Novel ini mengisahkan seorang pemuda lugu yang kekuatannya tertutup racun sejak kecil, dia bertemu dengan seorang kakek yang menolongnya dan memberinya kekuatan yang bisa mengalahkan para dewa.
Dia punya tubuh antik yang jarang dimiliki oleh banyak orang, tapi titik kekuatan yang dia punya hanya terbuka satu saja, padahal ada tiga titik kekuatan yang harus dibuka untuk setiap orang yang belajar beladiri.
Pemuda ini tidak tahu siapa kedua orang tuanya, dia berpetualang mengelilingi kerajaan-kerajaan hingga akhirnya dapat menemukan orang tuanya yang saat ini kekuatannya sudah hilang sama sekali karena titik kekuatannya sudah dihancurkan semua oleh seorang yang mempunyai kekuatan super power juga.
Orang yang mempunyai kekuatan super power itu ternyata adalah saudaranya sendiri yang menapaki jalan hitam dalam kehidupannya.
Dengan segenap keinginan dan semangat yang membara, tokoh utama dari novel ini mempelajari ilmu spiritual dan berusaha untuk membuka semua titik kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wicaksana bertubuh Setengah Dewa Setengah Iblis
Sesampainya di padepokan, terlihat orang yang tangkat tadi sudah tidak bernyawa.
“Bagaimana, apakah ada sesuatu yang bisa kita dapatkan dari dia?”. Tanya Raja Danuarsa yang membuat ki Buana Abadi dan Ki Ageng Aksatriya langsung memberi salam hormat.
“Mereka dari kelompok kecil yang bernama Langit Ireng, menurut ki Buana Abadi, kelompok langit ireng lebih kuat daripada kelompok Macan Ngamuk”. Jawab Ki Ageng Aksatriya.
“Begitukah? Kelompok apa lagi yang lebih kuat dari kelompok Langit ireng ini ki?”. Tanya Raja
“Ada kelompok gajah sakti, kelompok elang emas dan masih ada enam kelompok kecil yang kekuatannya melebihi kelompok Langit ireng ini? Kalau tidak salah kelompok Langit ireng anggotanya hanya lima puluh orang saja, apakah???”. Ki Buana Abadi sedang menerangkan tiba-tba terfikirkan sesuatu.
“Jangan-jangan kerajaan Singo Ngaung, Dadung Mbulet, Wesi Lunak dan kerajaan Tirta Reja sedang diserang juga oleh mereka?”. Rama melanjutkan pembicaraaan itu.
“Istriku yang cantik, mari kita pulang dulu menemui kakakmu, sepertinya disana juga sedang ada pertunjukan yang menarik”. Kata Rama dengan mesranya yang membuat semua orang yang berada disana menjadi iri.
“Aku ikut kakaaaak”. Purwati meminta untuk ikut ke kerajaan Singo Ngaung.
“Adikku yang cantiiik, mending kamu ke kerajaan Dadung Mbulet, disana pasti sedang banyak kerusuhan juga, ajak ayah dan ki Buana Abadi untuk ikut juga”. Jawab Rama.
“Ba, baiklah kakakku”.
“Ki Buana, kau tetaplah berada dipadepokan ini, biar aku saja yang ikut bersama paman Benawa menuju kerajaan Dadung Mbulet”. Ki Ageng Aksatriya menyela sambil menawarkan diri.
“Sudah lama banget aku tidak bertarung coooooooooooook”. Guman ki Ageng Aksatriya didalam hatinya
“Baiklah tetua, aku akan menjaga padepokan ini sekuatku”. Jawab Ki Buana Abadi.
Terlihat Purwati bersama ayahnya dan Ki Ageng Aksatriya menghilang dari hadapan ki Buana Abadi diikuti Rama dan istri cantiknya yang kembali ke kerajaan Singo Ngaung.
Benar saja di kerajaan Singo Ngaung terlihat sedang ada pertarungan ratusan murid dari padepokan yang bersatu untuk melawan sepuluh orang dari kelompok Langit ireng sudah mulai kelelahan dan ingin menyerah.
“siapa orang-orang ini sebenarnya?, kami ratusan orang dikalahkan dengan sangat mudahnya olehnya”. Kata salah satu murid padepokan.
“Hey, siapa lagi yang berani mengacak-acak kerajaanku ini!”. Teriak seseorang yang terlihat gagah berani yang ternyata itu adalah Wicaksana yang datang sendirian tidak membawa istrinya yang ternyata sudah mulai ada isi didalam kandungannya (Hamil cok, Hamiiil).
“Kamu bocah, berani datang sendirian kesini?, Hahahahaha, lihat murid-murid dari padepokan sampah kerajaanmu ini!, mereka sebentar lagi akan menghadap kepada tuhan yang maha esa, hahahahaha”. Kata salah satu dari sepuluh orang yang sedang berkumpul mulai menghujamkan ratusan anak panah yang langsung menancap ditubuh para murid itu dan membuat mereka banyak yang terluka dan tidak sedikit dari mereka yang benar-benar menghadap tuhan yang maha esa seketika itu juga.
“Sialaaaan”. Wicaksana terlihat marah dan geram sekali melihat pembantaian didepan matanya dan keluarlah aura berwarna emas dari tubuhnya dan dibentuklah sebuah cahaya dewa yang sangat besar sekali yang diselimuti asap hitam tebal ditubuhnya.
Ternyata sekarang aura iblis yang berada ditubuh Sukmawati sudah menyatu dengan aura dewa yang dikeluarkan oleh Wicaksana.
“Hahaha, dewa imut seperti ini kau pamerkan didepan kami?”. Kata salah satu dari sepuluh orang itu sambil tertawa renyah mengejek Aura yang dikeluarkan Wicaksana semakin marah dan menambahkan kekuatan yang membuat hembusan badai angin mulai datang berhamburan menghempaskan atap-atap rumah yang berada disana.
“Apakah sebegitu kuatnya pangeran Wicaksana ini?”. Tanya salah satu murid yang sedang terkapar dan menonton pertarungan yang akan terjadi sesaat lagi.
“Benar-benar Waaar byasah”. Kata yang lain
“HYAAAAT”. Teriak Wicaksana mulai menyerang sepuluh orang yang berada diata sana yang terlihat sedang membuat formasi yang sama seperti formasi yang dibuat di kerajaan Bumi Nata sebelumnya, tapi ukurannya kali ini lebih besar, dan cahaya merah kuning hijau terlihat disana, cahaya-cahaya itu langsung menyerang aura dari Wicaksana tang terlihat lagi dan lagi ditepis oleh aura itu.
Dibawah, rama terlihat mengeluarkan keris kayu yang langsung mengeluarkan aura gelap gulita yang sangat besar dan membuat Formasi yang dibuat oleh sepulu orang itu menjadi acak adut tak jelas.
“Hyat, Hyat, Hyat”. Terdenga tiga orang mulai menjauh dari kumpulan itu dan salah satu dari mereka membentu sebuah formasi trisula yang sangat banyak sekali dan siap menghujam ke arah Wicaksana, yang satunya lagi tiba tiba sudah berada dibelakang Wicaksana dan langsung menendang bokong Wicaksana yang membuat Wicaksana terpental kedepan didepannya sudah ada satu orang lagi yang sudah menghunuskan pedang kearahnya.
Sedikit lagi, benar-benar sedikiiiiiit lagi akan menusuk tubuh Wicaksana tiba-tiba kedua orang itu terpental jauh kebelakang.
“Siapa, Siapa disana!”. Teriak kedua orang yang terpental sambil batuk darah.
“Kalian keroco-keroco berani-beraninya menindas anakku ini”. Terlihat Raja Arjo cah yang memakai jubah kerajaan terlihat disana.
“Sang raja sampai turun tangan sendiri kemari”. Kata salah seorang murid yang sedang memegangi dadanya kesakitan.
“Sepuluh orang melawan satu orang, apakah tidak memalukan?”. Bentak Raja Arjo
“Hahahaha, bodo amat yang penting kita bisa bersenang-senang disini!, hahahaha”. Terdengar mereka menertawakan sang raja yang membuat Wicaksana kemarahannya sampai ke ubun ubunnya.
Wicaksana bangkit dan
“HOAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”. Teriak Wicaksana yang tiba-tiba tubuhknya menjadi ramping dipenuhi urat-urat yang terlihat sangat kuat, mata berwarna merah menyala, tubuhnya di selimuti aura emas dan hitam pekat dan langsung mengeluarkan aura yang benar-benar besarnya sudah tidak bisa diukur dengan meteran pengukur jalan.
Dan langsung mengarahak aura itu dengan bentuk senjata yang bermacam-macam mulai dari pedang lurus, pedang bengkok, tombak, trisula, golok pemotong daging, sampai pisau dapurpun keluar dari aura itu dan langsung menghujam kearah tujuh orang yang sedang membuat perisai besar dan menyiapkan kembali serangan selanjutnya tapi tiba-tiba.
“Kalian lagi pada ngapain?”. Tanya Wicaksana yang saat ini sudah berada didalam perisia yang mereka buat dan langsung membuat aura dengan kekuatan dewanya didalam sana dan meledakannya membuat tujuh orang tersebut langsung terpelanting kesana kemari.
Wicaksana yang melihat hal itu tidak tinggal diam dan langsung melampiaskan kemarahannya dengan menghajar membanting, meninju, menyikut mereka satu persatu. Terlihat dibelakang Wicaksana masih ada seorang yang tersisa yang dari tadi sedang ngeden memembuat formasi pedang yang sudah siap menghujam ketubuh Wicaksana tapi sepertinya itu dianggap terlalu lemah dihadapan Wicaksana, formasi itu ditepisnya dan langsung menghilang membuat orang yang bikin formasi tadi langsung kencing dicelana ketakutan.
“Hey bocah, kamu ngompol yaaaa”. Wicaksana dengan raut muka yang benar-benar menyeramkan mendatangi orang itu sambil meledeknya.
“A, ampun tuan, jangan bunuh saya, saya akan melakukan apapun asal nyawaku diampuni”. Orang itu tiba tiba bersimpuh dan memohon ampun
“Apa, ampun katamu, bukankah tadi kalian menertawakanku, dan menganggap kerajaan ini dipenuhi padepokan sampah?”. Kata Wicaksana yang saat ini kembali menidas orang itu.
“Sepertinya kematian kalian saja masih belum cukup untuk menebus dosa-dosa kalian selama ini, bahkan api neraka jahannam pun sepertinya tidak cukup untuk menghukum kesalahan yang sudah kalian perbuat!”. Kata Wicaksana sambil mencekik orang itu dan membantingnya ketanah membuat orang itu semakin deras ngompolnya.
Wicaksana terlihat membuat aura pedang yang sangat tajam dan langsung menghujamkan ketubuh orang yang kini celanya benar-benar basah semua itu, tapi tiba-tiba auranya menghilang seketika dan Wicaksana terlihat kembali kebentuk normalnya.
“Kenapa? Kenapa aku tak bisa membunuhnya!”. Teriak Wicaksana
“Kakaaak, apakah kakak baik-baik saja?”. Suara pelangi menghampiri Wicaksana yang membuatnya menjadi bahagia dan amarahnya langsung menghilang seketika.
“Hey orang tua!, ikutlah denganku, jadilah pengawalku!”. Teriak Wicaksana yang ternyata malah mengampuni orang yang sudah menangis sambil air kencingnya masih mengalir dicelananya itu.
atas bawah... yg baca jdi rada bingung.