Muda, cantik dan seksi, tidak melulu membuat hidup seseorang baik. Buktinya Berta harus melakukan banyak hal gila agar bertahan hidup, mulai dari pura pura kesurupan, jadi wanita murahan sampai wanita tidak punya adab.
Tapi takdir mempertemukan dirinya dengan Wildan, Pengacara muda, tampan dan sukses tapi terjerat dengan kehidupan tiga keponakannya yang harus dia besarkan.
Simak kegilaan mereka bersama yok!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khorik istiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Di dalam mobil yang terasa hening itu, Berta diam seperti patung. Wil juga diam saja, membuat suasana disana seperti bersitegang.
Sang sopir sesekali menengok spion dalam mobil. Tapi dia juga diam saja.
Berta masih lemas badannya. Kalau pun pulang, apakah dia akan bertemu dengan Ken kembali? Membuatnya semakin lemas. Kenapa hidupnya selalu penuh dengan cobaan. Dia juga ingin hidup tenang seperti orang orang pada umumnya. Semua kehidupan yang dia jalani seperti neraka saja.
Mobil berhenti di sebuah rumah sakit. Berta menengok ke arah Wil.
"Kamu terluka, harus di obati terlebih dahulu."
Saat itulah baru Berta melihat kondisi tubuhnya. Pengikat di tangan dan kakinya melukainya. Menyebabkan luka seperti goresan.
Berta turun, dia berjalan dengan pelan karena kondisi kakinya yang lemas. Wil juga melangkah pelan mengikuti ritme langkah Berta.
Tiba di sebuah ruangan. Anehnya Berta tidak perlu mendaftar, membuatnya bertanya tanya. Apa sosok laki laki itu punya wewenang di rumah sakit ini.
Dia memasuki ruangan dengan nama tag, dr. Yohan Kesadly.
Begitu Wil membuka pintu, seroang dokter dengan masker di wajah menyambutnya.
"Tolong obati dia!"
Dia baru saja melakukan operasi besar, jadi tentu saja membuat badannya lelah. Baru mau rehat, datang lagi temannya yang selalu membawa masalah kepadanya. Ingin sekali Yohan memukul Wil dengan timbangan di dekat kakinya.
Tapi pandangan Yohan segera beralih ke sosok wanita yang dibawa Wil. Dia berpakaian rapi tapi sudah tidak rapi. Singkatnya seperti seseorang yang habis bekerja banting tulang kelelahan. Rambutnya sedikit acak acak. Dia cantik, meski matanya sembab. Yohan tebak dia habis menangis histeris.
Yohan segera membuka maskernya. Dia mendekati Wil dan membisikkannya sesuatu.
"Kau apakan gadis itu?"
"Bukan aku!" Sanggah Wil.
Yohan pasti mengira kalau Wil sudah membuat sesosok gadis cantik itu menangis.
"Ceritanya panjang, pokoknya obati saja dia!"
Padahal Wil pasti berobat kepadanya biar cepat dan gratis. Tapi melihat perangai Wil rasanya Yohan ingin menolaknya saja.
"Dasar tukang perintah!"
Berta yang ada diantara mereka merasa kurang nyaman sudah membuat situasinya menjadi canggung.
"Ah.. mari Nona..." Yohan dengan Ramah mempersilahkan Berta. Kepribadiannya bertolak belakang dengan Wil.
Pergelangan tangan dan kaki Berta memerah. Bekas ikatan itu menyebabkan luka lecet. Yohan dengan segera mencari alat perlengkapan medis pertolongan pertama. Dia membersihkan luka dengan air bersih terlebih dahulu.
"Aw..." Berta mengerang karena merasakan perih.
"Ah maaf..."
"tidak apa apa." Jawab Berta. Dia sendiri malah merasa sungkan. Luka seperti ini, dia bisa mengobatinya sendiri harusnya.
Setelah dibersihkan, Yohan mengoleskan antiseptik terlebih dahulu agar tidak ada infeksi. Jika diberikan dengan benar, Yohan yakin luka itu akan cepet mengering.
Lalu dia meresepkan obat antibiotik kepada Berta, takutnya jika ada nyeri tau infeksi.
Wil hanya memantau saja, dia bahkan tidak berbicaralah.
"Selesai." Yohan tersenyum kepada Berta. Sejujurnya menurut Berta, Yohan juga cukup tampan. Jadi dia sedikit terpana dengan wajah tampan dan sikap Yohan yang seperti gentleman. sayangnya Berta sudah bertemu dengan banyak model laki laki yang dulu di dijodohin kepadanya. Kepada Cinta yang entah ada dimana, dia tidak percaya kalau dia akan seberuntung orang orang yang bisa dicintai dengan tulus.
***
Samuel tiba dilokasi mendapati ruangan pabrik kosong itu lebih berantakan. Botol kaca bekas minuman itu pecah dimana mana, anak buah tewas. Dia kaget.
Rupanya dia telah meremehkan gurunya itu. Dia kira, dia wanita biasa saja yang bisa dia perlakukan dengan santai. Siapa sangka kalau wanita itu mungkin juga punya dekengan orang di belakang layar.
"Hahaha...." Samuel tertawa seperti orang gila. "Menarik!" Sebuah kata dari kesimpulan kejadian ini.
"Bereskan mereka!" Samuel menyuruh anak anak buahnya untuk membereskan mayat mayat yang berserakan di lantai. Dia lalu menghubungi temannya dan bilang bahwa pesta itu telah di bubarkan.
***
"Jawab saja dengan jujur, dengan siapa kamu bersinggungan?"
Berta menatap Wil, "mana kutahu!"
"CK!" Wil merasa ingin emosi saja.
"Apa Nona tidak pernah merasa pernah membuat seseorang marah?"
"Banyak!" Kalau di ingat ingat semua laki laki yang pernah Berta tolak rasany punya latar belakang kekayaan rata rata untuk bisa menyewa orang. Tapi sejauh ini, ini yang paling membuatnya trauma. "Memang kalau pernah menolak laki laki dengan kegilaan bisa membuatnya sakit hati? menculik lalu berusaha melenyapkan?"
Yohan dan Wil beradu pandang. Memang benar bahwa Berta cantik dan entah kenapa visualnya menggoda dan terlihat seksi. Dia juga tipe wanita yang sulit di takhlukkan.
"Bisa saja!" Kata Yohan menyimpulkan.
"Ini pertama kalinya saya merasakan yang seperti ini." Berta hanya tidak menyangka kalau dia harus mengalami hal yang mengerikan seperti sekarang ini.
"Yang penting Nona selamat dan tidak terjadi apa apa."
"Terimakasih Dokter dan Tuan."
"Sama sama Nona, tolong jangan sungkan."
"Berta, panggil saja saya Berta."
"Saya Yohan."
Wil diam saja. "Dia Wil." Akhirnya Yohan yang angkat bicara.
Berta diantar ke kosannya.
"Yakin aman?" Wil memastikan bahwa wanita itu akan baik baik saja.
Berta ragu ragu untuk menjawabnya, tapi memangnya dia punya pilihan lain? Laki laki itu bukan anggota keluarganya, kekasih atau orang yang akrab dengannya sehingga dia harus ketergantungan.
"Iya." Jawab Berta kemudian.
Setelah pintu mobil ditutup, Berta melambaikan tangannya dan melangkah untuk pulang . Kakinya pincang karena luka di pergelangan kakinya menyebabkan perih sejenak. Dia ingin segera sampai kosan dan beristirahat . Tapi sesuai dugaan, Ken ada di depan kosannya , menunggunya dan wajah berseri seri.
Berta muak dengan kehidupan ini.
Tanpa memperdulikan keberadaan Ken, Berta terus melangkah. Melihat langkah Berta yang pincang, Ken melupakan kekesalannya karena Berta turun dari mobil mewah tersebut.
"Kau kenapa?" Melihat kaki Berta yang pincang, Ken memperhatikannya. Rupanya ada bekas luka di pergelangan kakinya. Luka itu masih memerah dan menimbulkan bekas.
"Siapa orang yang melakukan ini?" Ken memegang pundak Berta dengan sangat keras, lalu mengguncang tubuhnya karena marah . Berta kemudian menepisnya.
"Bukan urusanmu!"
"Huh?" Ken menyeringai, tanpa pikir panjang dia menyeret Berta untuk menuju mobilnya. Berta meronta tidak mau pergi. Membawanya pergi kerumah itu kembali hanya akan menjadi neraka Kedua baginya. Meski masih sakit, untungnya tenaga Berta udah diisi kembali, dia kemudian memelintir tangan Ken, lalu menginjak kakinya dengan sepatu hak yang masih dipakainya.
"Arrgghh..." Ken memekik kesakitan.
"Kebiasaan burukmu dalam memaksa orang itu masih belum berubah kan?" Berta setelah berkata demikian, dia tersenyum sinis dan melangkah masuk menuju kosannya.
Laki laki seperti dia memang pantas diberi pelajaran. Selama ini Berta hanya menahannya karena dia masih ingin berada di rumah mendiang kedua orang tuanya. Kini di berpikir bahwa lebih baik hidup sendiri dengan modal hasil kerjanya. Dia sudah mengikhlaskan rumah itu dan saudaranya yang tidak berguna itu. Sonic.... Kakak yang sudah belasan tahun tidak dia lihat.
di tunggu kelanjutannya ya 😊
semangat 💪🏼👏🏼