Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.
Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.
Terima kasih untuk semua support kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Bukan mendapatkan pemandangan indah dari visual selingkuhannya, emosi Daniel justru memuncak melihat Anjani sedang menyandarkan kepala di bahu laki-laki paruh baya. Sudah jelas itu adalah pelanggan yang harus di layani Anjani.
Daniel mengepalkan tangannya, dengan gelap mata dia menghampiri Anjani dan menyeret wanita itu dari kursi. Semua pasang mata tertuju pada teriakan Anjani yang merasa kesakitan.
"Daniel! Sakit, lepaskan tanganku," pekik Anjani.
"Dasar pelacur gila, wanita murahan! Aku sedang membutuhkanmu tetapi kamu malah asik bersandar di kakek-kakek itu!" tunjuk Daniel ke pelanggan Anjani.
Hampir saja terjadi perkelahian hebat antara Daniel dengan si pelanggan. Bagus yang mendengar keributan di sana segera datang untuk melerai.
"Daniel sadarlah! Kau ini sedang berpacaran dengan wanita yang memang pekerjaannya memuaskan para laki-laki. Apa yang kau jadikan masalah di sini?!" Bagus menggoyang-goyangkan kedua pundak Daniel dengan tangannya.
Terpaksa Bagus harus memulangkan Anjani dan Daniel untuk memberikan mereka waktu menyelesaikan masalah. Sebab Anjani memang banyak di cari oleh pelanggan, maka dari itu Bagus tidak bisa memecatnya.
Dengan emosi yang masih memuncak, Daniel pulang bersama Anjani. Selama di jalan dia meninju setir mobilnya sambil terus mengumpat. Hal ini pertama kalinya dilihat oleh Anjani, telapak tangannya dingin dan bergetar dia takut sekali kepalan tangan Daniel mendarat di wajah cantiknya itu.
"Masuk... Cepat!" Daniel mendorong tubuh Anjani saat tiba di depan kamar apartemen.
Sreek!! Sreek!!
"Ini yang akan kamu berikan ke laki-laki bajing*n tadi!" tunjuk Daniel ke dada Anjani yang bajunya sudah di robek hanya dengan sekali tarik.
Awalnya Daniel hanya menunjuk bagian dada, bibir dan bagian sensitif milik Anjani sembari mengumpat. Lama kelamaan Daniel semakin kasar, tangannya meremas semua bagian tubuh Anjani sampai tidak ada sehelai benangpun yang tersisa di tubuhnya.
Anjani hanya bisa menangis dan berusaha menutupi badannya dengan kedua tangan, meskipun selalu di tepis oleh Daniel dia tetap berusaha menghindar.
"Dari awal kamu sudah tahu ini pekerjaanku dan kamu menerima. Jika kamu mencari wanita baik itu adalah istrimu, bukan aku!" lontar Anjani.
Daniel meludah di samping Anjani. "Benar, kamu sungguh wanita menjijikan! Pasti sudah ratusan orang menidurimu, menja-mah seluruh tubuh itu. Tapi aku tidak akan begitu saja melepaskanmu, kamu yang membuat rumah tanggaku hancur, Anjani."
Anjani tidak bisa melakukan apa-apa selain menuruti kemauan Daniel sembari dirinya mencari cara untuk kabur.
*
*
Di sisi lain semakin hari kesehatan Marco semakin menurun, dadanya sering sesak akibat penyakit paru-parunya. Tidak di pungkiri sedari muda Marco adalah perokok berat, kini dia harus mengalami sesak akibat rutinitas buruknya.
Sedangkan Vonny, terlihat sedang mendorong dua koper untuk dirinya dan si anak bungsu.
"Ma, mau kemana pagi-pagi gini sudah rapi sama adik?" tanya Lizda yang sedang menyuapi Aska di samping Marco. Tempat favorit cucu pertama Marco adalah di halaman depan dekat dengan burung-burung peliharaan yang memiliki harga fantastik.
"Mama sama adikmu mau ke Bandung, Lidya sedang sakit. Kemungkinan akan operasi besok, kamu bisa kan temani papamu kontrol?"
Marco terlihat menyimak apa yang istrinya ucapkan dan Lizda mengangguk menyetujui permintaan sang mama.
Vonny mendekat ke Marco untuk berpamitan, kecupan hangat seorang istri yang selama ini selalu menemaninya akan menjadi sesuatu yang di rindukan saat jauh. Vonny akan menemani Lidya selama beberapa hari di Bandung semua sudah atas persetujuan Marco.
Suara mobil yang membawa istri dan anaknya lama kelamaan menghilang.
"Aku baru tahu kalau Lidya sakit. Selama ini dia terlihat selalu tenang dan sehat, sakit apa?" setelah Vonny pergi baru Lizda berani bertanya ke papanya.
"Kelenjar getah bening. Liz, jangan menaruh cemburu ke adikmu dia sangat tulus ke kita. Mungkin tanpa dia perusahaan papa tidak akan semaju sekarang, strategi pemasarannya sangat bagus di era modern seperti ini. Papa kenal kamu, semua hasutan pasti dari suamimu, jangan lagi salah jalan ya. Jika memang kamu masih ingin mempertahankan pernikahan dan percaya bahwa suamimu akan berubah, kamu yang harus tegas agar dia berubah lebih baik." jelas Marco panjang lebar.
"Maafkan Lizda ya, Pa. Hari ini papa istrirahat saja, besok kita akan kontrol. Hari ini aku ada janji bertemu klient yang sudah tertunda,"
"Pergilah, hati-hati." ucap Marco sembari tersenyum.
*
*
"Sar, maaf aku membuatmu menunggu lama," seru Lizda yang baru saja tiba di showroom, tepatnya dia masuk ke dalam ruangan dengan terburu-buru. Pegawainya sudah memberitahukan bahwa Lizda sudah di tunggu sejak satu jam yang lalu.
Sahabatnya Sari, sudah menunggu bersama dengan klient yang akan mencari beberapa mobil untuk perusahaannya.
"Santai, menunggu di perusahaanmu ternyata lebih enak dari pada di butikku ya. Di sini aku bisa memilih akan minum dan makan apa," Sari melempar candaan.
Lizda hanya tertawa kecil karena pandangannya beralih ke laki-laki di samping Sari. Tidak setampan Daniel namun sangat maskulin, kulitnya coklat dan rambut-rambut halus di dagunya menambah karisma laki-laki itu wajahnya asli orang Indonesia.
"Eh iya sampai lupa, ini John yang aku bilang waktu itu. Dia sedang mencari mobil untuk perusahaannya," ungkap Sari.
John, laki-laki itu berdiri mengulurkan tangannya ke Lizda dengan memberikan senyuman pula di wajahnya. Lizda menyambut nya dengan baik.
Lizda bertanya-tanya di dalam batinnya, kenapa laki-laki ini begitu menarik padahal jika dilihat usianya sudah matang. Tidak lebih tampan juga daripada suaminya.
"Lizz!" seru Sari.
"Maaf, aku sedang banyak pikiran akhir-akhir ini jadi fokusku agak berkurang. Ayo silahkan aku tunjukan beberapa mobil yang mungkin bisa menjadi refrensi Mas John." ucap Lizda mengarahkan keluar dari tangannya.
"Aku harus kembali ke butik, kamu bantu dia ya," ucap Sari di tengah perjalanan mereka menuju tempat penyimpanan mobil. Sari tersenyum menaikkan sudut bibirnya, seperti menggoda Lizda untuk berdua dengan laki-laki itu.
Lizda menatap sahabatnya kebingungan sehingga bibirnya belum sempat menjawab, tapi sahabatnya sudah jauh pergi dari pandangan. Sedangkan John menatap Lizda dan tersenyum.
"Emm, mari saya tunjukan beberapa mobilnya,"
"Tidak usah terlalu formal, anggap saja aku seperti Sari temanmu,"
Deg!
Jantungnya berdebar, nada suara John mampu membuat darah di dalam tubuh Lizda bergejolak.