Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Minta Saran
"Apa peduli anda pak?" balas Zizi berusaha santai.
"Hey! Aku pimpinanmu dan juga suamimu. Dua hari kamu gak masuk kerja dan dua hari kamu gak nginap di rumah. Trus kamu nanya apa peduliku? Lucu sekali!"
"Aku sudah minta izin pada Pak Dev dan juga mbak Meta. Aku sudah mengikuti aturan di perusahaan ini."
"Lalu bagaimana dengan urusan di rumah? Kenapa kamu tidak meminta izin padaku heh?!"
"Untuk apa pak?"
Bara terdiam. Untuk beberapa detik ia tak mampu menjawab.
"Kamu istriku dan aku adalah suamimu. Apa pun yang ingin kamu lakukan harus minta izin padaku juga!"
"Cih! Egois banget!" Zizi mencibir dan bergegas untuk pergi dari hadapan Bara. Akan tetapi pinggangnya langsung diraih oleh pria keturunan Turki itu.
"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Bara dengan tangan semakin merapatkan tubuh Zizi ke dalam rengkuhannya.
Zizi gelisah. Posisi mereka saat ini begitu berbahaya untuk kinerja otak dan juga jantungnya.
"Ayo katakan sekali lagi. Kamu ngomong apa tadi?" ulang Bara dengan tatapan lurus ke dalam bola mata indah istrinya. Gelenyar aneh pun tanpa permisi merambat dari dalam pembuluh darahnya hingga membuat ia gelisah.
Zizi pun sama, gadis itu semakin gelisah. Dadanya berdebar kencang. Ia takut benteng pertahanan yang selama dua hari ini, ia bangun akan hancur karena mengharapkan lebih dari pernikahan ini.
"Bapak egois!" tegas Zizi saat ia berhasil menghalau perasaannya.
Bara terkekeh kemudian langsung meraih bibir Zizi yang sejak tadi memanggilnya untuk disentuh. Pria itu mengulum daging tak bertulang itu dengan sangat lembut tanpa menunggu izin dari Zizi.
Kedua bola mata Zizi melotot. Ia terlalu kaget dengan aksi tiba-tiba suaminya. Dengan cepat ia mendorong tubuh pria itu hingga tautan bibir mereka terlepas.
Nafas Zizi tersengal karena baru mendapatkan oksigen. Dadanya pun naik turun karena kesal.
Bara tampak kecewa. Ia tak suka ditolak disaat ia sangat menikmati bibir Zizi yang sangat lembut, kenyal, dan juga manis.
Dengan cepat, pria itu menekan tengkuk Zizi dan mengulangi lagi apa yang ia lakukan tadi. Tapi kali ini dengan sangat kasar hingga Zizi menggigit bibir suaminya itu.
"Aaargh!" Bara berteriak tertahan karena kesakitan.
"Berani kamu lakukan ini Zi?!" ucap pria itu seraya menyentuh bibirnya yang terasa membengkak dan bahkan mengeluarkan sedikit cairan merah dan terasa asin.
Zizi langsung merasa bersalah dan kasihan pada suaminya yang sangat tampan itu. Akan tetapi perasaan kesalnya lebih mendominasi jadi ia harus tega. Pria itu sangat egois dan ingin enak sendiri.
Zizi pun memundurkan langkahnya satu langkah kemudian membungkukkan badannya sedikit.
"Maaf pak, aku diminta kesini oleh pak Dev untuk bekerja. Jadi mohon agar bapak tidak mencampur adukkan urusan rumah tangga dengan urusan pekerjaan."
Bara terkekeh kecil. Alisnya terangkat sedikit. Meskipun ia sangat kesal tapi ia berusaha untuk tetap tenang. Ia memang salah karena begitu sangat tergoda dengan istrinya itu tapi sekarang ia akan menahan diri.
Ia akan jadi Bara yang dingin dan tak tersentuh kecuali kalo ia khilaf.
"Bagus. Kamu ternyata sudah ada kemajuan pesat padahal baru dua hari tidak masuk bekerja."
"Terimakasih banyak pak," jawab Zizi tersenyum. Hatinya lega karena Bara ternyata tak marah padanya.
"Siapa yang ngajarin kamu heh? Apakah pak Farel kepala divisi humas?" cecar Bara ingin tahu apa yang dilakukan oleh Zizi di ruangan Farel beberapa saat yang lalu.
"Bukan pak. Tapi pak Devano, sekretaris bapak."
Cih, sialan kamu Dev. Gajimu akan aku potong 80%.
Berjalan ke arah kursinya dengan wajah meringis. Bibir bawah Bara yang terasa sangat nyeri ia berikan beberapa lembar tissue.
Sial! Kenapa aku sangat suka rasa bibir Zizi, habis makan apa dia, kenapa manis begitu?
Mendudukkan dirinya di atas kursi kebesarannya, Bara pun menatap Zizi yang berdiri mematung tak jauh darinya. Wanita muda itu menundukkan wajahnya dengan jari-jari tangan saling meremas.
"Baiklah, Jadi katakan apa saja tugas dan pekerjaanmu di sini sesuai petunjuk Devano," tanya Bara berusaha untuk profesional kembali.
Zizi mengangkat wajahnya kemudian tersenyum tipis dan langsung membuat Bara semaput. Ternyata, kalo dilihat dan dipandang dalam keadaan tersenyum seperti itu wajah Zizi semakin cantik.
"Aku adalah asisten pribadi pak Bara sesuai Surat Keputusan Presiden Direktur. Jadi tugasku adalah membantu bapak dalam setiap pekerjaan bapak, dari pagi sampai jam pulang kerja."
"Apakah termasuk semua kebutuhan aku juga nona asisten?"
Zizi kembali tersenyum.
"Iya pak. Selama itu bisa membantu lancarnya pekerjaan bapak dan kemajuan perusahaan ini."
Bara pun langsung tersenyum samar. Ia suka dengan jawaban wanita cantik ini.
"Bagus. Kalo begitu aku sedang butuh bantuan kamu Zi."
"Siap pak."
"Sekarang obati bibirku ini!" titah Bara seraya menyentuh bibirnya yang masih terasa nyeri.
"Apa pak?"
"Kamu dengar apa perintah aku bukan?"
Zizi langsung gelagapan. Bagaimana caranya ia bisa mengobati bibir suaminya jika ia sendiri sudah berjanji untuk tidak akan mau bersentuhan dengan pria itu.
Ah bisa-bisa ia tergoda.
"Maaf pak. Kalo soal itu aku tidak tahu cara mengobatinya."
"Lah kalo tidak tahu kenapa kamu gigit?! Kamu bisa balas mengulum bibir aku Zi!" kesal Bara.
"Bapak sih main cium-cium saja. Ini 'kan di tempat kerja!" balas Zizi sengit.
"Jadi kalo di rumah boleh?!" senyum Bara dengan tatapan mesumnya.
Zizi langsung melotot. Tentu saja juga tidak boleh.
"Apa aku panggilkan dokter saja?" tawar Zizi dengan maksud mengalihkan pembicaraan yang sudah mulai memanas tapi bukan panas api.
"Gak bisa. Memanggil dokter akan memakan waktu yang sangat lama. Sedangkan aku sudah sangat kesakitan. Aku bisa infeksi. Darahnya bisa saja keluar banyak dan juga membuat aku kehabisan darah."
Zizi melongo. Apa mungkin pria tinggi besar ini akan kehabisan darah hanya karena gigitannya yang sebenarnya tidak terlalu keras.
"Bapak modus ya?!" tatap Zizi curiga.
"Eh ngapain modus. Dengar ya nona asisten. Aku ada meeting beberapa jam lagi dan akan bertemu dengan banyak orang di sebuah hotel. Apa kamu ingin membiarkan bibirku bengkak seperti ini dan mempengaruhi performa aku di depan semua orang heh?!"
Zizi terdiam. Bara terkenal sebagai sosok pengusaha muda yang sangat keren dan cool. Kalo ada yang melihat bibirnya bengkak seperti itu, apa itu akan mempengaruhi pendapat orang tentangnya?
"Sini cepat. Obati bibirku!" panggil Bara dan membuat Zizi tersentak kaget.
"Gak tahu caranya pak. Apa aku harus tanya pak Devano dulu?" gugup Zizi.
"Tanya saja. Kamu 'kan lebih percaya padanya daripada orang lain," sindir Bara.
"Baik pak," ucap Zizi dan segera pamit untuk bertemu dengan Devano.
Bara tersenyum samar. Ia berharap Devano akan memberikan saran yang bagus dan bisa diandalkan.
Kalau tidak? Maka pria kepercayaannya itu akan mendapatkan potongan gaji 100%.
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen
Ada yang tahu apa saran Devano?
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀