Seorang wanita cantik yang suka dengan kehidupan bebas hingga mendirikan geng motor sendiri. Dengan terpaksa harus masuk ke pesantren akibat pergaulannya yang bebas di ketahui oleh Abahnya yang merupakan Kyai di kompleks perumahan indah.
Di Pesantren Ta'mirul Mukminin wanita cantik ini akan memulai kehidupannya yang baru dan menemukan sosok imam untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Ustadz Rehan dan Ustadz Fari pun kembali sibuk dengan kegiatan mereka.
"Assalamu'alaikum, Umi." ucap Nayla terduduk lesehan menghadap ke Umi. Fifia pun mengikuti Nayla, ia juga duduk lesehan seperti Nayla.
"Wa'alaikumsalam... Ada apa, Nayla? Kenapa kamu sampai ke ndalem begini?" tanya Umi Zahra halus.
"Ini Umi, Mbak Fia mau berbicara dengan Umi." Nayla menyenggol lengan Fifia memberi kode untuk berbicara.
"Mau bicara apa Nak?" Umi Zahra menatap Fifia dengan tatapan teduh.
"I-ini Umi... A-anuu.... I-ituu...." tiba-tiba lidah Fifia terasa kelu. Seakan ia sulit untuk berbicara.
"Ini apa? Itu apa, Nak?"
Nayla mengernyit heran dengan Fifia. Ia menatap Fifia memberi kode agar berbicara yang jelas. "Mbak kenapa ngomongnya kek gitu?" bisik Nayla.
Degh...
Degh....
Degh....
Degup jantung Fifia berdetak tak karuan. Entah kenapa berhadapan dengan Umi seakan ia tengah berlomba membaca Al-Qur'an dan menghadap Umi sebagai jurinya.
Fifia berusaha menetralkan detak jantungnya. Ia menghembuskan nafasnya berkali-kali.
"Nak Fia mau bicara apa? Kok malah diem?"
"Eee... Inii... A-anuu Umi... S-sebenarnya... Fifia mau ikut menghafal Al-Qur'an." Fifia bernafas lega setelah mengucapkan kata-kata itu.
"Oohhh... Umi, kirain ada apa? Kok ngomongnya kayak susah gitu. Kalau Nak Fia mau menghafal Al-Qur'an. Boleh-boleh saja, nanti setiap subuh Nak Fia storkan hafalannya pada Umi. Sorenya sehabis sholat asar Nak Fia murojo'ah bersama santri-santri lain di aula masjid. Nanti akan di pimpin sama Ustadzah Nurul." terang Umi Zahra.
"Iyaa Umi. Emm setoran ngajinya mulai kapan, Umi?" tanya Fifia.
"Besok boleh" ucap Umi Zahra menatap Fifia dengan teduh. Ia berharap Fifia menjadi santrinya yang sholehah. Ia ingin suatu saat Fifia pantas bersanding dengan putranya dan menjadi menantunya.
"Baik, Umi. Kalau begitu kami pamit dulu, Um. Assalamu'alaikum..." ucap Fifia
"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh"
Nayla dan Fifia pun melenggang pergi setelah selesai mengatakan hal itu pada Umi. Mereka berpas-pasan lagi dengan dua lelaki yang tengah fokus dengan laptopnya sembari membahas bisnis.
"Permisi Ustadz" ucap Nayla menunduk. Fifia mengikuti hal sama yang di lakukan oleh Nayla.
"Fifia" panggil Ustadz Rehan membuat langkah Fifia terhenti. Tangan Fifia reflek menarik tangan Nayla. Membuat Nayla ikut menghentikan langkahnya.
"I-iyaa Ustadz" ucap Fifia gugup. Pasalnya ia tak pernah mengenalkan dirinya pada Ustadz Rehan.
Ustadz Rehan menghampiri Fifia. Ia mengulurkan tangannya ingin berkenalan dengan Fifia. "Nama ku Rehan Sakeel. Kamu pasti sudah tau nama ku dari teman mu ini kan. Boleh berkenalan dengan mu?"
Mulut Nayla menganga tak percaya. Ustadz Rehan ingin berkenalan dengan Fifia. Suatu keajaiban di dunia ini. Ia tidak pernah melihat Ustadz Rehan berkenalan dengan santri baru.
Fifia menunduk dan ia pun menangkupkan tangannya. Ia memang suka menongkrong dengan teman-temannya. Namun ia sama sekali tidak pernah menyentuh lelaki yang bukan muhrimnya. "Maaf Ustadz, saya tidak bermaksud untuk menyinggung Ustadz dengan tidak menerima uluran tangan Ustadz. Bukankah Ustadz sudah tau nama saya. Saya pikir tidak perlu untuk berkenalan." ucap Fifia sopan.
Ustadz Rehan menarik tangannya kembali. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Memang yang di katakan gadis cantik di hadapannya ini memang benar. "Ahh iya nggak papa."
"Apa masih ada yang ingin Ustadz katakan?"
Ustadz Rehan menggeleng.
"Kalau sudah tidak ada, saya dan teman saya permisi dulu." Fifia menarik tangan Nayla dan bergegas menjauh dari sana.
"Cuek ternyata. Kalau begitu, aku harus lebih semangat untuk mendekatinya." gumam Ustadz Rehan.
Ustadz Fari yang tak sengaja melihat hal tadi. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya. 'Kalau di lihat-lihat, dia memang cantik, kelihatannya juga pintar. Sepertinya dia juga jago bela diri. Terlihat dari postur tubuhnya yang seperti seorang yang pandai bela diri.' ucap Ustadz Fari dalam hati.
"Maaf, Ustadz. Sepertinya pembahasan ini cukup sampai di sini. Karena ini sudah hampir masuk jam kelas pelajaran para santri." ucap Ustadz Fari saat Ustadz Rehan sudah kembali duduk di sebelahnya.
"Iyaa Ustadz tidak papa. Saya juga sudah paham dengan pembahasannya. Terima kasih sudah membantu saya."
Ustadz Fari hanya mengangguk. "Kalau begitu saya permisi dulu. Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh"
**
"Busyet bener... Ehh astaghfirullah... Maksudnya kaget aku, Mbak. Nggak nyangka Ustadz Rehan ngajak Mbak Fia kenalan. Kenapa Mbak cuek tadi?"
"Nayla, sudah ada gadis lain yang menyukai Ustadz Rehan secara diam-diam. Aku tidak mau menyakiti perasaan gadis itu."
"Benarkah itu, Mbak?" Nayla menatap Fifia dengan lekat. Fifia hanya menganggukkan kepalanya.
"Siapa dia, Mbak?" tanya Nayla penasaran.
"Mbak Yulia, dia yang menyukai Ustadz Rehan secara diam-diam." jawab Fifia tersenyum.
"Mbak tau dari mana Mbak Yulia suka dengan Ustadz Rehan?"
oke lanjut
semangat untuk up date nya
Alhamdulillah double up date
oke lanjut thor
semangat lanjutkan Thorrrrr