S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15. JADI PEBINOR?
Air mata Elmira menetes seiring melajunya taksi yang ditumpanginya. Ia menoleh kebelakang menatap rumah yang ia anggap sebagai istana selama satu tahun ini. Ada banyak sekali kenangan manis bersama Ramon di rumah itu. Masih segar di ingatannya ketika baru menikah dan pindah ke rumah itu. Ia bagaikan seorang ratu yang selalu diistimewakan. Namun, didalam rumah itu telah ada seorang ratu lain yang menggantikan dirinya.
Sekarang semua kisah manisnya telah tertutup dan bergantikan kisah yang kelam.
Mengingat ucapan Farzan, Elmira lekas mengusap air matanya seraya membenarkan posisi duduknya.
[Menangislah El, keluarkan semua kepedihan melalui air matamu. Tapi aku harap kau tidak akan pernah menangis lagi setelah itu. Kau harus tunjukkan, kalau kau juga bisa bahagia tanpanya.]
Yah, tidak seharusnya ia menangis. Dan benar kata Farzan, ia harus bisa menunjukkan pada Ramon bahwa dirinya juga bisa bahagia tanpa pria itu.
Sesampainya ditempat yang dituju, Elmira membayar ongkos taksi kemudian bergegas masuk kedalam sebuah rumah sederhana. Rumah itu adalah peninggalan orangtuanya. Beruntung dulu ia tidak menjualnya ketika Ramon menyarankan hal itu. Dan sekarang ia punya tempat kembali setelah apa yang dituju tidak tercapai.
"Assalamualaikum Ayah, Ibu. Aku pulang." Ujarnya setelah membuka pintu. Ia melangkahkan kaki kanannya masuk kedalam rumah seraya tersenyum. Satu tahun kosong rumah itu menjadi berdebu, dan sekarang ia harus membersihkannya.
Elmira menyimpan tasnya diatas sofa usang kemudian mengambil sapu dan memulai membersihkan rumah.
Tanpa ia ketahui, seseorang mengintipnya dari celah jendela. Dia adalah Farzan, tanpa ia sadari pria itu terus mengikutinya.
"El, bagaimana bisa kau akan tinggal sendirian disini. Aku tidak akan membiarkan itu." Gumam Farzan. Pria itu bergegas pergi dari tempat itu. Tujuannya sekarang adalah mendatangi sebuah yayasan penyedia jasa asisten rumah tangga.
Sesampainya di tempat tersebut, Farzan langsung mendatangi kepala yayasan dan langsung mengatakan maksud kedatangannya. Ia membutuhkan art yang siap menemani Elmira selama tinggal di rumah itu. Masalah bayaran, tentu ia akan membayar berapapun asalkan Elmira tidak sendirian dirumahnya.
Setelah memberikan alamat rumah Elmira, Farzan pun bergegas pulang untuk membersihkan diri. Seluruh tubuhnya sudah terasa lengket, sejak kemarin ia tidak mandi dan berganti pakaian. Keluarganya pun sekarang pasti sedang mencarinya karena ia sengaja tidak mengaktifkan ponsel.
Sesampainya di rumah, Farzan disambut tatapan tajam dari mamanya. Pria tampan itu hanya bisa nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Dari mana saja kamu, sejak kemarin gak pulang?" Tanya mama Zana dengan memasang wajah garangnya. Ketika kedua anaknya tumbuh besar, wanita lemah lembut itu berubah menjadi sosok ibu yang garang.
"Aku dari kemarin dirumah sakit, Ma." Jawab Farzan lirih.
"Apa, dirumah sakit? Kamu sakit, kenapa gak ngabarin Mama sama Papa sih?" Mama zana seketika panik, ia langsung memeriksa tubuh putranya, mencari sesuatu yang menyebabkan putranya itu berada di rumah sakit. "Bilang sama Mama, yang mana yang sakit?"
"Enggak, Ma. Bukan aku yang sakit, Tapi El." Ujar Farzan, tanpa sadar ia keceplosan.
Ups... Farzan langsung menutup mulutnya.
"El, siapa dia?" Mama Zana mengerutkan keningnya. Ia menatap putranya itu dengan intens.
'Mampus! Gak mungkin aku bilang, kalau semalaman aku nemenin istri orang. Iya sih El sudah ditalak tapi kan mereka belum resmi bercerai.' Batin Farzan.
"Farzan, ayo bilang. El itu siapa?" Mama Zana berubah ke mode garangnya.
"Em, anu, itu Ma. Dia,"
'Duh, harus ngomong apa aku.'
"Farzan, jawab!"
Farzan meneguk salivanya dengan kesusahan, tidak mungkin ia mengatakan siapa El itu. Bisa-bisanya mamanya mengamuk kalau tahu anak bujangnya bersama seorang wanita meskipun itu di rumah sakit.
"Halo Tante," sapa Arkan yang baru saja datang.
Farzan seketika menghela nafas lega, kedatangan Arkan akan mengalihkan perhatian mamanya dan tidak akan bertanya lagi tentang El.
"Nah ini dia," Mama Zana berpindah ke hadapan Arkan. "Dari kecil kamu dan Farzan selalu bersama. Kamu pasti banyak tahu kan tentang Farzan?"
"Oh jelas Tante," jawab Arkan sambil tersenyum.
Farzan seketika pias, mamanya pasti akan bertanya tentang El pada Arkan. Dan Arkan dengan lugunya pasti akan menceritakan semuanya.
"Kalau begitu kasih tahu sama Tante, siapa El?"
"El?" Arkan mengerutkan keningnya. "El siapa Tante?" Tanyanya.
"Duh, kamu ini. Kalau Tante tahu, gak mungkin nanya sama Kamu."
Arkan terdiam sejenak, ia tidak melihat jika sejak tadi Farzan memberinya kode agar tidak memberitahu mamanya. Tapi Arkan yang terlalu serius berpikir tidak menyadari itu.
"Oh ya ya, aku tahu Tante. El itu adalah Elmira. Kak Farzan menyebutnya dengan El. Elmira itu sekretarisnya Kak Farzan yang resign satu tahun lalu karena akan menikah. Tapi sekarang dia kembali lagi jadi sekretarisnya Kak Farzan. Iya kan Kak..." Arkan langsung terdiam begitu melihat Farzan melotot.
'Mampus, seperti aku salah bicara.' Arkan langsung menunduk.
Mama Zana langsung menatap putranya. Wanita baya itu berkacak pinggang serta memasang wajah garangnya. Kepalanya menggeleng pelan. Ia tidak menyangka jika putranya kebanggaannya itu... Ah, menyebutnya saja ia merasa malu.
"Tante, aku kedalam dulu ya, mau bantu Fiona mengerjakan tugas kuliahnya." Dengan langkah cepat Arkan meninggalkan ibu dan anak itu. Ia tidak mau menjadi sasaran empuk keduanya.
"Farzan, coba jelaskan sebelum Mama mengambil kesimpulan yang tidak tidak. Tapi jangan katakan kalau itu sama seperti apa yang sedang Mama pikirkan sekarang." Mama Zana berdecak pelan. Tiba-tiba saja kepalanya terasa pening.
Melihat putranya hanya diam, mama Zana pun yakin dengan dugaannya. Astaga bagaimana putranya bisa berbuat seperti itu.
"Papa kamu harus tahu masalah ini," wanita itu baya itu bergegas masuk kedalam rumah untuk mencari keberadaan suaminya.
Farzan dengan cepat menyusul mamanya itu.
"By, Hubby..." Teriakan mama Zana menggema didalam rumah besar itu memanggil suaminya.
Sedang yang dipanggil sedang bersantai di ruang tengah sambil membaca koran.
"Hubby..."
"Ya ampun, kenapa sih itu teriak-teriak." Papa Farzan melempar korannya keatas meja, kemudian bergegas menghampiri istri tercintanya itu.
"Ada apa Bee?" Tanyanya sambil tersenyum lebar.
"Itu By, Farzan," ujar mama Zana sambil menunjuk kearah putranya.
Farzan sudah nampak gelagapan. Entah apa yang akan terjadi sekarang.
"Ada apa dengan Farzan?" Papa Farhan menoleh menatap putranya.
"Farzan jadi pebinor!"
"Apa, jadi pebinor?" Kedua mata papa Farhan seketika membola. Kepalanya pun tiba-tiba terasa pusing.
"Enggak, Pa. Bukan begitu." Farzan mencoba menjelaskan, ia mendekati mama dan papanya itu.
"Farzan, coba jelasin sama Papa. Apa benar yang dikatakan Mama kamu?" Pria paruh baya itu berkacak pinggang dengan nafas memburu, ia menatap putranya dengan lekat.
Farzan menggaruk-garuk kepalanya, ia bingung harus menjelaskan bagaimana.
"Farzan, ayo jawab?" Tanya mama Zana dan Papa Farzan serentak.
dah sampe di penghujung saja...
terimakasih sudah menyajikan cerita yg baik, banyak pelajaran hidup dlm berumah tangga dan cinta yg sebenarnya....,Teruslah berkarya tetap semangat ...
💖💖💖💪💪💪