Vivian, kelinci percobaan dari sebuah lembaga penelitian, kembali pada satu bulan sebelum terjadinya bencana akhir zaman.
selama 8 tahun berada di akhir zaman.
Vivian sudah puas melihat kebusukan sifat manusia yang terkadang lebih buas dari binatang buas itu sendiri.
setidaknya, binatang buas tidak akan memakan anak-anak mereka sendiri.
.
.
bagaimana kisah Vivian memulai perjalanan akhir zaman sambil membalaskan dendamnya?
.
jika suka yuk ikuti terus kisah ini.
terimakasih... 🙏🙏☺️😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26. Gudang senjata.
"Aku tahu sebuah tempat rahasia tidak jauh dari sini." ucap Peter.
"Tempat apa?." Vivian menoleh ke arah Peter.
"Sebuah gudang senjata milik geng bawah tanah."
"Menurut kalian, apakah mereka masih memiliki penjaga saat ini?." Tanya Kris sambil memainkan jari-jarinya di dek kapal.
"Kurasa tidak. Tempat mereka sangat tersembunyi. Dan dengan banjir yang belum juga reda, aku yakin mereka tidak akan mendatangi tempat tersebut." Peter memutar kemudinya ke arah selatan.
"Bisakah kamu menjamin perkataanmu? Senjata itu adalah milik seorang mafia, oke. Bagaimana mungkin mereka meninggalkan barang berharga seperti itu tanpa pengawasan." Kris kurang yakin dengan tebakan Peter.
"Mengapa kita tidak mengeceknya terlebih dahulu?. Jika memang ada penjaga, apakah kalian akan pergi begitu saja tanpa mengambil apapun?" Tanya Peter.
"Tentu saja tidak. Mana mungkin aku melewatkan kesempatan langka seperti ini." Ucap Vivian dengan percaya diri.
.
.
Mereka bertiga mendaratkan kapal nelayan agak jauh dari lokasi gudang tersebut.
Dengan waspada, mereka mulai memasuki hutan yang menjadi pusat dari gudang persenjataan yang disebutkan oleh Peter.
Gudang itu berada di daratan tinggi, sehingga, banjir yang merendam hingga belasan gedung apartemen di luaran sana tidak mempengaruhi keberadaan gudang tersebut sama sekali.
"Apakah yang di depan itu adalah gudang yang kamu maksud?." Tanya Vivian ketika dia sudah dapat melihat bangunan di depannya dari jarak 1 km.
"Mana, mana?." Kris melihat ke kiri dan ke kanan tapi belum dapat melihat di mana bangunan yang disebutkan oleh Vivian.
"Itu, di depan sana. Bukalah matamu lebar-lebar, jangan hanya melihat ke sebelah kiri dan kanan tanpa tujuan." Vivian meraih kepala Kris dan mengarahkannya untuk melihat ke arah gudang.
"Wah... begitu besar? Berapa banyak kira-kira senjata yang ada di dalamnya?" menggosokkan kedua telapak tangan. "Aku jadi bersemangat. Ayo. Kita segera ke sana dan mengambil barang-barang milik kita hahaha." Kris menjadi sangat bersemangat ketika telah dapat melihat bangunan gudang tersebut.
"Kenapa sekarang kamu lebih seperti seorang pencuri. Apakah akhir dunia akhirnya juga merubah sifatmu yang dulunya penakut itu?." ejek Vivian.
"Apa!. Aku bukan pencuri. Aku hanya mencuri dari orang-orang jahat dan tidak akan mengambil barang-barang dari orang yang baik." Kris mencoba membela diri.
"Sama saja, itu namanya pencuri."
.
Saat ini mereka bertiga sudah mencapai jarak 50 meter dari gudang.
"Ternyata ada 5 penjaga di luar gudang. Aku yakin di dalamnya juga masih terdapat beberapa orang lagi." Ucap Vivian kala melihat 5 orang pria kekar dengan membawa senjata laras panjang mereka masing-masing.
"Kita harus memisahkan mereka." Usul Peter.
"Caranya?." Tanya Kris.
"Aku dan Kris akan mengalihkan perhatian kelima orang tersebut." Ucap Peter.
"Apa?, Aku?. Kenapa harus aku?. Aku masih belum ingin bertemu dengan raja yama. Oke." Kris menolak Peter yang mengajaknya mengalihkan perhatian para penjaga.
"Lalu, apakah kamu ingin Vivian yang memancing para penjaga itu?."
"Tentu saja tidak mau." Kris menolak tanpa berpikir dua kali. "Baiklah, aku akan ikut denganmu. Tapi kamu sebagai seorang tentara berpengalaman, harap lindungi aku juga."
Mereka berdua lalu pergi untuk mengalihkan perhatian kelima penjaga yang ada di depan gudang penyimpanan senjata.
Grusak.
Peter melemparkan batu ke arah semak.
"Siapa di sana!."
DOR
Seorang penjaga menembakkan senapannya ke arah batu yang dilemparkan oleh Peter.
"Keluarlah!."
"Jangan terlalu curiga, lebih baik kamu melihatnya ke sana secara langsung. Siapa tahu ular-ular itu masih belum bersih sepenuhnya." Ucap penjaga yang ada di di sebelahnya.
"Ck. Apakah racun yang dikirimkan oleh Alvin tidak se-berguna itu hingga masih menyisakan ular hidup lainnya?." Pria yang menembakkan senapannya tadi menggerutu.
"Jangan berbicara seperti itu, sudah baik dia bisa menyusup ke dalam militer. Jika tidak ada dia di sana. Menurutmu, bagaimana kelompok penjaga seperti kita yang terdiri dari 15 orang ini dapat selamat dari serangan ribuan ular yang terjadi beberapa hari lalu?." Pria di sebelah penembak itu membela Alvin.
Suara pelan. "Apakah kelompok mereka juga ada yang menyusup ke dalam militer?." Kris melihat ke arah Peter dengan curiga.
"Kalau tidak? Menurutmu, bagaimana mereka bisa mengumpulkan senjata sebanyak itu di gudang yang ada di belakang mereka jika tidak ada perlindungan dari pemerintah?." Ucap Peter
"Jadi, pemerintah juga bekerja dengan dunia bawah?."
"Menurutmu?."
"..."
"Jangan banyak bicara. Ayo kita segera bergerak." Peter memimpin di depan Kris.
.
Setelah kelima penjaga di luar dialihkan perhatiannya oleh Kris dan Peter.
Vivian terlebih dahulu menyusup masuk ke dalam gudang.
Begitu memasuki gudang, hal pertama yang dilihat oleh Vivian adalah tumpukan kontainer di setiap sudut yang entah berisi apa di dalamnya.
"Mungkinkah semuanya berisi senjata?." gumam Vivian.
Klontang
Vivian tidak sengaja menginjak kaleng bekas minuman.
"Coba kamu cek ke sana." ucap salah seorang penjaga kepada rekan yang ada di sebelahnya.
"Mengapa tidak kamu saja yang melihatnya?. Permainan ku tinggal sedikit lagi akan menang." Penjaga yang mendapat perintah itu tengah asyik melihat kartu di tangannya dengan serius.
Plak
Mengeplak kepala
"Cek sekarang, atau tidak akan ada permainan lagi." Ancam pria dengan kepala botak dan luka di wajah yang seperti kelabang.
BRAK
Meletakkan kartu dengan kasar di atas meja.
"Baiklah. Aku akan mengeceknya." Penjaga itu berjalan ke arah suara yang ditimbulkan oleh kaleng yang terinjak Vivian.
Saat ini Vivian tengah bersembunyi di balik salah satu kontainer tidak jauh dari tempatnya menendang kaleng. Ia tampak mengecilkan keberadaannya agar tidak ketahuan oleh pria yang menjaga gudang tersebut.
Ceklek
Vivian mengeluarkan pistol dengan peredam suara dari dalam ruang angkasa dan memegangnya erat-erat di tangan.
Ketika pria itu mendekat, Vivian menembakkan pistolnya tepat di dahi pria itu.
Bruk
Seketika pria itu terjatuh, tidak dapat bergerak lagi.
"Kenapa hanya mengecek saja lama sekali?!." Penjaga yang tadi menyuruh rekannya untuk mengecek keadaan menjadi tidak sadar karena permainan tertunda sangat lama.
"Ck." Pria itu lalu pergi untuk mengecek keadaannya secara langsung.
"Hei! Apa yang kamu lakukan dengan tiduran di sana?." Penjaga itu menendang kaki temannya dengan keras.
Mendapati ada sesuatu yang aneh, pria itu bergegas kembali untuk mengambil senjatanya. Namun,
DOR.
Terlambat.
Karena Vivian sekali lagi melepaskan tembakan ke arah pria yang baru saja mengecek ke arahnya.
Menyadari bahwa ada masalah dengan kedua temannya. Para pria yang menjaga gudang segera mengambil senjatanya masing-masing dan menembakkan senjata tersebut ke arah Vivian.
Untung saja Vivian memiliki ruang. Jadi setiap peluru yang akan mengenainya segera ia masukkan ke dalam ruang sehingga dia tidak memiliki luka satupun ditubuhnya.
Tapi berbeda dengan para penjaga yang tidak memiliki ruang. Mereka terpaksa menghembuskan nafas terakhir mereka di tangan Vivian.
aku juga pengen hehe...
pengen juga punya ruang hehe
author juga terimakasih atas dukungannya 😊