NovelToon NovelToon
Cinta Di Antara Kaset Dan Surat Cinta

Cinta Di Antara Kaset Dan Surat Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan
Popularitas:915
Nilai: 5
Nama Author: mom alfi

Di era 90-an tanpa ponsel pintar dan media sosial, Rina, seorang siswi SMA, menjalani hari-harinya dengan biasa saja. Namun, hidupnya berubah ketika Danu, siswa baru yang cuek dengan Walkman kesayangannya, tiba-tiba hadir dan menarik perhatiannya dengan cara yang tak terduga.

Saat kaset favorit Rina yang lama hilang ditemukan Danu, ia mulai curiga ada sesuatu yang menghubungkan mereka. Apalagi, serangkaian surat cinta tanpa nama yang manis terus muncul di mejanya, menimbulkan tanda tanya besar. Apakah Danu pengirimnya atau hanya perasaannya yang berlebihan?

“Cinta di Antara Kaset dan Surat Cinta” adalah kisah romansa ringan yang membawa pembaca pada perjalanan cinta sederhana dan penuh nostalgia, mengingatkan pada indahnya masa-masa remaja saat pesan hati tersampaikan melalui kaset dan surat yang penuh makna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom alfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20: Pertengkaran Menggemaskan

Rina berjalan dengan langkah yang agak terburu-buru menuju kelas, matanya fokus pada buku catatan yang ada di tangannya, mencoba mengabaikan kegelisahan yang mulai mengisi kepalanya. Sejak pagi, suasana hatinya tidak karuan. Perasaan yang semula sedikit mengapung karena pengakuan Danu yang tertunda semalam, kini mulai berubah jadi campuran kebingungan dan sedikit rasa kesal. Ia tahu bahwa Danu sudah mendengarkan pengakuannya kepada Sari, dan meskipun itu memberi rasa lega, ada sesuatu yang masih terasa aneh. Perasaan itu semakin mendalam ketika melihat sikap Danu yang terasa berbeda hari ini. Sejak tadi pagi, Danu bersikap sangat dingin dan seolah-olah menghindari percakapan lebih jauh.

Saat Rina membuka pintu kelas, ia melihat Danu sudah duduk di bangkunya, asyik dengan buku catatan, namun tampaknya tidak sedang memperhatikan sekelilingnya. Rina mendekat perlahan, memutuskan untuk menyapa, tetapi begitu dekat, Danu hanya melirik sekilas dan kembali menundukkan wajahnya ke meja, seolah tidak ada yang terjadi. Hal itu semakin membuat Rina merasa bingung. Biasanya, Danu akan menyapanya dengan senyum atau setidaknya dengan sedikit obrolan ringan. Tapi hari ini, semuanya berbeda. Dan itu membuat hati Rina sedikit kesal.

Rina duduk di bangkunya dengan cemberut. Sari yang melihat keanehan ini hanya bisa mengangkat bahu dan tersenyum nakal. Ia tahu persis apa yang sedang terjadi. "Ayo, Rina," kata Sari dengan suara rendah, "Lihat itu, Danu kayaknya sengaja ngajak ribut. Tuh, dia sengaja nyuekin kamu, kan?"

Rina mendengus pelan. "Nggak tahu, Sar. Aku nggak ngerti. Kemarin kan dia bilang suka sama aku, tapi kenapa sekarang tiba-tiba kayak gini?"

Sari mendekat, dengan nada menghibur, "Mungkin dia cuma nggak tahu gimana harus ngadepin perasaan kalian berdua, kan? Namanya juga masih remaja. Kalau dia emang suka, mungkin dia cemas atau malu."

Rina melipat tangannya di depan dada, mencoba menenangkan diri. "Malu? Masa sih? Bukannya kita udah saling tahu perasaan masing-masing? Kenapa sekarang malah jadi kayak gini?"

Lalu, saat bel masuk berbunyi, Danu akhirnya mengangkat kepalanya, memberi sekilas pandangan kepada Rina, dan kembali fokus pada pelajaran yang dimulai. Rina merasa hati ini semakin kesal, tetapi ia berusaha sabar. Namun, saat pelajaran berlangsung, tak bisa dipungkiri kalau Rina merasa perasaannya terombang-ambing. Danu yang biasanya selalu ada untuk saling mengerjakan tugas atau sekadar bercanda, kini hanya duduk diam tanpa memberi perhatian pada apapun yang terjadi di sekitarnya.

Rina tak bisa lagi menahan rasa kesalnya. Ketika pelajaran selesai, ia bangkit dari bangkunya, menyusuri lorong kelas dengan langkah yang cepat. Sari mengejarnya dengan penasaran, mencoba untuk menyemangati sahabatnya. “Rina, jangan kabur! Jangan malah makin bikin dia bingung!”

Rina berhenti sejenak dan menoleh, tatapannya tajam, “Maksud kamu, Sar? Dia yang malah bikin aku bingung. Danu tuh aneh! Kemarin dia bilang suka, sekarang malah cuek!”

Sari tertawa kecil, mencoba meredakan ketegangan. “Nah, itu dia. Kamu juga bingung kan? Makanya, jangan terlalu dipikirin dulu. Mungkin Danu cuma butuh waktu untuk mikir. Remaja kayak kalian, banyak yang canggungnya. Jangan buru-buru.”

Tapi Rina sudah terlalu kesal untuk mendengarkan kata-kata Sari. “Aku nggak mau terus-terusan dikerjain kayak gini,” gumamnya, “Aku harus ngomong sama dia, Sar. Kalau nggak, aku makin bingung, deh.”

Setelah itu, Rina langsung menuju tempat di mana Danu biasanya duduk. Danu yang saat itu sedang bercakap-cakap dengan teman-teman di belakang kelas, tampaknya tidak menyadari kedatangan Rina yang mendekat dengan langkah tegas. Namun, sebelum Rina bisa mengatakan sesuatu, Danu yang melihatnya datang justru berdiri dan tersenyum tipis, seolah berusaha menjaga jarak.

"Ada apa, Rina?" tanya Danu dengan suara datar, yang entah kenapa terasa dingin.

Rina merasa darahnya mulai mendidih. Ia melangkah lebih dekat dan berhenti tepat di depan Danu, tanpa bisa menahan kata-kata lagi. "Danu," katanya, suaranya agak gemetar karena kesal, "Kenapa kamu jadi kayak gini? Kenapa kamu bersikap aneh setelah kemarin kita ngomong? Aku nggak ngerti kamu, deh. Kamu bilang suka, tapi sekarang malah ngejauh kayak gini."

Danu terdiam sejenak, terlihat terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba Rina. Ia menatap wajah Rina, lalu menghela napas. "Aku... nggak tahu harus gimana, Rina. Aku juga nggak mau bikin suasana canggung gini. Semua jadi lebih rumit, kan?" jawabnya dengan suara sedikit ragu, seolah mencoba mencari kata-kata yang tepat.

Rina merasa emosinya semakin sulit untuk dikendalikan. "Jadi kamu mau kabur dari perasaan kamu begitu aja? Kamu bilang suka, terus tiba-tiba bersikap kayak gini, dan kamu pikir itu bakal selesai gitu aja?" kata Rina, nadanya sedikit keras, namun jelas sekali menunjukkan kebingungannya.

Danu menunduk, seolah mencoba menenangkan dirinya. "Aku nggak kabur, Rina. Aku cuma... nggak tahu gimana ngomongnya tanpa ngerusak segalanya. Aku takut kalau aku salah ngomong, kamu malah jadi bingung atau malah... nggak mau lagi deket sama aku."

Rina memandang Danu dengan tatapan tak percaya. "Jadi kamu diam aja, ngelakuin apa-apa, biar aku bingung? Itu yang kamu maksud?" tanya Rina, kecewa dengan sikap Danu yang sekarang makin sulit dipahami.

Danu menarik napas panjang, merasa kebingungannya semakin membebani. "Aku takut kamu nggak nyaman, Rina. Aku cuma mau kita tetep jadi teman, nggak perlu terlalu buru-buru. Aku... nggak mau jadi beban buat kamu."

Rina terdiam mendengar penjelasan Danu. Seluruh perasaan kecewa dan kesalnya mulai menguap perlahan. Ia merasa malu juga karena sudah terlalu emosional. "Aku cuma pengen kita nggak terus-terusan kayak gini, Danu. Aku nggak mau nunggu terus, kalau memang kamu suka, ya bilang aja."

Setelah beberapa detik hening, Danu akhirnya tersenyum, meskipun tampak sedikit canggung. "Rina, aku... suka sama kamu. Aku takut kalau semuanya jadi canggung, tapi ternyata aku malah bikin kamu bingung, kan?"

Rina tersenyum lebar, merasa lega akhirnya mendengar kata-kata itu dari Danu. "Aku juga suka sama kamu, Danu," jawabnya dengan jujur.

Danu tersenyum, dan Rina bisa merasakan kehangatan dalam senyum itu. "Gimana kalau kita mulai dari sini, tanpa ribet?"

Rina mengangguk, "Setuju."

Di tengah-tengah suasana kelas yang mulai sepi, dengan tawa yang mengiringi kata-kata mereka, mereka berdua akhirnya menyadari bahwa tidak ada lagi yang perlu disembunyikan. Semua yang terasa canggung dan membingungkan akhirnya menemukan jalan keluarnya. Mereka tahu, meskipun perasaan itu tidak selalu harus diungkapkan dengan kata-kata yang sempurna, tetapi kejujuran yang tulus selalu menemukan tempatnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!