Mengulik kehidupan selebriti di belakang layar. Novel ini menceritakan tentang, Kayla Aruna, selebriti kurang terkenal yang sudah lama berkecimpung di industri dunia hiburan itu harus menerima kritikan pedas dari netizen setelah dia tampil di salah satu program variety show bersama Thaniel Hanggono.
Namun di tengah kontroversi yang menimpa Kayla, tawaran untuk bermain film bersama Thaniel justru datang dari salah satu production house dengan bayaran yang cukup mahal. Kayla yang menerima tawaran itu karena tertarik dengan naskahnya pun semakin banyak menerima hate comment karena dianggap panjat sosial menggunakan nama Thaniel.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourlukey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nepobaby
Seminggu sebelum tawaran peran ditujukan kepada Kayla.
"Kenapa lo minta gue buat ambil peran ini, sih? Lo nggak takut filmnya gagal atau mendapat banyak kritik?" Thaniel berkata pada Marsya, lalu duduk di sofa ruang tengah rumahnya.
Marsya adalah sepupunya yang juga seorang produser film. Berbeda dengan Thaniel yang masuk ke industri hiburan lewat pengaruh ibunya, Marsya justru masuk karena kerja keras dan tangan dinginnya. Meski berada di balik layar, namun pengaruh perempuan itu cukup kuat untuk memproduksi film-film berkualitas. Dia memang bukan yang paling terbaik di industri ini, tapi dia adalah salah satu yang terbaik. Banyak aktris dan aktor yang ingin bekerja sama dengannya.
"Gue pengen nantangin lo. Kritik? Film gue juga banyak yang dikritik. Kalau yang lo khawatirkan cuma kritik, kenapa lo nerima dua film sebelumnya sebagai peran utama? Lo nggak takut filmnya gagal atau mendapat banyak kritik? Iya sih, lo banyak nerima kritik, tapi nggak gagal juga." Kata Marsya. Dia menyilangkan kedua kakinya di atas sofa.
Thaniel memperbaiki posisi duduknya. "Bukan begitu. Dua film sebelumnya hanya memanfaatkan kepopuleran gue doang buat cari duit. Sementara lo, lo itu perfectionist, Sya. Lo pasti mau film lo diperanin aktor yang lebih layak dari pada gue."
"Kata siapa gue nggak nyari duit? Semua orang yang ada di industri ini juga nyari duit, Niel. Makanya gue butuh lo buat meranin karakter di film ini."
"Sya, lo tahu nggak julukan netizen ke gue itu apa? Aktor nepobaby. Dan sekarang sepupu gue yang seorang produser terkenal nawarin gue buat meranin karakter di filmnya sebagai pemeran utama. Menurut lo, gue bakal dicap apa?" Thaniel berkata dengan nada penuh penekanan.
Sebenarnya Thaniel juga ingin mencoba berbagai macam karakter yang berbeda dalam setiap film yang dia perankan, tapi kalau itu datangnya dari sepupunya sendiri, dia ragu untuk menerima. Pendapat publik berpengaruh besar terhadap hidupnya.
"Lo khawatir banget, sih, sama julukan itu. Di industri ini juga banyak, kok, yang kayak lo. Populer karena orang tuanya selebriti terkenal. Mereka biasa aja, tuh, dijulukin artis jalur nepotisme. Yang jadi kontroversi itu kalau lo nggak bisa meranin karakternya dengan baik. Untuk film gue ini, lo nggak kepilih karena kita sepupu, tapi karena lo cocok meranin karakter ini. Jadi kalau ada isu gue milih lo karena kita sepupu, gue jamin itu nggak bener. Yang perlu lo lakuin sekarang adalah pahami karakter lo, terus akting sebaik mungkin."
Thaniel menghela napas dalam-dalam. "Sya,"
"Terus lo mau buktiin ke orang-orang yang nggak suka sama lo dengan cara apa, kalau bukan dengan improve skill lo? Untuk improve skill, lo harus main di banyak film, kan? Ok. Anggap aja kita bukan sepupu, lo mau nerima tawaran ini, nggak?"
Thaniel diam. Sulit untuk menyanggah sesuatu yang benar-benar dia inginkan.
"Mau, kan? Kontroversi nepobaby nggak akan berhenti hanya karena lo nggak main di film gue. Satu-satunya cara untuk meredam kontroversi, ya, lo harus ngebuktiin kalau lo bisa."
Marsya benar. Menurut Thaniel itu adalah satu-satunya cara. Meski faktanya dia masuk ke industri hiburan ini lewat jalur nepotisme, setidaknya dia harus membuktikan kualitasnya.
"Kalau seandainya kita bukan sepupu, apa lo bakal tetap nawarin karakter ini ke gue?" Thaniel balik bertanya.
"Iya." Marsya menjawab mantap. "Gue udah berbulan-bulan nyari aktor yang cocok sama karakter ini, tapi nggak ada yang sreg. Padahal gue udah nyari dimana-mana, buka audisi, sampai buka profil satu-satu aktor di negeri ini, tapi nggak ada yang cocok. Terus kebetulan ada kontroversi lo yang nggak jelas itu dan, yah, gue nemu. Orang terdekat gue sendiri. Thaniel Hanggono."
Penjelasan Marsya meyakinkan Thaniel. Meski dia tahu kalau nanti akan lebih banyak kontroversi, dia ingin mencobanya. Mencoba karakter yang belum pernah dia perankan.
"Gimana?" Marsya memastikan.
Thaniel menghela napas dalam-dalam, kemudian menganggukan kepalanya.
"Ok." Kata Marsya. Dia lalu berdiri dari tempat duduknya, mengambil tas, kemudian beranjak dari tempat itu. Tugasnya untuk meyakinkan Thaniel sudah selesai. Saatnya untuk kembali pada kesibukannya. Tapi baru sampai di ambang pintu, dia berbalik. "Oh, ya. For your information, gue mau nawarin lawan main lo ke orang yang terlibat kontroversi sama lo."
"Apa lo bilang?" Thaniel berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri Marsya.
"Kenapa? Lo beneran ada konflik sama dia?"
"Bukan. Bukan begitu."
"Terus."
"Gue takut aja kalau jadi kontroversi. Dia kan udah banyak dihujat gara-gara gue." Kata Thaniel.
Marsya tampak tidak peduli. "Negeri kita kan juga udah banyak kontroversinya, jadi nambah satu juga nggak bakal ngaruh." Katanya, lalu kembali melangkahkan kaki keluar dari rumah Thaniel, menuju mobil yang ada di depan rumah sepupunya, lalu melajukan kendaraannya.
Sebenarnya Thaniel bukan tidak senang akan beradu akting dengan Kayla, justru itu adalah harapannya bisa belajar banyak dari perempuan itu, tapi bagaimana dengan Kayla? Apakah dia akan menerimanya? Mengingat bahwa Kayla pernah mengatakan kalau dia membenci dirinya, Thaniel rasa itu pasti bukan pekara yang mudah.
***
Setelah beberapa hari berlalu dan nama Thaniel diumumkan sebagai pemeran utama yang akan menjadi lawan main Kayla. Tentu dia juga mendapat tekanan publik yang mengeluhkan tentang kemampuan beraktingnya.
"Emang nggak ada aktor lain, selain Thaniel? I mean, kenapa harus Thaniel lagi."
"Ini Marsya beneran mau pakai Thaniel."
"Buat yang nggak tahu, Marsya sama Thaniel itu sepupuan."
"Apa yang kalian harapkan dari seorang aktor nepobaby?"
"Kelebihan Thaniel selain wajah cakep apa, sih? Bekingan kuat?"
"Harusnya pakai judul 'Thaniel And Crew' nggak, sih?"
"Serius, ya, Thaniel ini muka tebal banget. Udah nggak bisa akting malah maksain diri buat terjun ke industri hiburan. Jadi aktor lagi. Kan lo bisa ongkang-ongkangan kaki sambil nikmati kekayaan orang tua lo, Thaniel. Atau minimal kalau lo ngebet banget jadi selebriti, ya, jangan jadi aktor juga. Kan lo bisa jadi pembawa acara, conten creator, atau yang lainnya. Tapi kenapa lo malah milih buat jadi aktor? Giliran dihujat lo sakit hati, tapi nggak mau introspeksi. Haduh, miris banget. Lagian juga kalau lo mau jadi aktor, jangan langsung ambil peran utama, figuran dulu kek, cari tahu seluk beluknya."
Begitulah ragam komentar di media sosial yang kontra akan dirinya yang ditunjuk sebagai pemeran utama. Membaca komentar-komentar itu, Thaniel jadi setuju dengan pendapat Marsya bahwa tidak ada yang bisa meredam kontroversi nepobaby selain dirinya sendiri, selain menunjukkan bahwa dia juga bisa berakting. Dia juga layak untuk terjun ke industri ini.