Mad Mafia Obsession

Juliet masih diam membatu. Dia menutup mulut tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Sadar Juliet begitu ketakutan, Matteo menghentikan perkelahian. Dia tidak berniat mengambil pistol yang terjatuh untuk kembali melambungkan peluru.

"Maaf, ayo kita pulang."

Sebaliknya, dia meraih tangan Juliet dan membawa gadis itu pergi. Tangan yang mengepal itu semakin terlihat mengerikan. Karena darah dan luka yang di sebabkan peluru, meskipun melesat dan hanya membuat goresan, namun terlihat sangat dalam.

Juliet tidak membuat tanggapan. Dia hanya mengikuti arus, kemana pria itu akan membawanya dan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Sekali lagi dia berpikir, bahwa Matteo adalah seorang pria yang cukup lembut. Meskipun itu hanya terlihat saat dia berhadapan dengan Juliet.

Saat langkah mereka semakin jauh, pria asing itu berseru, "Aku Mikhail."

Mendengar nama tersebut, langkah Matteo terhenti. Dia membola terkejut namun masih setia menggenggam tangan Juliet. Saat dia menoleh, dia menatap Juliet sekali sebelum beralih pada Mikhail.

"... Tidak heran kau terlihat sangat kaya."

Ekspresi cemoohan kembali terlihat dari matanya yang menyorot lurus. Dia berseringai seolah meremehkan sosok penting itu. Seolah dia percaya diri untuk menjadi lawan Mikhail, seringai itu menghilang dalam waktu singkat. Sebaliknya, dia bersikap acuh tak acuh dan kembali melanjutkan langkahnya untuk membawa Juliet pergi dari sana.

Meskipun dia memang sangat ingin melawan Mikhail dan menagih uang dari Boris. Namun, dia lebih mementingkan Juliet yang terlihat begitu tertekan. Dia bisa mengurus para Mafia itu saat dia sudah membawa Juliet setidaknya ke tempat yang aman.

Saat ini, mengetahui sosok asli dari mafia tertinggi di Rusia saja sudah cukup membuat dia puas.

"Apa pertemuan kita hanya sekedar perkenalan saja?"

Tiba-tiba Mikhail bertanya. Secara metafora, pria itu bertanya 'apa tidak ada perkelahian?'. Namun, Matteo mengabaikannya dan terus membawa Juliet masuk ke dalam mobil.

Setelah Juliet duduk di kursi penumpang, Matteo memakaikan sabuk pengaman. Dia menyusul masuk dan mulai mengemudi. Di sepanjang jalan, tidak ada percakapan yang terjadi di antara keduanya. Sekali-kali, Juliet melirik untuk melihat raut wajah pria itu. Namun, dengan semua luka di tubuh, Matteo masih bersikap acuh seolah tidak merasakan sakit sedikitpun.

Setelah dia berhasil melewati ujung hutan dan menemukan jalanan besar, dia berhenti di suatu tempat penginapan. Sebuah motel yang sederhana yang terletak di dalam gang.

"Aku tidak bisa menyetir lagi."

Pria itu semakin pucat. Saat dia mencoba menahan darah di perutnya lagi, Juliet meraih tangannya. Matteo terkejut. Saat dia menoleh untuk bertanya kenapa Juliet meraih tangannya, gadis itu kembali melepaskannya, membuka pintu dan keluar lebih dulu.

Kemudian, dia membuka pintu di arah Matteo dan mengulurkan tangan seolah meminta Matteo untuk meraihnya.

"Aku akan membantumu."

Sekali lagi, Matteo kembali di buat terkejut. Adegan ini terasa dejavu. Semuanya terasa terulang kembali. Hanya tempat yang menjadi perbedaan. Raut wajah, ucapan bahkan adegan, semuanya tampak mirip seperti saat pertama kali dia bertemu Juliet di kota Lyon, Prancis.

Dia meraih tangan Juliet dan perlahan keluar dari mobil. Kembali, kaki Juliet langsung lemas saat mencoba memapah Matteo. Tubuhnya memang berbanding sangat jauh dengan pria itu.

"Kau.. Berat sekali."

Matteo menertawakan keluhan Juliet. Saat dia tertawa, entah kenapa jantung Juliet berdegup sangat cepat. Apa karena keadaan, atau karena suara Matteo yang menenangkan?

*

*

*

Setelah dia mendapat kamar, dia menyimpan Matteo di kasur. Pria itu duduk di tepi ranjang sambil mengerang. Saat Juliet berbalik untuk pergi, Matteo meraih tangannya dengan cepat.

"Kau mau kemana?"

Tangannya gemetar. Bahkan saat dia mencoba mencengkram pergelangan Juliet, itu terlihat sangat mudah lepas. Jika Juliet menepiskan tangannya, mungkin Matteo akan ikut tersungkur.

"Aku akan meminta kotak P3K pada pemilik penginapan."

Juliet perlahan melepaskan tangan Matteo dari pergelangannya. Matteo tidak membuat tanggapan. Dia bahkan tidak punya tenaga untuk bangun dan menyusul.

Saat gadis itu pergi ke luar kamar, raut wajah Matteo tak tertandingi. Dia sangat takut Juliet tidak akan kembali padanya dan memilih untuk kembali melarikan diri, meninggalkan dia sendirian di kamar kecil itu.

Setelah menunggu selama beberapa menit dengan gugup, Juliet akhirnya kembali. Ekspresinya berubah dengan sangat cepat saat Juliet muncul dari arah pintu.

Gadis itu mendekat dan menyusul duduk di tepi ranjang. Dia juga membawa air untuk membersihkan darah di tubuh Matteo.

"Kemarilah. Lukamu sangat banyak, aku tidak yakin aku bisa menutupi semuanya."