Ailen kaget setengah mati saat menyadari tengah berbaring di ranjang bersama seorang pria asing. Dan yang lebih mengejutkan lagi, tubuh mereka tidak mengenakan PAKAIAN! Whaatt?? Apa yang terjadi? Bukankah semalam dia sedang berpesta bersama teman-temannya? Dan ... siapakah laki-laki ini? Kenapa mereka berdua bisa terjebak di atas ranjang yang sama? Oh God, ini petaka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 2
Guy's, komen dong di bawah. Emak perlu voting dari kalian buat milih novel mana dulu yang mau dilanjutkan. Maaciw.
***
Derren berusaha meredam amarahnya dengan cara meneguk habis minuman yang ada di dalam botol. Saat ini dirinya tengah berada di salah satu klub ternama di kota tempat dia tinggal. Agak sedikit berbeda mengingat selama ini dia bukan tipe orang yang suka dengan kebisingan, apalagi dengan yang namanya musik keras dan asap rokok. Tetapi karena sesuatu hal, terpaksa kakinya melangkah ke tempat tersebut.
"Wanita sialan! Bertahun-tahun aku menahan diri untuk tidak menyentuhmu, tapi kau malah sesuka hati menjajakan tubuh seperti p*lacur. Dasar brengsek!" maki Derren penuh emosi. Dia melemparkan asal botol ke sudut ruangan kemudian menggebrak meja. "Berikan aku minuman lagi. Yang banyak!"
"Tuan, anda sudah terlalu banyak menenggak alkohol. Nanti pingsan!" Julian berusaha mencegah bosnya yang tengah menggila karena patah hati. "Besok masih ada meeting. Anda tentu tidak mau bertemu klien dengan kondisi yang berantakan, bukan? Mereka pasti mencemooh."
"Persetan dengan orang-orang itu. Sekarang cepat berikan minumanku. Jangan menghalangi!"
"Tapi Tuan, anda .... "
"Aku bilang cepat bawakan minuman untukku. Kau tuli?!"
Julian hanya bisa mend*sah panjang sebelum meminta pelayan agar mengambilkan botol minuman yang baru. Sungguh, dia cukup terkejut melihat kelakuan bosnya sekarang. Beginikah kacaunya seseorang saat patah hati karena cinta? Wanita sungguh mengerikan. Mampu menghancurkan mental seseorang hanya dengan satu tindakan.
(Di masa depan nanti semoga aku tidak bertemu wanita yang salah. Dan untuk Tuan Derren ... aku do'akan beliau segera bertemu wanita yang bisa menghargai cintanya. Kasihan. Bertahun panjang mencintai Nona Zara malah harus berakhir dalam perselingkuhan. Miris. Hmmm)
Begitu pelayan datang, Derren langsung merebut botol minuman dari tangannya. Setelah itu dia meneguknya dengan kasar. Rasa pekat yang hadir masih belum mampu mengalihkan rasa sakit hati akibat pengkhianatan yang dilakukan oleh Zara, kekasihnya.
"Apa kurangnya diriku, hah!" teriak Derren seperti orang kerasukan. Dia bangun dari duduk, tapi oleng akibat kepala yang mulai pusing. Pandangannya juga sedikit mengabur karena terlalu banyak menenggak alkohol. "Aku tanya apa kurangnya diriku! Semua yang kau minta selalu kuberikan. Harta, posisi, bahkan nyawa. Kenapa harus dengan Keenan? He is my friend, b*tch! Kau mengacaukan segalanya. Argghhhh!"
Bruukkk
Karena tubuhnya yang mulai sempoyongan, Derren akhirnya terjatuh ke lantai saat memaksakan diri untuk berjalan. Tak ayal kejadian ini membuat botol di tangannya terlepas dan pecah berhamburan di lantai. Derren mengumpat, lalu mengambil pecahan botol yang tak sengaja menancap di telapak tangannya. "Bahkan luka ini tak sebanding dengan apa yang telah kau lakukan, Zara. Aku membencimu. Sangat amat membencimu!"
Tanpa menunggu diperintah Julian bergegas mengambil tisu kemudian membersihkan tangan bosnya yang berlumuran darah. Dia acuh saja ketika pria mengenaskan ini tak henti mengomel dan memintanya agar menjauh.
"Siapkan satu kamar untuk Tuan Derren. Pastikan tidak ada debu di sana. Kalian akan dalam masalah besar jika beliau bangun dan menyadari kalau ruangan kamar tempatnya menginap itu kotor. Mengerti?"
"Mengerti, Tuan."
"Pergilah. Situasinya sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Kita harus segera membawanya keluar dari sini."
Julian menarik napas panjang. "Tuan, mari kita pergi ke hotel. Tempat seperti ini tidak cocok untuk Anda yang gila kebersihan. Mohon kerjasamanya."
Sambil terus melantur tidak jelas, Derren pasrah saat Julian membawanya pergi dari sana. Pikirannya kacau balau. Bayangan di mana Zara yang tengah bercumbu mesra dengan Keenan seperti menusuk jantung. Dia terluka, tapi tak berdarah.
"Aku tidak sudi bertemu dengan wanita itu lagi, Julian. Mulai dari sekarang aturlah agar kami tidak berada dalam jarak kurang dari lima meter. Itu sangat menjijikkan!" perintah Derren antara sadar dan tidak sadar. Rasa kecewa yang dia rasakan sangat dalam hingga mampu mengikis cintanya yang juga terlampau dalam.
"Baik, Tuan. Anda tidak perlu khawatir. Setelah malam ini Nona Zara akan masuk dalam daftar nama manusia yang tidak diijinkan muncul di kantor," sahut Julian.
"Semua tempat, tidak hanya di kantor. Kalau bisa buat agar kami tidak bernapas dari kota yang sama."
"Akan saya usahakan."
Drrtt drrtt
"Siapa? Tolak jika itu dari dia!" Derren langsung curiga saat ponsel Julian berdering.
Julian mengangguk. Dengan satu tangan memegangi tubuh bosnya, dia merogoh ponsel di dalam saku celana. Manager Remon, itu nama id si penelepon. "Sepertinya terjadi sesuatu di perusahaan, Tuan. Tidak biasanya Remon menghubungi saya di malam seperti ini."
"Kalau begitu angkat saja. Perlu aku yang mengajari caranya?"
"Baiklah."
Khawatir bosnya ambruk, Julian meminta pengawal untuk memapahnya menuju kamar. Club ini memiliki ruangan VVIP yang dikhususkan untuk kaum beruang jika ingin menginap. Dan masalah privasi tentu tidak diragukan ragu. Pemilik club cukup tahu bagaimana cara mempertahankan usaha mereka dengan tidak menyinggung orang ber-uang.
Setelah bosnya dibawa pergi, Julian segera menjawab panggilan dengan penuh rasa was-`was. "Langsung bicara ke intinya saja. Apa yang terjadi dengan perusahaan?"
[Remon: "Tuan Julian, gudang bagian belakang kebakaran. Saya baru saja menerima kabar dari security yang berjaga di sana. Kemungkinan penyebab kebakaran berasal dari korsleting listrik."]
Nah, benarkan apa yang Julian khawatirkan? Dia diam sejenak, berpikir langkah mana yang harus diambil dengan kondisi bosnya yang sedang patah hati.
"Kau terus awasi siapa saja yang ada di sana. Jangan lupa minta bagian keamanan untuk secepatnya menyalin rekaman CCTV dan memindahkannya ke dalam flashdisk. Aku khawatir ada orang dalam yang menjadi otak dibalik kebakaran ini!" ucap Julian langsung mengatur strategi mengamankan barang bukti. Dengan begini dia tidak harus meninggalkan bosnya sendirian. Perusahaan memang penting, tapi memastikan bosnya baik-baik saja itu jauh lebih penting lagi.
[ Remon: Baik, Tuan. Dan satu lagi. Entah ini hanya kabar burung atau bukan, tadi saya sempat mendengar seseorang bicara lewat telepon kalau mereka berniat menjebak Tuan Derren. Emm ... maaf jika lancang. Tapi sepertinya Nona Zara ikut terlibat. Mohon Anda menyelidiki masalah ini lebih jauh. Saya khawatir itu bukan hanya kabar burung, melainkan benar akan dilakukan oleh mereka."]
Ekpresi wajah Julian langsung berubah dingin begitu mendapat laporan dari Remon. Jadi ini alasan kenapa Nona Zara berselingkuh dengan Tuan Keenan? Menarik. Kekasih Tuan Derren diam-diam menjelma menjadi musuh dalam selimut.
"Ada untungnya juga Tuan Derren mengetahui perselingkuhan yang dilakukan oleh mereka. Dengan begitu aku tak perlu bersusah payah meyakinkan beliau kalau wanita yang dicintainya itu memiliki maksud terselubung," ucap Julian sembari berjalan menuju kamar bosnya. Namun, baru beberapa langkah dia bergerak, pengawal yang tadi dia tugaskan menemani bosnya, berlarian menghampiri. Julian panik, lalu mendesak mereka untuk mengatakan apa yang telah terjadi.
"Ada apa? Kenapa kalian malah kemari? Di mana Tuan Derren? Bukankah tadi aku meminta .... "
"Tuan Julian, ini gawat!"
"Gawat?"
"Iya. Tadi saat kami sedang mengantarkan Tuan Derren masuk ke dalam kamar, seorang wanita tiba-tiba muncul dan mengusir kami semua. Setelah itu pintu kamar di kunci dari dalam."
Mata Julian membulat besar mendengar laporan dari pengawal. "Ya Tuhan, apalagi sekarang. Cepat kalian selidiki latar belakang wanita yang menerobos masuk ke kamar Tuan Derren. Jika berbahaya, kita harus segera mendobrak pintunya. Bos kita sedang mabuk. Cepat lakukan dengan cepat!"
"Baik."
***
semangat up-nya😚🥰