Tsania Zoun adalah anak yang terlahir dari rahim seorang wanita penghibur bernama Laura Zoun.
Lahir dengan status tidak memiliki sosok ayah, Tsania selalu tersisihkan, ia sering diberi julukan sebagai anak haram.
Ibunya, Laura Zoun juga selalu diterpa cercaan karena pekerjaannya yang menjadi wanita malam. Kehidupan sulit keduanya lalui hanya berdua hingga saat Tsania dewasa.
Tsania yang memiliki tekad untuk membahagiakan ibunnya memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di kota. Akan tetapi di sana lah identitas aslinya mulai terkuak.
Penasaran bagaimana kisah hidup Tsania dan ibunya; Laura? Ayo! Langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tsania Laura 32.
Dalam benak Laura bertanya-tanya apa yang sebenarnya dialami Tsania hingga bisa terkena hipotermia. Apa yang sudah putrinya itu lakukan. Laura tahu saat Ardi Lim mencoba mengalihkan perhatiannya, karena itu jua lah Laura memilih untuk menahan diri atas rasa ingin tahunya.
Tapi kini Laura mempertanyakan semua pada Teo, pemuda yang Laura lihat dengan begitu yakin mengaku sebagai kekasih dari putrinya.
"Tsania terkena hipotermia karena terlalu lama merendam dirinya di dalam air dingin." Teo mulai menjelaskan pada Laura dan Ardi Lim. Ia terlihat begitu hati-hati saat mengatakannya. "Dia...terkena efek obat perangsang."
Deg!
Laura dan Ardi Lim sontak saja membulatkan mata saat mendengar perkataan Teo. Fakta apa ini? Mengapa bisa Tsania mengkonsumsi obat seperti itu?
"Sepertinya ada yang sengaja memasukkan obat tersebut dalam minumannya. Tapi aku belum mengetahui siapa pelakunya." Teo menambahkan lagi. Pemuda itu tidak ingin Laura dan Ardi Lim sampai salah paham dan menilai ia sebagai pemuda yang memiliki pergaulan bebas.
"Aku akan segera mencari tahu dan memastikannya." Teo sebenarnya memiliki dugaan yang mengarah pada satu gadis yang selalu mencari masalah dengan Tsania di kampus.
"Anggita," kata Laura dan setelahnya ia menatap serius Teo yang memasang ekspresi terkejut. "Apa gadis itu masih mencari masalah dengan Tsania?"
Teo tidak langsung memberi jawaban, rasa kaget karena merasa jika Laura bisa membaca pikirannya masih merasuki Teo. Ibu Tsania ternyata mengetahui Anggita.
"Anggita...gadis yang kemarin berada di ruangan Dosen?" tanya Ardi Lim dan mendapati anggukan langsung dari Laura.
Teo sama sekali tidak tahu jika Ardi Lim dan Laura sebelumnya sudah pernah bertemu dengan Anggita.
"Bukankah dia putri...," Ardi menghentikan ucapannya. Mengingat pertemuan di ruangan dosen, Ardi Lim seketika teringat sosok Galang. Itu merupakan pertemuan para orang tua, artinya Galang adalah orang tua dari gadis itu.
Ardi Lim langsung menoleh pada Laura. Memperhatikan wajah wanita itu dan berusaha mencari sesuatu. Tapi tak ada yang bisa Ardi Lim temukan, ekspresi Laura terlihat tenang, sulit untuk mengetahui isi hati wanita itu yang sesungguhnya.
"Aku memiliki dugaan terhadap dirinya. Karena Tsania sempat bertemu mereka sebelum menunjukkan gejala."
Laura diam. Ia mencoba mendengarkan semua cerita Teo. Bagaimana tubuh Tsania yang bereaksi kepanasan, berusaha meredam efeknya dengan berendam air dingin hingga terkena hipotermia dan berakhir dirawat di rumah sakit.
Setelah menceritakan kejadian serta kemungkinan siapa yang memberikan obat itu pada Tsania, Teo memilih kembali, ia juga berjanji pada Laura akan segera mencari tahu pelaku sebenarnya.
"Mereka bersaudara?" gumam Ardi Lim.
Laura hanya diam. Saat ini ia berdiri tidak jauh dari ranjang pasien, pandangannya lurus mengunci Tsania yang sedang terlelap.
Laura bukan ingin mengingat kejadian yang kembali mempertemukan dirinya dengan Galang sebagai sebuah kenangan. Tapi tidak bisa dibohongi saat itu ia begitu merasa terkejut hingga setelah pertemuan dirinya tanpa sadar mengulang semua kejadian dan menyadari adanya sosok Anggita-gadis yang bermasalah dengan putrinya adalah putri dari Galang Abraham.
Saat menyadari fakta itu Laura hanya tersenyum tipis, pria yang mengejarnya dan terus mengatakan cinta pada dirinya ternyata memiliki anak dengan wanita yang dijodohkan.
"Jika pelakunya benar adalah gadis itu. Kamu akan bertindak, kan?"
Laura langsung menoleh pada Ardi Lim dengan alis yang mengerut. Pertanyaan itu sedikit berhasil mengusik Laura. Ardi Lim terlihat seperti mencoba menyulut api.
"Pertanyaan mu seakan menuduhku masih memiliki perasaan terhadapnya," kata Laura dengan suara yang serius. Jika benar yang telah mengerjai Tsania sejauh ini adalah putri Galang, maka Laura jelas tidak akan tinggal diam. "Aku sendiri yang akan memberinya pelajaran."
Ardi Lim sedikit tertawa melihat reaksi Laura. "Ternyata perasaan itu benar sudah tidak ada lagi."
"Jangan bermain-main denganku, Ardi!"
Laura terlihat kesal karena kini mengerti dengan pertanyaan jebakan yang Ardi Lim berikan. Ia juga hampir menyerang Ardi, karena melihat ekspresi pria itu yang menyebalkan di mata Laura.
"Jangan menyerang ku di sini!" Ardi Lim sudah lebih dulu menahan tangan Laura. "Tsania bisa saja melihat semuanya."
Laura seketika melotot, rasanya dia benar-benar ingin menendang Ardi Lim saat ini juga.
"Sudah! Sebaiknya sekarang kita tidur, besok kita urus orang yang sudah berani mengerjai putri kita." Ardi Lim berjalan dengan menggenggam tangan Laura menuju sofa luas yang ada. Bisa mereka gunakan untuk beristirahat malam ini.
"Berhenti mengatakan Tsania adalah putrimu."
"Bukan putrimu! Tapi putri kita!" Ardi Lim bahkan terkikik saat menghindari kaki Laura yang sudah mengarah pada tungkainya.
Andai tidak mengingat tengah berada di dalam ruang perawatan sang anak, Laura bisa saja benar-benar menghajar Ardi Lim.
*
*
*
"Kamu mau ke mana, Mas?" tanya Sekar saat melihat suaminya mengganti pakaian dan ingin beranjak keluar dari kamar. Hubungan keduanya masih terlihat dingin setelah pertengkaran yang sempat terjadi. Namun setelah kejadian itu, Galang memutuskan untuk pulang, ia juga tidak pernah lagi memilih untuk tidur di kantor.
Sekar melirik jam dinding yang menunjukkan waktu sudah beranjak tengah malam. Ingin ke mana suaminya di jam seperti ini?
"Aku ingin keluar sebentar."
"Ke mana?"
"Kamu yakin ingin tahu, Sekar?"
Sekar terpaku saat mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Galang. Perasaannya seketika merasa jika Galang akan mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak dia inginkan.
"Aku ingin ke rumah sakit menyusul Laura. Tsania sedang dirawat."
Deg!
Napas Sekar tercekat. Ternyata benar, Galang ingin menemui wanita murahan itu. Tangan Sekar mengepal saat suaminya sudah beranjak pergi meninggalkan kamar.
"Aaaghh!!" Sekar meraih bantal yang ada di atas ranjang. Melemparnya asal seraya berteriak. "Brengsek! Wanita kurang ajar! Tidak tahu diri!!"
Sekar melampiaskan kemarahannya. Telinganya bahkan bisa mendengar deru mobil milik Galang yang mulai melaju meninggalkan kediaman mewah mereka.
Sekar terluka, dadanya terasa sesak. Ia kembali menangis setelah membuat seisi kamarnya berantakan. Sekali lagi, Galang bersikap terang-terangan terhadap keinginannya yang menginginkan untuk bersama Laura. Sekar tak ditinggalkan tapi ia kehilangan. Rasanya ia seperti dibunuh tapi tidak mati.
***
Jangan lupa tinggalkan jejak 😉
Bantu kasih tisu untuk Sekar 😭🤧
Kali ini sudah keterlaluan banget sih Anggi nya😤😤😤
semoga lekas sembuh sayangnya emak2 readers,, tuan Lim sama tuan Dewangga bakalan segera menemukan pelakunya..
entar juga tau kalau sebenarnya Tsania bukan anak haram. kamu tuh yang anaknya pelakor... nggak tau diri banget...