Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepertinya Hamil
Satu jam kemudian.
Di dalam ruang tamu kastil keluarga Argus.
"Terima kasih, Tuan Muda. Aku berjanji tak akan mengecewakanmu dalam hal apa pun. Aku juga akan berusaha menjadi murid terbaik agar Tuan Muda tidak kecewa," ucap Jerry untuk kesekian kalinya.
"Kau jangan terlalu berlebihan, aku hanya menjadikanmu sebagai murid magang," balasku acuh tak acuh.
"Tak masalah, Tuan Muda. Aku sudah sangat senang meski hanya menjadi murid magang, yang terpenting aku bisa belajar cara membuat obat sihir dari Tuan Muda," ujar Jerry, tak henti-henti menyelediki obat buatanku.
Sejujurnya aku agak tak nyaman dengan sikap berlebihan yang. selalu Jerry tunjukan di depanku. Dia tak hanya sangat berisik, tapi dia juga tak pernah mau jauh-jauh dariku.
"Kau lebih baik kembali ke tempat asalmu sekarang, soalnya aku tak bisa memberikan pelajaran apa pun di rumah ini," saranku, sengaja untuk mejauhkan Jerry.
"Tapi, aku masih ingin melihat cara Tuan Muda membuat obat ini. Aku sudah mencoba membuatnya barusan, sayangnya obat buatanku tidak memiliki khasiat seperti obat buatan Tuan Muda," tukas Jerry.
Jelas obat buatan Jerry tak akan memiliki khasiat yang sama, karena aku membuatnya itu menggunakan tangan Sakti alias tangan Dewa Agung. Kini aku jadi bingung menjelaskanya kepada Jerry, tak mungkin juga kalau aku harus membongkar rahasiaku di sini.
"Aku akan menunjukan caranya setelah berhasil masuk ke sekolah Elliot, dan kita akan membahas masalah ini lagi ketika bertemu di sana nanti. Kamu mending pelajari dulu semua resep yang sudah aku berikan, lalu coba meraciknya sendiri menggunakan bantuan sihir alam," terangku sekenanya, lagian mana ada sihir alam di dunia ini.
"Sihir alam? Mungkinkah Tuan Muda bisa menggunakan sihir yang sangat langka itu?!" tanya Jerry tak percaya.
Sial, aku malah menjelaskan sesuatu yang sangat rumit sekarang, mau tak mau harus membodohi Jerry lagi agar ia tidak terus menggangguku.
"Ya, aku bisa menggunakan sihir alam, makanya aku bisa menyempurnakan khasiat dari obat sihir itu," jelasku.
"Pantas saja aku tak bisa melakukannya, ternyata harus ada sihir alam untuk membuat obatnya. Tapi, kenapa Tuan Muda bisa menggunakan sihir alam? Kekuatan itu seharusnya hanya dimiliki oleh bangsa Peri dari benua Heaven," tanya Jerry, matanya menatapku dengan penuh selidik.
"Entahlah, kekuatan ini tiba-tiba bangkit di dalam tubuhku setelah aku meminum racun waktu itu. Mungkin saja Dewa Agung sengaja memberikannya agar aku bisa mengatasi masalah penyakit mematikan yang selalu menakuti semua rakyat di kerajaan Narandra," terang ku sekenanya lagi.
"Oh begitu, aku mengerti sekarang," balas Jerry, kepalanya manggut-manggut seakan sudah menyadari sesuatu.
"Kau sudah paham, kan? Jadi, tolong rahasiakan masalah ini dari semua orang, terutama dari Putri Maria dan Nona Aluna," pintaku sekaligus menegaskan.
"Kenapa harus dirahasiakan, Tuan muda? Bukankah kemampuan ini sangat bagus untuk meningkatkan kembali reputasi keluarga Argus di depan Baginda Ratu?" tanya Jerry agak kebingungan.
"Kau jangan banyak tanya, ikuti saja perintahku kalau kau masih ingin menjadi muridku." tegasku seraya beranjak dari kursi ruang tamu.
"Aku mau istirahat dulu sekarang, kau boleh pergi bila sudah tak punya keperluan lagi," ujarku kemudian.
Aku tinggalkan saja Jerry di ruang tamu, sementara aku akan langsung pergi ke kamarku. Entah apa yang akan dilakukan oleh pemuda itu nanti, yang pasti aku harus lebih berhati-hati lagi.
"Apa kamu yakin ingin menjadikan Jerry sebagai muridmu? Dia orangnya sangat ambisius loh," sapa Laura ketika aku hendak masuk kamar, ia sepertinya sudah berdiri di depan pintu sedari tadi.
"Seambisius apa memangnya? Apa dia sangat berbahaya?" tanyaku agak penasaran.
Laura bergegas mendekatiku, sontak menyebarkan wangi khas yang selalu menempel pada tubuhnya, terlebih ku lihat dia sudah tak memakai bra untuk menutupi dadanya yang sangat montok.
Sial, wanita rubah ini sepertinya sudah tak bisa menahan hasratnya lagi. Ia mungkin sudah mengetahui perbuatanku bersama Gabriel selama tinggal di kota River dari mulut Catrine atau Helena, makanya ia memutuskan mencegatku di sini.
"Dia memang ambisius, tapi tidak berbahaya. Cuman kamu akan kerepotan untuk memuaskan keinginan Jerry yang selalu haus akan pengetahuan," jelas Laura, kini sudah menciumi leherku.
"Aku sudah tahu kalau itu masalahnya, ku pikir sangat bagus karena aku bisa memanfaatkannya nanti. Terus, apa mau kamu, Laura? Apa kamu benar-benar sudah tak bisa menahannya lagi?" tanyaku, menghentikan gelagat Laura.
Aku lihat wajah Laura sudah sangat memerah, tatapannya juga tampak sayu seakan meminta untuk segera aku setubuhi.
Sebenarnya, aku juga cukup merindukan wanita rubah ini selama tinggal di kota River. Tapi, aku tidak terlalu memikirkannya gara-gara Gabriel selalu menggangguku setiap waktu. Terlebih aku sibuk mengurus penyakit semua warga di tempat karantina, sehingga aku melupakan Laura untuk sementara waktu.
"Aku kangen banget sama kamu, Brian. Hatiku selalu merasa kosong ketika kamu tak ada di sini," ujar Laura sembari menempelkan kepalanya di dada ku.
"Kamu kangen aku, atau kangen punyaku?" balasku bercanda.
Tangan Laura spontan masuk ke dalam celanaku, dan langsung mengusap lembut benda itu dengan jemarinya yang terasa sangat halus.
"Apa kamu mau melakukannya sekarang? Soalnya aku sudah tak tahan lagi," bisik Laura lirih di telingaku, tak lupa menggigit manja cupingnya dengan gemas.
Aku mana tahan setelah diberikan serangan semacam ini, bergegas ku gendong Laura dengan gaya bridel style ke dalam kamarku.
Aku merebahkan Laura di atas ranjang, lalu aku buka pakaiannya satu demi satu hingga sekujur tubuhnya nampak jelas di depan mataku. Namun, ada satu hal yang terlihat aneh dari Laura saat ini, yaitu tubuh bagian atasnya memiliki banyak bintik merah seakan sudah digigit nyamuk.
"Apa yang terjadi, Laura? Kenapa tubuhmu merah-merah kayak gini?" tanyaku sembari menyentuh salah satu bintik merah di buah dada Laura.
Raut wajah Laura tampak bersalah saat aku menayakan hal tersebut, mungkin bintik-bintik merah itu menyerangnya gara-gara ia sudah melakukan hal yang sangat memalukan.
"Tubuhku jadi begini karena aku selalu bermain sendiri, habisnya aku sangat kesepian dan butuh sesuatu untuk melampiaskannya," jelas Laura dengan suara pelan.
"Kok bisa, dulu perasaan nggak pernah kayak gini?" tanyaku lagi.
Tatapan Laura semakin sayu, terlihat jelas kerumitan yang terpancar dari mata indahnya. Batinku sontak merasakan hal luar biasa dari tatapan Laura, menduga ada rahasia besar yang sedang disembunyikan wanita rubah itu.
"Aku sepertinya hamil, Brian," ungkap Laura.
"HAH?!" pekik ku tak percaya.
"Aku mungkin hamil sejak kamu pertama kali menjebol ku, dan seharusnya memang seperti itu karena kita melakukannya tepat di malam saat aku hampir kehilangan kendali atas kekuatan siluman rubah," jelas Laura.
Aku langsung terdiam usai mendengarnya, jelas tak ingin percaya dengan pengakuan Laura. Pasalnya, benih yang tumbuh di dalam rahim Laura bukan benih ku, tapi benih yang sempat diberikan si Brian sebelum ajal menjemputnya.
'Astaga, aku harus gimana sekarang? Apa aku benar-benar harus menjadi ayah dari anak si Brian? Aku belum siap menjalani hidup serumit itu, aku masih ingin menikmati dan menjelajahi setiap tempat yang ada di dunia ini,' pikirku seketika kehilangan gairah. Kini aku hanya merasa pusing seolah aku baru turun dari angkot.
...