa kecewa kamu,anggap saya orang yang membuat kamu seperti ini tapi jangan samakan saya dengan dia." Titah Ardan.
Tanpa terasa sudut matanya mengalir air mata,rasa sakit dan tangis pilu Rani mengingatkan duka dan kesakitan yang pernah dia alami.
Luka yang belum sepenuhnya sembuh,luka yang diam-diam berusaha dilupakan,luka yang membuatnya bisa berdiri dan bertahan sampai dititik sekarang.
Tak mudah Ardan berperang dengan luka di hatinya,bibir yang harus selalu tersenyum meskipun hatinya begitu tersayat melihat orang yang dicintai bahagia bersama orang lain.
" Hiks hiks kenapa bapak begitu perduli dengan saya pak.Saya hanya karyawan bapak,saya bukan siapa-siapa bapak.Saya..."
" Huussstttt! Cukup,diam dan jangan bertanya apapun lagi. Apa kamu sudah puas menangis?" Tanya Ardan sembari mengusap air mata Rani dengan punggung tangannya.
" Hiks,bapak ini malah menggoda saya." Rani masih terisak namun senyum tersungging dibibirnya.
" Kalau masih mau menangis maka menangislah,tapi saya mau ambil kaca biar kamu tau sejelek apa wajahmu saat sedang menangis." Goda Ardan membuat Rani tersenyum lebar.
" Kamu lebih terlihat cantik saat tersenyum Rani." Lirih Ardan.
Dibelahan bumi yang lain langit dan Rena tengah mempersiapkan acara pernikahan mereka.Meskipun hanya pernikahan sirih namun keduanya terlihat sangat antusias.
Langit meminta Aris untuk menjadi saksi nikah, meksikpun aris sudah menolak terang-terangan namun langit tetap memaksa hingga akhirnya aris menyetujui permintaan sahabatnya itu.
Hari sudah semakin sora,Rena sudah selesai dengan make up-nya, adik kandung Rani itu terlihat cantik dengan mengenakan kebaya berwarna merah maron.
Perutnya yang sudah mulai membuncit terlihat jelas saat dia mengenakan kain jarik yang dipadu padankan dengan kebaya bagian atasnya.
" Persetan dengan anak yang ada didalam kandunganku.Yang jelas saat ini aku harus menikah dengan mas langit,dengan pernikahan ini tidak akan ada lagi orang yang menggunjingku dan mengatakan bahwa aku kumpul kebo dengan mas langit.Ka Rani,Kakaku syang maaf karna suamimu sebentar lagi akan menjadi suamiku." Ucap Rena sembari melihat tampilan dirinya di depan cermin.
" Wah wah istriku terlihat sangat cantik.Apa kamu sudah siap sayang? Sebentar lagi penghulu datang,ayo kita keluar." Ajak Langit saat melihat Rena yang sudah siap dan rapih,langit mengulurkan tangannya.
Rena menatap langit dengan binar bahagia,wanita yang sebentar lagi akan menyandang gelar nyonyah langit itu menyambut tangan calon suaminya dan menggandengnya dengan mesra.
Sepasang calon suami istri itu lantas keluar kamar dengan tangan saling bergandengan,tak perduli banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka.
" Pasangan yang serasi, bahagia sekali sepertinya kalian ini?" Celetuk aris saat masuk kedalam rumah dan berpapasan langsung dengan langit dan Rena yang hendak keluar menemui beberapa tamu yang sengaja diundang untuk menghadiri dan menyaksikan ikrar suci mereka.
" Wah jelas dong, sepertinya kamu sangat tidak suka dengan kebahagiaan kami aris?" Tanya rena dengan tatapan tidak bersahabat.
" Ck,kenapa si jalang ini berani sekali menatapku seprti itu." Batin aris saat melihat tatapan tak biasa dari rena.
" Aris! Gue minta Lo dateng buakan buat bikin keributan tapi buat jadi saksi dari pihak gue.Jadi tolong jangan pancing keributan disini." Bisik Langit ditelinga aris,sengaja karna beberapa orang terlihat memeprhatikan mereka.
" Assalamualaikum." Suara salam membuat ketegangan diantara keduanya buyar.
" Eh penghulu datang mas." Ucap Rena.
" Pak penghulu mari silahkan masuk." Titah Langit saat menyambut penghulu dan beberapa tamu yang datang bersamanya.
Setelah dipersilahkan masuk penghulu lantas duduk ditempat yang disediakan,semua orang tampak duduk dengan hikmat.
Acra berlangsung dengan hikmat dan setelah ijab qobul penghulu lantas berpamitan.
Semua tamu undangan dipersilahkan menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan.
" Selamat,semoga kalian hidup dengan bahagia." Aris memberikan selamat pada langit dan Rena.
Rena terlihat bahagia sekali setelah berhasil menjadi istri Langit.Begitupun dengan langit yang tampak bahagia,tak terlihat sedikitpun penyesalan atau beban dihatinya.
Sorot matanya menunjukan betapa bahagianya dia sudah bersatu dengan wanita yang sebelumnya menjadi adik tirinya.
" Terimakasih ris,berkat Lo pernikahan ini berjalan lancar." Ucap langit.
" Semoga saja rumah tangga lo juga lancar lang,tapi gue gak yakin sih.Hubungan yang dibuat di atas luka dan penderitaan seseorang biasanya akan berakhir buruk.Tidak akan awet kebahagiaan yang lo rasain,gue emang bukan peramal tapi gue sangat yakin akan hal itu.Kelak Lo akan menyesal sudah melakukan semua ini dan di hari penyesalan itu Lo udah kehilangan semuanya.Gue cuman ingetin,hari di mana Lo menyesali semua ini jangan cari Rani kalau Lo masih punya muka." Puk puk.
Aris menepuk pundak langit dan menatap sejenak wajah sahabatnya yang terlihat merah padam.Tangan langit mengepal dengan erat dibawah sana,dia tak pernah menyangka bahwa sahabatnya akan mengatakan hal seperti itu.
Griyuuut
langit mencengkram kerah baju aris saat aris hendak berbalik badan.
" Maksud Lo apa? Lo nyumpahin gue! Kalau Lo gak suka Lo cukup diam gak perlu nyumpahin gue begini dong." Sungut langit
Matanya terlihat begitu merah,rahangnya mengeras.
" Woy sante bro!" Aris tersenyum sembari melepaskan cengkraman langit dan mengusap kerah bajunya.
Bersambung....
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."