Kirana Putri, seorang gadis cantik dan baik hati, tanpa disadari jatuh cinta pada seorang pria misterius bernama Dirga Praditama. Namun, Kirana tidak tahu bahwa Dirga sebenarnya menyimpan dendam mendalam terhadap masa lalu keluarga Kirana yang telah merenggut kebahagiaan keluarganya. Dalam perjalanan kisah cinta mereka, Kirana dan Dirga dihadapkan pada berbagai rintangan dan konflik hingga pada suatu hari Kirana pergi meninggalkan Dirga tanpa jejak.
Akankah cinta mereka mampu menyatukan keduanya, ataukah mereka harus rela berpisah demi kebahagiaan masing-masing? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.35
Di tengah keramaian pusat perbelanjaan, seorang anak kecil berusia tiga tahun asyik bermain lari-larian, tanpa sengaja men4brak seseorang hingga dirinya jatvh t3rsvngkur ke lantai.
"Buug." Hiiiks Hiiiks !"
" Ya, ampun anak manis. Jangan nangis uncle tidak ngapain-ngapain kamu, kok. "Bujuk pemuda tampan seraya menggendong bocah yang menabraknya.
Pemuda itu adalah Dirga Praditama. Dia pun tak kala terkejutnya melihat anak kecil tersvngkur akibat men4braknya. Dengan cepat ia menggendong anak kecil tersebut lalu matanya menatap sekeliling mencari orang tuanya.
" Di mana orang tua mu ?" Tanya Bima mencoba mengajaknya bicara.
" Di cana, "tunjuk bocah itu. Dirga gemas melihatnya, anak kecil ini sudah pandai diajak bicara rupanya. "Pikirnya.
" Di mana ?" Tanyanya lagi.
Bocah itu hanya cemberut menatap Dirga lalu matanya berkaca-kaca ingin menangis.
" Jangan nangis, dong! Uncle pasti menemukan orang tuamu. "Ujar Dirga, entahlah anak itu mengerti ucapannya atau tidak. Ia tidak ingin tahu yang pasti Dirga ingin mencari orang yang membawanya ke mall ini.
Sementara di tempat lain seorang wanita berniqab tengah menghawatirkan putrinya.
Almi," Putritengah duduk di kursi roda bert3riak memanggil putrinya.
" Non Putri, ada apa ?"
"Almi, " ucapnya dengan getaran suara.
Nindi menoleh mencari boca cilik itu. Dia pun terlihat panik saat pandangannya t4k mend4pati s0s0k mungil itu.
Dengan cepat Nindi menelpon Fazha. Pemuda itu pun terlihat mengkhawatirkan Almira.
Saat ini Fazha mengajak Putri, Nindi dan Almira ke mall. Tinggal beberapa hari lagi keberangkatannya bersama Putri ke luar negeri untuk mengobatinya. Namun hal yang tidak disangka, Nindi m3l3paskan Almira hingga tid4k ditemukan.
Air mata wanita yang tertutup niqab itu meneteskan menetes mengingat putrinya. Dengan sus4h pa4yah dirinya memp3rju4ngkan putrinya l4hir ke dunia dan tiba-tiba seperti ini.
" Tenang Put, aku pasti bisa menemukan Almira. " Ujar Fazha kasihan melihat wanita itu.
" Di mana, sayang ?" Dirga yang tengah sibuk mencari orang tua bocah itu sudah kecapean kian kemari.
Baru saja Dirga ingin mengumumkan b3rita k3hil4ngan namun suara seseorang menghentikannya.
" Almira," satu kata terdengar di telinga Dirga membuat tubuhnya berdesir seketika.
Dirga menoleh mencari sumber suara tersebut namun tak menemukannya.
" Almira, kamu dari mana saja, sayang ?"
Seorang wanita mendekati mereka, lalu mengambil Almira.
" Terimakasih banyak, Tuan. Anda sudah menyelamatkan anak saya. Almira lagi petak umpet, hingga jadinya seperti ini. " Ujar Nindi menjelaskan insid3n tersebut.
" C3r0boh," satu kata keluar dari bibir Dirga lalu pergi meninggalkan mereka.
Dirga tak habis pikir, orang tua mengajak seorang anak main petak umpet di mall seluas ini. Dirga menggeleng kepala mengingat hal itu.
Tiba-tiba terlintas di benak suara wanita yang sempat ditangkap oleh telinganya.
" Suara wanita itu,"lirihnya.
" Tidak mungkin, aku terlalu merindukan istriku hingga suaranya terdengar di mana-mana. "Gumamnya.
Fazha menatap kepergian Dirga, untung saja dirinya tidak gegabah. Hampir saja dia ketahuan.
Fazha menarik napas dalam-dalam.
"Bukan aku ingin menyembunyikan wanita ini darimu, namun k0ndisi Putri belum terlalu pvlih. Setelah Putri sembuh dari s4kit, itu terserah dia bagaimana hubungan kalian selanjutnya."Ucap Fazha seorang diri.
***
" Bang, pulang yuk!" Adiba datang dengan belanjaan nya.
Dirga menurut saja sama sang adik, malas berdebat. Sejak kemarin Adiba minta diantar untuk shopping. Tapi Dirga selalu tak menanggapi ajakannya hingga Adiba merajuk.
" Bantuin dong, bang !" Ujar Adiba minta dibawakan barang belanjaan nya.
Dirga mengabaikan nya sehingga dengan kesal Adiba menghentakkan kaki di tengah orang-orang.
" Abang nih benar-benar tega, ya. Masa adik sendiri ditinggalin. " Ujarnya menatap kesal sang abang.
Bukan rasa kasihan namun kekesalan yang menyeruak dalam diri Dirga.
" Makanya cari pacar, agar tidak merepotkan abang lagi. " Ucap Dirga ikut kesal dengan kekanakan adiknya.
" Iidiiih, abang pintar betul, ya. Kenalin dulu kekasih abang sama Adiba. " Ucapnya berbalik meledek sang abang.
Adiba tak tahu saja jika sang abang sudah menikah meski itu pernikahan siri.
Selama ini Adiba tidak pernah melihat sang Abang membawa wanita ke rumah kecuali sahabatnya Bianca. Dan itu pun Dirga terlalu dingin terhadap perempuan itu. Kadang dia berpikir yang bukan-bukan mengenai abangnya.
" Sini ku bantuin, "ujarnya sangat terpaksa.
Adiba mencebir melihat sikap ketidak ikhlasan Dirga.
" Bruuk."
"Aaukk,"p3kik Adiba tiba-tiba dit4brak seorang pria tampan.
Fazha mendelik melihat tindakan konyol gadis ini, sedangkan air mata Adiba hampir jatuh melihat barangnya berj4tuhan.
Fazha tengah mendorong seorang wanita di kursi roda berjalan sambil menerima telepon, karena itu ia tak melihat Adiba hingga men4braknya.
" Maaf, " ucapnya datar lalu dengan cekatan mengambil barang Adiba.
Sama seperti beberapa tahun lalu, Adiba takjub melihat pemuda tampan itu.
" Nih," ucap Fazha menyerahkan belanjaan itu pada Adiba.
" Te- terima, mas. " Ucapnya tersenyum kikuk.
Fazha tak menanggapi nya, dia terus berjalan mendorong seseorang yang tengah duduk di kursi roda.
Adiba melirik punggung pemuda tersebut dengan berbagai pertanyaan di benak.
" Apakah wanita itu istrinya?" tanyanya seorang diri.
Ada guratan kecewa di wajah.
" Kenapa aku harus sedih ? Dia bukan siapa -siapa. " Gumamnya berusaha menepis perasaannya
***
Udara begitu dingin, hawa dingin begitu menusuk dinding kulit. Seorang wanita kini usai bersiap-siap dengan keberangkatan nya.
Berharap setelah berobat di luar negeri, dirinya akan segera sembuh. Dia tidak ingin bergantung pada seseorang termasuk Fazha.
Kalau bisa, dia akan pergi jauh bersama putrinya dari kehidupan pria ini. Jauh dari kata mewah, walau hidup sederhana namun tidak menyusahkan orang lain.
Dia tak ingin memberi harapan pada pemuda baik itu. Meski setelah perceraian dengan Dirga sekali pun.
Hari ini adalah hari keberangkatan Fazha dan Putri keluar negeri. Sedangkan anak kecil yang masih berusia tiga tahun itu minta digendong oleh mommy nya. Dengan tubuh l3mah nya, Putri menggendong Almira.
" Mari, sayang !Mommy pasti capek." Ujar Nindi membujuk bocah itu.
Almira cemberut menatap Nindi tak suka.
"Mommy pengen berobat, sayang. Kalau mommy sudah sembuh pasti kami pulang cepat. " Fazha ikut membujuk Almira yang tak ingin lepas dari mommy nya.
" Uncle Reihan, mau ?" Ujar Reihan melihat Nindi dan Fazha tak berhasil membujuk nya.
Bocah kecil itu berpikir keras pergi sama uncle Reihan atau tidak.
" Uncle pengen jalan-jalan lho. Almira pengen lihat kelinci?" Ucap Reihan merayu bocah itu.
Dengan cepat Almira beralih minta di gendong oleh Reihan.
" Benak ya, uncle. Jangan boongin Almi !" Ujarnya membuat orang di sana terkekeh melihatnya.
" Almira jangan nakal ya, sayang !" Ucap mommy dengan senyum lembutnya.
" Iya mommy. Jangan lama-lama, ya!"Almi pasti lindu cama mommy." Ucap Almira.
Orang -orang di sana takjub dengan celoteh anak seusia sepertinya.
" Mommy pasti merindukan mu, sayang. " Batin Putri menatap sendu putrinya.
Demi kesembuhannya, dirinya rela m3ningg4lkan putri kecilnya sej4uh ini.