............. Call Me Jade ..........
" Tetaplah seperti ini Jade, sebentar saja, ijinkan aku melepas rinduku." Lirih pria itu ditelingaku sambil melingkarkan tangannya di perutku.
Aku tahu ini salah, hatiku mengakuinya. Tapi kenapa tubuhku berkata lain, aku bahkan membalas perlakuannya.
Aku membalikkan tubuhku, hingga kami saling berhadap-hadapan. Aku menatap indah manik matanya mencoba mencari kebohongan di sana tetapi aku tidak menemukannya. Hanya pancaran kasih sayang dan ketulusan yang aku dapatkan.
Dia semakin mendekatkan wajahnya, kemudian mengecup keningku lama....
Penasaran kan dengan kisah lanjutnya?
Ikuti terus updatenya yuuukk 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esma_04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Jade mematut dirinya di cermin. Masih merasa insecure dengan posisinya sekarang. Meskipun sebatas pernikahan siri, tapi kenyataannya dia adalah seorang istri dari CEO muda yang cukup berpengaruh.
" Hmmm...apa mas Dandy benar-benar nggak pernah deket sama wanita lain selain aku ?"
Jade melepas jilbab instannya lalu menggerai rambut hitam panjangnya dan mencepol asal.
" Kira-kira misalkan aku ngecek di ponselnya Mas Dandy sopan nggak ya? Tapi gimana caranya aku bisa dapetin ponselnya Mas Dandy ?"
Jade mengetuk-ngetukkan jarinya di meja rias. Hingga terbersitlah ide briliannya.
Jade berlari kecil menuju kamar Dandy dan beruntung, pintu kaca balcony masih terbuka yang menandakan empunya masih di dalam.
" Maaass..."
Jade masuk tanpa basa basi dan langsung mendekati Dandy yang terlihat hendak membuka pintu kamar.
" Ya..."
Dandy menoleh dan tampak terkejut dengan kedatangan Jade yang terlihat terburu-buru.
" Mas..itu...aku boleh pinjam ponsel nggak? Ponselku lowbat aku mau searching sesuatu."
Dandy mengernyit heran dengan alasan Jade. Bukankah Jade masih punya laptop jika sekedar untuk searching.
" Searching..?"
" Iya mas...itu apa ...laptopku juga. Emm..maksudku, aku mau searchingnya sambil jalan-jalan di taman biar nggak bosen."
Jade mulai menemukan alasan yang lebih logis.
Dandy menunjuk ke arah nakas di samping tempat tidurnya.
" Sandinya nama kecil kamu"
Dandy membuka pintu lalu keluar dari kamarnya tanpa menaruh curiga kepada Jade.
" Makasih Maas.."
Jade meninggikan nada suaranya saat menyadari Dandy sudah keluar kamar.
" Semudah itu ? Dia nggak nanya apa-apa lagi."
Jade pun menuju ke nakas dan mengambil ponsel Dandy.
Jade berusaha menyalakan layar, dan dia termangu saat mendapati wallpaper ponsel Dandy adalah foto masa kecilnya saat dia menjuarai lomba menari balet.
" Dari mana Mas Dandy mendapatkan foto ini ?"
Jade mengisi kode sandi dengan namanya.
JADEONG
" Kenapa nggak bisa ?"
JADEONGKAH
" Loh..kenapa udah nggak bisa ? Bentar, tadi katanya nama kecil kan ? Oh..mungkin maksudnya pake karakter kecil kali ya.
Jade berusaha mencoba memasukkan nama-namanya dengan huruf kecil tetapi tetap tidak bisa justru ponselnya terkunci dan harus menunggu beberapa menit lagi untuk membukanya.
" Nama kecil ? Apa maksudnya Ongkahsuan seperti yang tertulis di dinding kamar itu ? Tetapi kenapa dia menyebutnya dengan nama kecil? "
Jade hanya bergumam sendiri dan tanpa disadarinya dia justru berguling guling di atas ranjang kamar Dandy.
" Baiklah..kita coba lagi "
Jade mengisi sandi dengan nama ongkahsuan seperti yang dia pikirkan dan kunci ponsel pun terbuka.
" Waaahh....hebat ! "
Jade mulai membuka-buka daftar kontak, dan tidak ada nama kontak yang terlihat mencurigakan hingga di akhir list, matanya terbelalak saat menemukan satu kontak dengan nama:
💓 Zaujati 💓
Dia menekannya dan terpampanglah nomor ponselnya di sana dan sontak saja hal ini membuat Jade tersenyum-senyum sendiri.
" Baiklah..ujian pertama lolos."
Kemudian dia mencoba membuka galeri dan sesuatu yang membuat Jade terpaku kembali nampak di sana.
Sebuah Folder dengan nama yang sama : Zaujati.
Jade membukanya, dan matanya seketika berkaca-kaca saat dia justru melihat banyak sekali foto-fotonya yang Jade sendiri mungkin sudah lupa kapan waktu kejadiannya.
Hingga ada foto-foto gadis kecil yang usianya mungkin sekitar 8 tahunan sedang bersama dua orang laki-laki berusia sekitar 17 tahun dan 7 tahunan di sebuah mansion yang Jade sendiri tidak tau itu di mana.
" Kenapa aku merasa tidak asing dengan wajah mereka? Dan kenapa ini ada di folder yang berisi foto-fotoku ?"
Jade mencoba mengamati satu persatu foto-foto gadis kecil itu hingga dia seperti melihat sekelebat bayangan tentang seorang pria yang tergeletak di lantai dengan mulut penuh busa.
" Ah...kepalaku. Kenapa jadi pusing ?"
Jade memejamkan matanya erat mencoba meredam rasa sakit di kepalanya.
Dia menghirup napas panjang lalu menghembuskannya perlahan dan mengulanginya beberapa kali hingga dia merasa lebih baikan.
" Jade..fokus ke tujuan awalmu."
Jade bergumam lalu kemudian mencoba menelisik satu persatu aplikasi yang ada.
Perhatiannya teralihkan pada satu aplikasi dengan logo CCTV.
" Jangan-jangan ini digunakan untuk melihat CCTV di rumah ini . Apa dikamarku...? "
Jade segera membukanya saat yang ada dalam pikirannya adalah Dandy yang mungkin saja suka mengintip dirinya saat di kamar.
Jade mengamati satu persatu layar yang terpampang di sana. Dan seperti dugaannya jika kamarnya pun tak lepas dari pantauan.
" Waaahhh...dasar pria mesum. Bahkan dia menaruh CCTV di semua kamar di mansion ini."
Tiba-tiba pandangan Jade teralihkan dengan aktifitas di ruang makan.
Tampak seorang wanita tinggi, langsing, cantik masih dengan setelan kantornya berjalan mendekati Dandy dan langsung memeluknya dari belakang.
Dandy terlihat membalikkan badannya hingga postur mereka yang sama tinggi terlihat seolah mereka saling beradu bibir.
Jade membungkam mulutnya saat melihat adegan itu. Tak ada suara apapun di sana, karna CCTV yang terpasang rupanya tidak dilengkapi dengan perekam suara.
" Apa itu Shanum yang katanya tamu dari Malaysia ?"
Jade menatap raut wajah Dandy yang terlihat biasa saja seolah tidak ada penolakan di sana bahkan saat wanita itu menempelkan telapak tangannya di kening Dandy.
Jade mengepalkan tangannya erat, mencoba menepis rasa sakit yang seketika menghujam ulu hatinya.
" Tenang Jade...tenang....mungkin mereka saudara."
" Benarkah aku istri yang diinginkan ? Bahkan keluarga suamiku saja tidak tahu jika kami sudah menikah."
Jade hanya mampu tersenyum miris saat mengingat siapa dirinya dan apa statusnya di sini.
" Lalu apakah aku harus meminta Mas Dandy untuk mendaftarkan pernikahan kami dan akhirnya Joe mengetahuinya dan sekolahku...?"
" Aaahhh....kenapa rumit sekali kisahku."
Jade akhirnya memutuskan untuk tidur saja daripada memikirkan hal-hal yang membuatnya pusing.
Dia meletakan ponsel Dandi di atas nakas, lalu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Dan satu hal yang dia lupakan, di kamar siapa dia tidur saat ini.
Sedangkan di ruang makan, tak ada perbincangan serius di sana, hanya terdengar dentingan garpu dan sendok yang menjadi irama pengisi.
" Dean..apa kau terbiasa seperti ini ?"
Shanum mencoba memecah keheningan.
" Jangan berbicara saat sedang makan."
Dandy berucap tegas.
Hening.
Itulah yang kembali terjadi hingga mereka bertiga benar-benar selesai menikmati makan malam mereka tanpa mengindahkan seorang gadis yang tengah tertidur lelap melewatkan makan malamnya.
" Katakanlah jika ada yang ingin kau katakan, Shanum."
Dandy berucap.
" Shawn bilang kau tidak enak badan, kenapa tidak ke rumah sakit ? Apa kau slalu seperti ini ?"
" Aku hanya butuh istirahat bukan obat atau dokter."
" Benarkah..? Tapi wajahmu terlihat pucat."
Shanum menyangkal ucapan Dandy karna yang terlihat wajah Dandy memang sangat pucat.
" Tuan..apa kita mau ke rumah sakit sekarang ? Biar aku antarkan ."
Shawn pun baru menyadari akan rona wajah Tuannya yang terlihat pucat.
" Tidak perlu, aku hanya mengantuk. Kalian pulang saja, aku sedang tidak ingin diganggu."
Dandy beranjak dan berniat kembali ke kamarnya karna tiba-tiba saja dia merasa dadanya sangat sesak.
" Dean...tadi aku mengabari ayahmu jika kau sakit. Dan dia menyuruhku untuk tinggal di sini agar bisa menjagamu."
Shanum menghentikan langkah Dandy dengan kalimatnya yang mendayu.
" Pulanglah Shanum, Shawn akan mengantarmu ?"
Dandy menatap Shanum tajam.
" Kenapa..? Apa kau takut aku akan mengganggumu dengan sugar babymu itu ?"
Shanum memberanikan diri mendekati Dandy.
" Apa maksudmu ?"
Wajah Dandy mulai memerah saat mendengar tuduhan Shanum tentang Jade.
" Ayahmu bilang, aku harus menjauhkanmu dari wanita murahan yang bahkan sudah berani menggoda adikmu lalu meninggalkannya saat bertemu denganmu yang jelas-jelas lebih mapan dari Joe."
Ucap Shanum mulai meledak-ledak.
Dandy mendekati Shanum dan mencengkeram dagunya kuat.
" Katakan apa maumu ?"
" Kita bertunangan dan aku akan tetap merahasiakan hubungan kalian dari dunia luar."
Shanum tersenyum smirk saat Dandy melepaskan cengkeramannya.
" Jangan bermimpi. Bahkan aku akan sangat berterima kasih jika kau berani membeberkan hubunganku dengan Jade pada orang lain."
Dandy segera berjalan menuju ke kamarnya. Dia tahu persis jika Shanum tidak akan berani melakukan apa yang baru saja dia katakan.
Bagaimanapun Dandy tahu jika Shanum sebenarnya mempunyai hati yang baik, hanya saja selama ini dia selalu ditekan oleh orang tuanya untuk mewujudkan ambisi mereka.