Kisah ini mengisahkan tentang kehidupan kedua gadis kembar bernama Zahra dan Zavina keduanya memiliki karakter yang cukup berbeda, Zahrayang memiliki sifat bar bar dan tangguh, berbeda dengan Zavina yang memiliki sifat pandiam dan irit bicara, keduanya terlibat cinta pada ketua pemimpin organisasi keduanya yang suka tantangan jelas tak merasa takut, tapi satu tragedi membuat salah satu dari cinta mereka pergi, bisakah keduanya terus bahagia atau malah sebaliknya?
YUK..... IKUTI KISAH TWINS Z....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DEWI ARIYANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Malam ini halaman belakang hotel Green Wijaya tampak begitu meria, banyak para tamu undangan yang hadir di acara itu, tampak pria dan wanita yang sedang melangsungkan acara tersenyum dengan penuh keceriaan.
"Wah... Gak sangka Papa Jacob dan Papi Leo ngundang tamu segini banyak", ucap Zahra pada Zavina.
"Zav, lihat itu?", Zahra menyenggol lengan Zavina untuk melihat ke arah depan.
" Apan sih Zah?", Zavina awalnya engan untuk melihat tapi saat orang terpekik heboh Zavina pun akhirnya menoleh.
Bang Zino? Mas Arga?, gumam Zavina sambil mengerutkan alis. Jika itu Arga Zavina tak akan heran sebab dia tau jika malam ini Zahra pun akan di lamar oleh pemimpin Red Eye's tapi melihat Zino dengan penampilan yang hampir sama denga Arga serta buket bunga di tangannya jelas Zavina merasa heran, dalam benaknya bertanya-tanya (Gadis mana yang akan mengalami kesialan?), Zavina hanya bisa bergumam dalam hati.
Deg....
Saat kedua pria itu berdiri di hadapannya dan Zahra, semakin terbelalak lah mata Zavina dalam hati dia terus mengumpat atas tindak kan yang di lakukan Zino.
"Mau kah kau menjadi pendampingku, menjadi ibu untuk anak-anak ku?", kedua pria itu berucap secara bersamaan"
Zahra jelas mengangguk setelah mendengar ucapan Arga tapi berbeda dengan Zavina dia malah menautkan kedua alisnya.
"Zav?", Tuan Ardi menatap putrinya yang tampak diam tak merespon ucapan Zino.
"Huhh", Zavina menghela nafas sejenak sebelum menjawab ajak kan dari Zino, Zino sendiri berharap-harap cemas.
Saat Zavina akan menjawab tiba-tiba terjadi kehebohan karna kedatangan pria tampan dengan seorang wanita hamil. Mata Zino terbelalak saat melihat wanita berjalan di samping tuan muda Cannosa bukan hanya Zino, Erina juga menatap tajam kearah Arlan.
Siapa wanita hamil itu? Gak mungkin itu wanita si kutub, gumam Ernita dalam hati, matanya tak lepas memandang kearah keduanya.
"Maaf jika kedatangan saya menganggu acara Tuan muda Wardana dan Nona Parta", ucap Arlan sambil menatap Fadli dan Aira.
"Oh... Tak apa-apa Tuan Cannosa", sahut Fadli tersenyum canggung.
" Bukannya anda masih single Tuan muda", tanya Ernita sambil menatap Arlan tajam.
"Benar saya memang masih single", ucap Arlan sambil mengangguk.
" Lalu siapa wanita hamil ini?", Ernita menatap Bella dengan pandangan yang rumit.
Sementara itu Zino sudah mengempalkan kedua tangannya, otaknya tengah berpikir bagaimana dia pergi dari pesta itu dan membawa Bella kembali ke pulau.
Bagaimana dia bisa ada disi? Sial... Aku kecolongan, gumam Zino dalam hati.
Arlan sendiri masih bersikap tenang sesekali dia melirik kearah Zino, pria itu tampak gusar dan itu membuat Arlan tersenyum puas.
Bella hanya menunduk dia tak berani mengangkat kepala apa lagi menatap kearah Zino.
"Kok malah diem, bukannya di jawab", Ernita menaikan notasi bicaranya sebab pertanyaannya tak kunjung di jawab dan di saat bersamaan. Keluarga Dewangga baru saja datang lengkap dengan orang tua Zino.
"Yang mana ini mbak calon mantu kita", ucap Nyonya Karin Gustama, mama dari Zino Gustama dengan suara heboh hal itu membuat Tuan Sanjaya Dewangga dan Tuan Anton Gustama, menghela nafas.
"Yang ini Zahra calon mantu ku", ucap Nyonya Amelia Dewangga sambil tersenyum kearah gafis kembar itu.
"Berarti ini calon mantuku dong?", ucap Nyonya Karin sambil memengang tangan Zavina.
" Ehmmm.... Maaf nyonya tapi yang ini lah menantu anda", Deren menimpali ucapan Ntonya Karin.
"Hey... Apa maksud mu anak muda? Bukannya wanita datang bersama kalian??", Tuang Sanjaya menimpali.
Saat Freco ingin menjawab suara pria dingin yang hampir sama dengan tuannya terdengar dari arah belakang.
" Gadis itu memang menantu mbak Karin", ucap pria dingin bermata tajam, dia menatap Zino dengan raut yang sangat mengerikan.
"Apa maksud mu Sun?", kali ini tuan Anton yang bertanya.
"Aila kemari", Tuan Sunio memanggil sang ponakan sambil melambaikan tangan. Aila menunduk takut sebab dia telah membantu sang kakak menyembunyikan suatu kebenaran.
Saat Sunio ingin menjelaskan tuan Andi lebih dulu berucap, " Masalah kalian tolong kalian selesaikan sendiri di tempat lain, karna malam ini adalah malam bahagia untuk cucuku", Tuan Andi berucap sambil menatap ke arah Arga, Arga yang paham maksud dari tetua keluarga Wijaya itu langsung mengajak keluarganya pergi, untuk urusannya dengan Zahra bisa di bahas lain waktu.
Tuan Leo dan Nyonya Renita saling pandang mereka teringat kisah masalalu dimana ulang tahun Arzeta mama si kembar menjadi pengungkap kejahatan Kania dan malam ini acara pertunangan sang anak juga hampir mengalami hal yang sama.
*Sepertinya takdir akan selalu terikat, gumam Nyonya Renita sambil menatap ke pergian keluarga Dewangga*.
Akhirnya acara pertunangan berjalan lancar, hingga tibalah acara dansa dan saat itu lah kesempatan bagi Arlan untuk bertatap muka dengan sang pujaan hati.
"Maukah anda berdansa denganku nona Wijaya", ucap Arlan sambil mengulurkan tangan di hadapan Zavina.
Zavina melihat kearah sang Papa dan Zahra guna meminta izin, keduanya kompak mengangguk sebagai jawaban.
" Pa, aku rasa tuan Arlan cocok dengan Zavina", ucap Zahra sambil menatap ke arah keduanya yang berjalan menuju area dansa.
"Tapi Papa cukup merasa ngeri, bagaimana bisa kedua anak perempuan Papa menjadi istri pemimpin mafia", sahut tuan Andi menatap gelas di tangannya.
" Semua akan baik-baik aja Pa", ucap Zahra akhirnya keduanya sama-sama diam dengan pikiran masing-masing.
Sementara Zavina dan Arlan tampak menikmati dansa mereka awalnya keduanya sama sama diam, hingga bisikan Arlan membuat Zavina salah tingkah.
"Anda sangat cantik nona dengan gaun ini", bisik Arlan di tengah tarian mereka.
" Terima kasih pujiannya tuan Cannosa", sedetik kemudian Zavina terdiam kaku otaknya langsung loading saat dia menyebut nama Cannosa.
Deg...... *Pemimpin Freddo, Arlando Cannosa, Zavina bergumam dia langsung mendongak menatap lekat wajah Arlan*.
"Ada apa nona? Apa anda mengingat sesuatu", Arlan berucap saat melihat Zavina yang menatapnya dengan dahi berkerut.
" Sejak kapan anda berada di sini, tuan Arla?", kali ini Zavina telah bertekat untuk maju di tak ingin kembali sakit akibat rasa takut yang menghantuinya.
"Sejak kedua gadis kembar bermain hujan di taman Hotel Wijaya", Arlan menjawab dengan santai. Setelah menjawab itu Arlan berniat pergi meninggalkan Zavina yang masih mematung karna syok, tapi sebelum itu Arlan membisikan sesuatu yang sukses membuat mata indah Zavina terbelalak.
"*Nona Zavina telah menerima bajuku maka mulai saat itu anda adalah milik ku", bisik Arlan dia langsung pergi meninggalkan Zavina.*
*Jadi pria yang memberiku mantel hari itu dia? Apa mungkin dia datang ke negara ini untuk mencari ku?, gumam Zavina*.
" Zav, gapai bengong di sini?", Zahra memanggil sambil menepuk bahu Zavina.
"Ehhh... He... He... Itu?", Zavina menjawab sambil menggaruk kepalanya, Zahra tak ingin ambil pusing dia langsung mengandeng tangan Zavina menuju kearah saudara-saudara mereka berkumpul.