Di tengah gemuruh ombak kota kecil Cilacap, enam anak muda yang terikat oleh kecintaan mereka pada musik membentuk Dolphin Band sebuah grup yang lahir dari persahabatan dan semangat pantang menyerah. Ayya, Tiara, Puji, Damas, Iqbal, dan Ferdy, tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga impian untuk menciptakan karya yang menyentuh hati. Terinspirasi oleh kecerdasan dan keceriaan lumba-lumba, mereka bertekad menaklukkan tantangan dengan nada-nada penuh makna. Inilah perjalanan mereka, sebuah kisah tentang musik, persahabatan, dan perjuangan tak kenal lelah untuk mewujudkan mimpi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VIDEO KLIP
Pagi itu, sinar matahari menembus jendela kaca studio, menyinari wajah-wajah penuh semangat dari para anggota Dolfin Band. Setelah sukses dengan rilis album perdana mereka, kini giliran tahap berikutnya: pembuatan video klip untuk single andalan mereka. Lagu yang dipilih adalah lagu yang sudah menjadi favorit di antara para penggemar—**"Di Antara Langit dan Bumi"**—sebuah lagu dengan melodi yang kuat dan lirik yang penuh emosi, bercerita tentang perjuangan dan mimpi yang tak pernah padam.
Tiara yang paling antusias di antara semuanya. “Gue udah nggak sabar buat syuting video klip ini. Bayangin aja, kita bakal bawa pesan dari lagu ini ke bentuk visual, dan itu keren banget!” ujarnya sambil tersenyum lebar.
Iqbal, seperti biasa, tetap tenang dan sedikit melamun. “Gue penasaran, gimana sih rasanya syuting video klip beneran? Bakal banyak potongan-potongan adegan yang kita ulang berkali-kali, kan?”
“Ya, lo harus siap mental, Bal,” jawab Damas sambil tertawa. “Mungkin lo bakal ngulang pukulan drum yang sama puluhan kali sampai sutradara puas.”
Ferdy, yang duduk di sofa, memperhatikan Tiara dengan senyum kecil. “Lo yakin nih, gak sabar? Ini kan video klip pertama kita, pasti ada rasa deg-degan juga.”
“Deg-degan? Pastinya!” jawab Tiara dengan mantap. “Tapi gue juga tahu ini penting banget buat karier kita ke depan. Ini bukan cuma soal kita bikin musik, tapi juga gimana kita memperkenalkan diri ke lebih banyak orang lewat media yang berbeda.”
Ayya yang sedari tadi sibuk memeriksa naskah video klip di laptopnya, akhirnya ikut bersuara. “Gue udah baca konsep yang diajukan oleh sutradara. Ini bakal jadi sesuatu yang beda, ada elemen cerita, tapi juga visual yang kuat banget. Jadi, kita harus benar-benar mempersiapkan diri.”
---
Hari pertama syuting video klip datang dengan cepat. Mereka berkumpul di lokasi syuting, sebuah gedung tua yang sudah tidak terpakai di pinggir kota. Sutradara yang memimpin proyek ini adalah seorang profesional muda bernama Ardi. Ia dikenal sebagai seseorang yang berani bereksperimen dengan visual dan narasi.
“Selamat pagi, semua! Senang bisa bekerja sama dengan kalian,” sapa Ardi dengan semangat. “Hari ini, kita akan memulai pengambilan gambar untuk bagian pertama. Saya ingin menekankan, ini bukan cuma soal performance band, tapi juga cerita yang kalian bawa. Jadi, kalau ada yang butuh briefing lebih lanjut, jangan sungkan tanya ke saya.”
“Gue suka konsep yang lo ajukan,” kata Ferdy saat berjabat tangan dengan Ardi. “Apa menurut lo kita bakal butuh waktu lama buat nyelesaikan semuanya?”
“Saya perkirakan sekitar dua hari, kalau semuanya berjalan lancar. Tapi, ada beberapa adegan yang mungkin membutuhkan pengulangan untuk mendapatkan sudut yang sempurna,” jawab Ardi, lalu melanjutkan, “Hari ini kita mulai dengan scene outdoor.”
Lokasi pertama yang dipilih untuk video klip adalah sebuah padang luas dengan pohon-pohon kering yang menambah kesan melankolis. Suasana ini cocok dengan nuansa lagu yang mengisahkan tentang perjalanan seseorang yang berusaha meraih mimpinya di tengah berbagai rintangan.
Ayya mengambil posisi di depan kamera, diawali dengan adegan solo yang menggambarkan karakter utama dalam cerita video ini. Sebagai vokalis, ia memang mendapat peran yang lebih sentral dalam visual, tapi setiap anggota band juga punya momen mereka sendiri.
“Take pertama, Ayya, coba jalan pelan-pelan ke arah kamera sambil melihat langit,” instruksi Ardi.
Ayya mengambil napas dalam-dalam, lalu berjalan perlahan. Kamera mengikuti setiap langkahnya, menangkap ekspresi wajah yang tenang tapi penuh dengan makna. Di latar belakang, angin menerbangkan rambutnya, menambah kesan dramatis.
“Cut! Bagus, Ayya. Kita ulang satu kali lagi, biar lebih halus,” kata Ardi dengan nada puas.
Ayya mengulang adegan tersebut beberapa kali, sampai akhirnya sutradara merasa puas dengan hasilnya. Setelah itu, giliran anggota lainnya untuk tampil di depan kamera.
---
Pengambilan gambar berikutnya adalah adegan performa band di atas panggung yang dibangun khusus di lokasi outdoor. Konsepnya sederhana, tapi atmosfernya kuat—Dolfin Band memainkan lagu mereka dengan latar belakang alam yang luas dan mendalam. Ferdy dan Ayya berdiri di depan, sementara Tiara, Damas, Puji, dan Iqbal di belakang, fokus dengan instrumen masing-masing.
Ardi meminta mereka untuk bermain secara live agar ekspresi dan energi mereka terasa lebih nyata.
“Kita mau nuansa yang raw, yang asli,” jelas Ardi sambil memberi aba-aba pada kameraman untuk siap. “Jadi, mainkan lagunya seolah-olah ini konser besar kalian. Jangan peduli sama kamera, fokus pada musik.”
“Alright, kita mulai!” teriak Ferdy, memberi tanda kepada yang lain.
Dentuman drum dari Iqbal membuka lagu, diikuti oleh petikan gitar Damas dan Puji yang membangun suasana emosional. Suara bass Tiara menyatu dengan ritme yang kuat, sedangkan vokal Ayya dan Ferdy saling mengisi, menciptakan harmoni yang megah.
Selama beberapa menit, Dolfin Band tenggelam dalam penampilan mereka. Setiap gerakan, setiap nada, terasa begitu alami, seakan mereka benar-benar berada di atas panggung besar dengan ribuan penonton di hadapan mereka. Ardi memperhatikan dari balik monitor, senyum kecil muncul di wajahnya. “Ini keren. Gue bisa ngerasain energi mereka,” bisiknya kepada salah satu kru.
---
Saat break makan siang, semua anggota band duduk di bawah pohon besar, menikmati kotak nasi yang disediakan kru. Iqbal yang biasanya pendiam, tiba-tiba tertawa kecil. “Gue gak nyangka ternyata syuting video klip seru juga, ya. Gue pikir bakal ngebosenin.”
“Iya, selama kita gak harus ngulang terlalu banyak adegan,” tambah Puji sambil menyeruput air mineralnya.
Ferdy mengangguk, “Tapi ini juga bikin gue mikir, ternyata bikin video klip itu lebih susah dari yang gue kira. Lo harus bisa nyampein perasaan lo lewat gerakan, bukan cuma suara.”
“Bener. Gue ngerasa tadi pas gue jalan di depan kamera, kayak ada beban di bahu gue,” kata Ayya, tersenyum tipis. “Tapi, itu bagian dari tantangan, kan?”
“Yang jelas, video ini bakal jadi sesuatu yang keren. Gue bisa ngebayangin fans kita bakal suka banget,” ujar Tiara optimis.
Mereka melanjutkan obrolan sambil tertawa, membahas pengalaman syuting yang baru saja mereka alami. Meskipun lelah, semangat mereka tetap tinggi, terutama karena mereka tahu video klip ini adalah salah satu langkah penting dalam karier mereka.
---
Setelah istirahat, syuting berlanjut ke adegan-adegan di lokasi dalam ruangan. Setting ini menggambarkan perjalanan emosional dari karakter dalam cerita lagu. Lokasi syuting dipilih dengan hati-hati, sebuah bangunan tua yang memiliki banyak ruangan kosong, memberikan kesan isolasi dan kehampaan.
Ferdy mendapatkan adegan solo di ruangan sempit yang dipenuhi dengan cahaya redup. Kamera menangkap ekspresi wajahnya yang penuh pertanyaan, seolah sedang mencari jawaban atas konflik batin yang ia alami. Setiap gerakan tangannya, setiap tatapan matanya, diatur sedemikian rupa agar selaras dengan lirik lagu yang ia nyanyikan.
“Ferdy, coba lo lebih dalam lagi, rasakan konfliknya,” kata Ardi sambil memberi instruksi. “Lo lagi terjebak di ruangan itu, tapi lo punya harapan untuk keluar.”
Ferdy menarik napas panjang, mencoba menyesuaikan emosi dengan instruksi sutradara. Saat take dimulai lagi, ia berusaha memvisualisasikan konflik dalam pikirannya—mimpi yang belum tercapai, tekanan dari dunia luar, dan harapan yang tidak pernah pudar. Hasilnya, ekspresi wajahnya terlihat jauh lebih intens.
“Bagus, bagus!” seru Ardi dari belakang kamera. “Ini yang gue cari.”
---
Hari kedua syuting dilanjutkan dengan pengambilan gambar tambahan untuk memperkuat narasi video. Kali ini, adegan lebih banyak melibatkan semua anggota band, termasuk beberapa potongan yang memperlihatkan mereka berinteraksi secara emosional.
Iqbal dan Tiara mendapat adegan di mana mereka harus duduk di atas atap bangunan, melihat matahari terbenam sambil berbicara tentang masa depan. Ini adalah momen yang lebih ringan dalam video klip, memberikan keseimbangan emosional di antara adegan-adegan yang lebih intens.
“Lo tau gak, gue gak pernah nyangka kita bakal sampai di titik ini,” kata Iqbal sambil tertawa kecil, saat kamera menangkap mereka.
“Apa sih yang gak mungkin selama kita kerja keras?” jawab Tiara, tersenyum sambil memandang matahari yang mulai tenggelam.
---
Ketika syuting selesai, semua anggota band merasa kelelahan, tapi juga puas. Mereka tahu bahwa mereka
telah memberikan yang terbaik, dan sekarang tinggal menunggu hasil akhir dari video klip ini. Saat mereka berpamitan dengan Ardi dan kru, ada rasa optimisme yang mengalir di antara mereka.
“Kalian semua luar biasa,” puji Ardi. “Gue yakin video ini bakal jadi sesuatu yang istimewa.”
“Gue harap begitu,” balas Ayya sambil berjabat tangan dengan Ardi. “Kita semua gak sabar buat lihat hasil akhirnya.”
---
Beberapa minggu kemudian, video klip mereka akhirnya selesai dan dirilis ke publik. Reaksi dari para penggemar sangat positif. Mereka memuji visual yang kuat, cerita yang emosional, dan tentu saja penampilan Dolfin Band yang memukau.
“Ini adalah video klip pertama kita, dan ternyata hasilnya lebih dari yang gue bayangin,” kata Ferdy saat mereka menonton hasil akhir bersama di studio.
“Gue juga bangga sama kita semua,” tambah Ayya. “Kita berhasil ngeluarin sesuatu yang bisa kita banggakan.”
Dengan video klip ini, Dolfin Band semakin mengukuhkan diri mereka sebagai band yang serius, tidak hanya dalam musik, tapi juga dalam cara mereka menyampaikan cerita lewat media visual. Tantangan ke depan mungkin akan semakin besar, tapi mereka tahu bahwa dengan kerja keras dan kebersamaan, mereka bisa terus melangkah maju.
saya Pocipan ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm
di sini kita adakan Event dan juga belajar bersama dengan mentor senior.
jika kaka bersedia untuk bergabung
wajib follow saya lebih dulu untuk saya undang langsung. Terima Kasih.