Bride Of Choice

Plak!

Satu tamparan keras Helda layangkan pada Aileen saat semua keluarga Braile sudah pulang.

Dan masih terasa perih tamparan Itu, Freya kembali menambahnya tanpa ampun.

Plak! Freya kesal sekali, pilihan Hansel yang jatuh kepada Aileen membuatnya meradang.

Kini Aileen menunduk, merasakan wajahnya yang pedih, sampai tak sadar jika ada air mata yang jatuh pula.

"Diam-diam kamu menggoda Hansel hah?! Katakan!!" pekik Freya.

Tapi Aileen tidak menjawab apapun, dia menunduk mendengar suara keras itu.

Dan Pharsa yang merasa kesal karena Aileen tak menjawab pun langsung menjambak rambut pendek Aileen dan membuat wajah gadis ini mendongak.

Tapi Aileen tidak berteriak, hanya kedua tangannya yang terkenal menahan sakit.

"Apapun yang terjadi kamu harus menolak perjodohan itu! pengantin Hansel haruslah aku atau Freya! mengerti!!" pekik Pharsa dan Aileen hanya mampu mengangguk tanpa suara.

Lalu tanpa belas kasih Pharsa mendorong tubuh Aileen hingga jatuh ke lantai.

"Dasar gadis menyebalkan!" kesal Pharsa.

Freya hanya berdecih kemudian 2 wanita dewasa itu pergi lebih dulu meninggalkan ruang tengah.

Dan setelah kedua anaknya puas menumpahkan kemarahan pada Aileen kini tinggal Helda yang harus memberikan peringatan.

"Besok pagi temui Hansel di perusahaanya, katakan jika kamu menolak perjodohan ini dan jangan pernah berani untuk pulang jika kamu belum berhasil!" geram Helda, dia menunduk dan mengancam Aileen yang sudah bersimpuh di lantai.

"Jawab!"

"I-iya Ma." balas Aileen, diantara tenggorokkannya yang terasa tercekat.

Dan setelah kata itu Helda pun pergi dari sana. Lama-lama melihat Aileen membuatnya muak.

Pagi datang.

Tanpa sarapan Aileen sudah di dorong keluar rumah untuk mendatangi perusahaan Hansel.

Dia hanya diberi uang untuk ongkos pulang pergi menggunakan kendaraan umum. Bukan taksi, melainkan Bus.

Sudah sejak lama Aileen tidak lagi menggunakan supir.

Namun saat keluar dari gerbang rumah mewah Itu, langkah Aileen terhenti ketika dia mendengar suara Rose berteriak memanggil.

"Nona! tunggu!" pekik Rose, dengan langkah cepat dia menghampiri Aileen dan meletakkan sejumlah uang di telapak tangan Aileen secara langsung.

"Sudah, pergilah," ucap Rose kemudian.

Aileen kemudian membuka telapak tangan kanannya dan melihat sejumlah banyak uang.

"Tapi ini banyak sekali Bi."

"Tidak masalah, nanti belilah makanan yang enak di luar. Tidak usah terburu untuk pulang, katakan saja jika jalanan macet."

"Tapi Bi_"

"Jarang-jarang anda keluar begini, jadi coba nikmatilah."

Mendengar itu Aileen tersenyum kecil, membenarkan pula ucapan Rose. Padahal sedari tadi dia selalu takut dan cemas, kini perasaan itu sedikit terganti oleh bahagia.

"Terima kasih Bi."

Rose mengangguk dan mengelus puncak kepala Aileen dengan sayang, tiap kali menatap wajah ini hati Rose seperti teriris.

Aileen sudah tidak lagi terlihat seperti nona muda dari keluarga kaya raya, tapi seperti bocah laki-laki kecil yang tak terurus.

"Pergilah." perintah Rose dan Aileen mengangguk.

Menempuh perjalanan 20 menit dan akhirnya Aileen sampai di depan perusahaan Braile Kingdom.

Salah satu perusahaan properti terbesar di kota ini.

Dengan langkah canggung dan sedikit takut Aileen masuk ke dalam sana.

Sontak saja kedatangannya memasuki lobby menjadi pusat perhatian semua orang.

Mereka semua berpikir untuk apa anak laki-laki itu datang kesini?

Aileen mengunakan celana jeans panjangnya dan kaos biasa berwarna putih. Dia benar-benar tak terlihat seperti nona muda.

Aileen mendatangi bagian resepsionis perusahaan itu.

"Permisi, nama saya adalah Aileen. Bisakah saya bertemu dengan tuan Hansel?" tanya Aileen dengan sangat sopan, namun kedua penjaga resepsionis itu malah tersenyum kecut dan malas menanggapi.