Berawal dari jebakan berujung menikah paksa. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Satria guru Matematika yang datang setelah mendapatkan ancaman dan secarik kertas dengan bertuliskan alamat. Tak mengira jika kedatangannya ke rumah salah muridnya akan merubah status menjadi menikah. Terlebih murid yang ia nikahi terkenal cantik namun banyak tingkah.
"Ayu!"
"Nama aku Mashayu Rengganis, panggil aku Shayu bukan Ayu! Dasar guru Gamon! Gagal move On!"
Mampukah Satria menghadapi tingkah istrinya?
Dapatkah keduanya melewati masa pengenalan yang terbungkus rapi dalam ikatan pernikahan? Atau menyerah di saat cinta saja enggan hadir di hati keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demit
Setelah beberapa hari tidak masuk sekolah. Pagi ini Mashayu telah rapi dengan seragam SMAnya dan bersiap memakai sepatu. Setelah sarapan Shayu pamit pada sang Papah yang juga siap berangkat kantor pagi ini.
"Apa hari ini kamu pulang ke rumah mertuamu?" tanya Papah setelah Shayu mengecup punggung tangan beliau.
"Aku belum tau, Pah. Belum terpikirkan akan itu, aku masih betah disini."
"Lembutkan hatimu, Nak! Bukannya suamimu sudah berusaha datang menemuimu?" tanya Papah dengan menatap dalam wajah putrinya. Beliau berharap Shayu mengurungkan kegigihannya untuk bercerai dari Satria.
"Lihat nanti saja Pah, ada hal yang harus Shayu pastikan dulu. Shayu buru-buru sekarang, berangkat ya Pah!" Shayu melambaikan tangan dan segera berlari menuju mobil. Dia segera melajukan mobilnya menuju sekolah. Sejak kemarin kekhawatirannya pada Satria tak kunjung surut. Entah mengapa dia begitu kepikiran.
Sampai di sekolah, Shayu segera berlari menuju kelas mencari Cakra. Namun, pemuda itu belum datang membuat tubuh Shayu lemas dan duduk di bangkunya dengan menarik nafas dalam dan membuangnya dengan perlahan. Mungkin masih harus bersabar lagi untuk tau kabar tentang Guru Gamonnya.
"Shayu, Ya Allah akhirnya kamu masuk sekolah lagi." Arita yang baru saja sampai segera berlari mendeka dan memeluk Shayu.
Selama tidak masuk keterangan yang Shayu buat adalah sakit. Namun, dia melarang ketiga sahabatnya untuk menjenguk. Shayu bilang dia baik-baik saja hanya mager untuk masuk sekolah. Alhasil, para sahabatnya tidak ada yang datang.
"Selama aku tidak masuk ada berita apa?" tanya Shayu sedikit kepo.
"Tidak ada sich, cuma Pak Guru idaman hati semua siswi sedang dekat dengan Bu Resti. Entah mereka ada hubungan, lagi pedekate, atau memang Bu Restinya saja yang gencar mendekati," jawab Arita yang kemudian duduk di samping Shayu.
"Pak Ga... Pak Satria?"
"Iyalah sopo meneh! Guru tertampan, termanis, ter, ter, ter..."
Shayu menggelengkan kepala dengan menghela nafas kasar. Baru saja akan mencari tahu bagaimana keadaan suami Gamonnya tetapi sudah ada kabar yang membuat moodnya tiba-tiba anjlok.
"Jadi memang selera dia yang sudah dewasa. Ya sudahlah, memang sepertinya sudah tidak ada lagi yang harus dipertahankan."
"Woy ngelamun aja pagi-pagi!" sentak Cakra mengagetkan Shayu hingga membuat tubuh gadis itu tersentak.
Shayu menoleh dengan memicingkan kedua mata menatap dengan kesal. "Kamu ini, tuman!" sewot Shayu dan kembali memangku tangan.
Cakra meminta Arita untuk tuker tempat duduk. Dia mendekati Shayu dan menatap wajah iparnya dengan tatapan serius.
"Ibu merindukan kamu, Bapak juga, kapan mau pulang?"
Shayu menoleh ke arah Cakra sekilas kemudian kembali menatap ke arah jendela. "Belum tau, aku malah berniat tidak akan kesana lagi."
Cakra menghela nafas berat, tetapi tak membuatnya gentar untuk berusaha membuat akur Shayu dengan kakaknya.
"Sebenarnya ada masalah apa to? Tidak sayang mau bubar padahal belum tau rasanya jatuh cinta. Masku kalo sudah main hati bucin loh. Dijamin kamu akan disayangi sampai sulit mau pergi-pergi."
"Gimana mau sayang to Cak, kamu tau sendiri bagaimana Masmu itu. Aku tidak mau tetap hidup dengan pria yang masih betah dengan bayang-bayang masa lalu."
"Kamu juga masih ada Arta to?" tanya Cakra mengingatkan.
"Beda konsepnya, kamu tau lah perasaanku sama dia. Sudah, kamu tidak usah menjelma jadi Mak comblang. Aku dengar malah sainganku bertambah sekarang," celetuk Mashayu saat mengingat akan info yang baru saja ia dengar.
"Hoak, makanya punya suami jangan ditinggal-tinggal. Didekati garangan kamu sewot kan?" Cakra tau, Mashayu mulai cemburu karena miliknya diganggu. Hanya saja sahabatnya belum sadar akan itu.
"Balik sana! Guru sudah mau datang. Jangan sok-sokan jadi demit yang berusaha mendoktrinku!"
"Justru aku jadi bidadara yang ingin menyatukan kalian. Enak aja demit, kalau aku demit kamu sudah aku rebut dari tangan Masku!" sewot Cakra dengan begitu lirih agar tidak ada yang mendengar.
"Sayangnya aku tidak tertarik sama kamu!" ketus Shayu kemudian mendorong tubuh Cakra dan meminta Arita untuk kembali ke bangkunya.
Pelajaran segera dimulai, Shayu kembali fokus belajar dan mengikuti pelajaran dengan baik. Sampai di jam pelajaran kedua selesai, Shayu dan ketiga sahabatnya sudah beralih duduk di bangku kantin.
"Aku kangen bakso, pesan sekalian ya Pan!" ucap Shayu dengan mata berbinar.
"Oke, asal dimakan dan tidak dihujani air mata. Sayang tau bakso mahal-mahal, bukan dimakan malah ditangisi," sahut Topan, dia teringat akan kejadian tempo hari.
"Berisik! Aku sudah lapar Topan," celetuk Shayu dengan memajukan bibirnya.
"Bibirnya kenapa begitu?" colek Arta yang tiba-tiba datang membuat Shayu tersentak dan menepis tangannya. "Maaf, cuma gemas aja." Arta menghela nafas panjang melihat sikap Shayu padanya.
"Kamu ngagetin aku, maaf ya. Tapi lebih baik jangan begitu, aku risih dilihat banyak orang," ucap Shayu dengan senyum tulus. Entah mengapa semakin kesini Shayu semakin tidak nyaman dekat dengan Arta. Kedatangan Arta kemarin karena pemuda itu berniat menjenguk. Bukan karena ada janji temu.
Setelah pesanan datang, Shayu segera melahap bakso yang sudah diracik olehnya. Begitu nikmat sampai lupa Arta yang sejak tadi duduk disebelahnya menatap tanpa niat untuk membuang muka ke arah yang lain.
"Pelan-pelan Sayang!"
"Kamu tidak makan? Ngeliatin aku terus dari tadi, kenyang ya lihat aku makan?" tanya Shayu dengan senyum jail.
"Hhmm, kamu lahap banget soalnya," jawabnya kemudian Arta meminum es teh manis yang ia pesan tadi.
"Kalo gitu dari pada uang jajan kamu nganggur mending buat bayarin bakso aku. Kasihan uangnya nanti jamuran kalau kelamaan di dalam kantong."
"Uh dasar modus!" celetuk Topan.
"Tidak cukup sudah mendapat jatah da_"
"Dari Papah? Enaknya tuh ya ditraktir sama ayang!" sahut Mashayu dengan mata melotot pada adik iparnya. Gemas sekali dia karena Cakra tidak bisa menahan lisannya untuk merahasiakan sesuatu yang belum waktunya diketahui banyak orang.
"Nanti aku yang bayar, ya udah lanjut makannya. Aku mau bayar dan kekelas duluan ya, ada ulangan habis ini." Arta mengusap kepala Sahyu dengan lembut dan segera pergi dari sana setelah melihat senyuman dengan mulut penuh makanan dari sang pacar.
"Wis cepet dihabiskan makanan kalian! Hari ini tuh yang mengajar matematika bukan guru kesayangan kalian. Melainkan Bu Retno yang super killer, guru kelas sepuluh," ucap Cakra memberi informasi.
"Lah memangnya Pak Satria kemana to? Kok tidak mengajar, gagal semangat donk aku," sahut Arita yang kemudian melahap satu butir bakso kecil dan lanjut buru-buru membelah bakso telurnya.
"Pak Satria sakit, kemarin habis kecelakaan motor," jawab Cakra.
Uhuk
Uhuk
Uhuk
Shayu yang sejak tadi menyimak tersentak hebat saat mendengar kabar jika suaminya kecelakaan, hingga ia tersedak dan bakso yang baru akan dikunyah terpental masuk ke dalam mangkuk Arita.
"SHAYU!" teriak Arita dengan meringis menatap isi mangkuknya.
"Cakra kenapa baru bilang?" sewot Shayu.
...****************...
Garangan\= hewan berbulu seperti kucing yang suka makan ayam di malam hari. Betul tidak? Atau kalian punya jawaban sendiri, karena kalau di kampung aku ya itu. Yang tau coment ya!🤗🤗