Tuhan menciptakan rasa cinta kepada setiap makhluknya. Jika cinta itu tak bersambut atau tak terbalaskan, apakah itu salah cintanya?
Akankah sebuah hubungan yang terlalu rumit untuk di jelaskan akan bisa bersatu? Atau....hanya mampu memiliki dalam diam?
Hidup dan di besarkan oleh keluarga yang sama, akankah mereka mengakhiri kisah cintanya dengan bahagia atau....menerima takdir bahwasanya mereka memang tak bisa bersatu!
Mak Othor receh datang lagi 👋👋👋👋
Rishaka dll siap menarik ulur emosi kalian lagi 🤭🤭🤭
Selamat membaca ✌️✌️✌️
Kalau ngga suka, skip aja ya ✌️ jangan kasih rate bintang 1
makasih 🥰🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Mau pakai selai apa sayang?"
"Cokelat aja Mam!", jawab Cyara.
Cyara tengah sarapan bersama kedua orang tuanya. Cyara bukan anak tunggal melainkan anak bungsu. Ketiga kakaknya sudah menikah dan tinggal di rumah masing-masing.
Sebagai anak bungsu perempuan satu-satunya, tentu gadis itu diistimewakan di dalam keluarganya. Apalagi tentang masa depan, orang tuanya sudah memikirkan masa depan putri bungsunya.
"Hari ini jangan ke mana-mana, Cya!", pinta sang papi. Cyara mendongak menatap papinya.
"Memang kenapa Pa? Cya baru akan magang di kantor teman Cya mulai lusa."
"Untuk apa magang di kantor orang lain Cya? Dari pada magang, kamu bisa langsung mengurus perusahaan kita!", ujar Papinya.
"Cya kan pengen belajar dan cari pengalaman Pi. Kalau di kantor papi, tentu karyawan Papi akan memperlakukan Cya istimewa. Cya ngga mau."
Papinya tak langsung menyahut.
"Di perusahaan mana?"
"Perusahaan Xxx."
Papinya mengerutkan kening.
"Perusahaan milik keluarga pemuda itu?", tanya sang papi sambil meletakkan pisau dan garpu.
"Pemuda apa sih Pi, namanya Shaka!", kata Cyara yang tak terima papinya tak menyebut nama kekasih hatinya.
"Papi bukan ngga suka sama Shaka! Harus kamu ingat baik-baik Cya! Kalian berbeda! Papi pikir setelah kalian di sini, kalian akan saling menjauh. Tapi kenyataannya kalian masih dekat sampai sekarang????"
"Papi...Cya....???!"
"Dengarkan papi baik-baik! Kami mengajarkan kamu untuk mencintai Tuhan mu sejak kecil melebihi siapa pun! Kamu tahu, kalau sampai kamu mengecewakan papi...papi tidak akan pernah memaafkan kamu."
Papinya beranjak dari meja makan meninggalkan anak dan istrinya.
"Mam...??!"
"Tolong sayang...demi kebaikan kamu juga Shaka!", maminya pun turut prihatin. Cyara menunduk sambil meremas kedua tangannya.
"Mami, papi dan kakak-kakak mu sudah sepakat akan menjodohkan kamu dengan anak rekan bisnis Papi. Kami cukup mengenalnya, dan yang pasti....dia seiman dengan kita Cya."
"Jaman sudah berubah Mam, kenapa masih ada perjodohan segala? Cya cuma cinta sama Shaka ,mam!", kata Cyara menghiba.
Maminya mengusap kepala Cyara dengan lembut. Gadis itu memeluk maminya sambil menitikkan air mata.
"Nanti malam ada pertemuan keluarga untuk memperkenalkan kamu dengan calon tunangan kamu. Dan setelah perkenalan nanti, baru kita bahas tentang pertunangan kalian!"
Cyara memejamkan matanya dengan air mata yang terus membasahi pipinya.
"Percaya lah sayang, kami sebagai orang tua hanya ingin yang terbaik untuk masa depan kamu. Tanpa harus mengorbankan kamu ,juga Shaka."
Lalu bagaimana perasaan kami, Mam? Apa perasaan kami tidak di korbankan ????
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜
Ica sedang berlari kecil di tread mill. Gadis itu memanfaatkan waktu luangnya untuk berolahraga sebelum besok mulai bekerja di perusahaan Oma nya.
"Di sini rupanya!",ujar Shaka yang mengenakan celana pendek di atas lutut dan kaos tanpa lengan.
Ica pun menoleh mendengar suara om nya. Ica sempat tak berkedip beberapa saat. Om nya memang sangat indah dan sayang untuk di abaikan.
Wajah tampan, bibir merah alami karena memang tak merokok, juga alis tebal yang rapi alami.
"Woy...malah bengong! Gue tahu gue ganteng, tapi ngga usah ngeliatin segitunya kali! Naksir sama om ganteng Lo ini, berabe!!!", kata Shaka mengusap rambut Ica yang tak berhijab.
Yups, Ica belum Istikomah seperti uminya. Mungkin suatu saat nanti ia akan berhijab sesuai syariat, tapi entah kapan 🤭
(Kayak Mak othor 🙈🙈🙈🙈)
Ica mendengus mendengar kenarsisan om nya tersebut.
"Paan seeehhh!", Ica menepis tangan Shaka yang masih memainkan rambut panjangnya.
"Itu...dari tadi hp nya bunyi! Siapa tahu penting?"
Ica menerima ponsel yang Shaka bawa dari kamarnya, eh...kamar Tata.
"Oh...Habibah ini mah!", kata Ica.
"Tukeran nomor kemarin ceritanya?", tanya Shaka.
"Iya, dia juga minta nomor Lo kok!", jawab Ica tanpa menatap Shaka. Justru ia membalas pesan Habibah.
"Turun gih, gantian gue mau lari di situ!", kata Shaka yang membopong Ica tiba-tiba.
"Shaka ihhhh....!", Ica terkejut saat tiba-tiba saja ia di turunkan dengan paksa oleh Shaka.
"Lagian, fokus banget sama hp sampe gue ngomong ga di dengerin!", kata Shaka yang mulai berjalan pelan.
Ica hanya memutar bola matanya malas. Gadis itu duduk di salah satu bangku yang ada di sana.
"Ka!"
"Heum!", gumam Shaka.
"Hari ini Lo ada acara keluar sama Cyara ngga?", tanya Ica takut-takut.
"Ngga tahu sih. Kenapa emang?", tanya pemuda itu.
"Eum...ke rumah Habibah yuk! Ternyata rumahnya ngga jauh lho dari rumah Kakung."
Shaka mengernyitkan alisnya.
"Masa sih? Kok gue ngga tahu ya?", tanya Shaka.
"Habibah aja ngga tahu. Katanya semalam dia ketemu sama Kakung dan uti."
"Kok bisa?", tanya Shaka yang mematikan alatnya lalu duduk di sebelah Ica. Ica menyodorkan ponselnya untuk Shaka agar pemuda itu bisa membaca isi chatnya dengan Bibah.
"Dih, nenek kakek Lo pulang nggak kabar-kabar! Emang ya!", kata Shaka mendengus.
"Heh! Itu emak bapak mu!", kata Ica menoyor pipi Shaka.
"Eh....??? Ngga sopan ya sama orang tua kaya gitu!!!", kata Shaka. Lalu ia pun menggelitiki Ica sampai gadis itu tertawa terpingkal-pingkal.
"Ampunn ...udah Ka!!!", Ica yang memang dasarnya gelian, akhirnya menyerah.
"Ica...Shaka...udah bercandanya! Mending sana pada mandi! Udah pada bau asem kali!", kata Riang yang tak sengaja melihat putri dan adik bungsunya bercanda seperti itu.
"Iya umi!"
"Iya, Miba!", sahut Shaka. Keduanya pun naik ke kamar mereka masing-masing. Tapi dasar ya, keduanya masih saja saling dorong satu sama lain.
Riang hanya bisa melihat keduanya yang sangat akrab bercanda ala mereka.
💜💜💜💜💜💜💜💜
"Yah...padahal kita baru mau ke rumah eyang!", kata Ica saat kakek dan neneknya justru lebih dulu datang ke rumahnya.
"Mau kasih kejutan eh...malah terkejut Ca!", kata Ziyad yang merangkul bahu cucunya tersebut.
"Hehehe ...aku mau kerumah Habibah, anaknya om Ganin. Katanya masih satu komplek sama rumah eyang!", kata Ica.
"Iya, semalam kita ketemu di bandara! Eh....ngga tahunya tujuan pulangnya searah. Jadi di antar sekalian sama pak Ganindra."
"Oh....gitu!", kata Ica manggut-manggut.
Shaka yang terlambat turun pun menyalami kedua orang tuanya.
"Udah rapi, mau ke mana Ka?", tanya sang mama.
"Eum...tadi nya mau ke rumah Eyang, sekalian ketemu Habibah!", Ica yang menjawabnya.
"Bener Ka? Bukan mau ketemuan sama Cyara kan?", tanya Papanya.
Riang, Syam ,Tata terutama Ica menoleh spontan pada Ziyad.
"Pa ...?!", Shaka sedikit keberatan saat papanya menyebut Cyara di depan keluarga mereka.
Ziyad menghela nafas panjang lalu meminta Shaka ikut duduk bersama mereka.
"Kamu masih bertemu dengan gadis itu, nak?", tanya Citra pada Shaka.
"Shaka cuma temenan sama Cyara, ma!", kata Shaka.
"Jangan membodohi kami dengan berdalih kalau kalian hanya berteman Ka! Kami bukan anak kecil yang bisa di bodohi!", ujar Ziyad.
Syam menatap adik iparnya yang juga kebetulan sedang menoleh ke arahnya. Entah ke arah Syam, Riang atau Ica karena mereka duduk berdekatan.
"Jauhi Cyara!", pinta Ziyad.
Padahal niatnya Shaka memang akan bertemu Cyara setelah mengantar Ica. Tapi ternyata papanya malah datang ke rumah ini.
Shaka menahan nafasnya saat papanya mengatakan hal itu lagi dan lagi. Jika kemarin hanya padanya saja, masalahnya sekarang papanya justru mengatakan hal itu di depan keluarganya.
"Shaka! Akidah kita berbeda dengan Cyara! Dan kami hanya ingin yang terbaik untuk kalian, nak!", kata Citra mengusap punggung Shaka.
Rahang Shaka mengeras, mungkin sedang menahan emosinya.
"Shaka ke atas!", kata Shaka meninggalkan ruang keluarga itu.
"Shaka ...Shaka!",panggil Ziyad. Tapi pemuda itu mengabaikannya.
"Ica ...tolong beri pengertian sama om kamu ya!", pinta Citra. Ica menatap kedua orang tuanya bergantian. Orang tuanya menganggukkan kepala tanda setuju. Toh, mereka tahu apa yang Ica rasakan karena sudah menceritakan pada mereka.
Bagaimana aku mau memberi pengertian pada Shaka? Sedang aku sendiri....
"Iya, uti ...!", kata Ica beranjak ke lantai atas.
💜💜💜💜💜💜💜
Terima kasih 🙏✌️🙏✌️🙏✌️✌️✌️
klu bibah sm shaka rasay gmn ya shaka sdh bekas cyra kasian bibah dapat sisa🤣🤣🤣🤣😆😆😆😊
.,🤣🤣🤣🤣