Di balik suami yang sibuk mencari nafkah, ada istri tak tahu diri yang justru asyik selingkuh dengan alasan kesepian—kurang perhatian.
Sementara di balik istri patuh, ada suami tak tahu diri yang asyik selingkuh, dan mendapat dukungan penuh keluarganya, hanya karena selingkuhannya kaya raya!
Berawal dari Akbar mengaku diPHK hingga tak bisa memberi uang sepeser pun. Namun, Akbar justru jadi makin rapi, necis, bahkan wangi. Alih-alih mencari kerja seperti pamitnya, Arini justru menemukan Akbar ngamar bareng Killa—wanita seksi, dan tak lain istri Ardhan, bos Arini!
“Enggak usah bingung apalagi buang-buang energi, Rin. Kalau mereka saja bisa selingkuh, kenapa kita enggak? Ayo, kamu selingkuh sama saya. Saya bersumpah akan memperlakukan kamu seperti ratu, biar suami kamu nangis darah!” ucap Ardhan kepada Arini. Mereka sama-sama menyaksikan perselingkuhan pasangan mereka.
“Kenapa hanya selingkuh? Kenapa Pak Ardhan enggak langsung nikahin saya saja?” balas Arini sangat serius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Pemberian Ardhan
“Orang gila mana yang bercita-cita jadi janda. Terlebih caranya diselingkuhi dengan wanita yang levelnya lebih tinggi?”
“Aku ini korban, tapi kenapa masih aku juga yang disalahkan?”
“Minimal kalau memang enggak ngerti bahkan ‘buta rasa’, cukup diam saja. Karena diamnya kalian, bahkan saudara sedarah sekalipun, lebih baik ketimbang berisik sibuk menyalahkan bahkan mengutuk!”
“Bukannya kasih dukungan apalagi membela aku, malah ketakutan gara-gara trauma suaminya pernah keblinger ke aku. Lagian, aku enggak pernah minta apalagi maksa suaminya buat naksir aku! Yang benar saja!”
Gosokan demi gosokan sikat sekuat tenaga, dibubuhi cairan sabun hingga menghasilkan banyak busa. Kedua tangan Arini begitu aktif dalam bekerja. Dinding toilet tak luput dari gosokan dan juga guyurannya. Semuanya bersih mengkilap setelah Arini melakukan sentuhan dengan kanebo untuk mengeringkannya. Aroma wangi seketika menyeruak, membuat toilet di sana layak untuk dijadikan tempat huni.
Sepuluh ruang toilet, bersih seketika dalam waktu cepat. Lagi-lagi kenyataannya yang sedang sangat emosi, membuat Arini melakukan segala sesuatunya dengan cepat. Meski ketika Arini mengawasi penampilannya, ternyata dirinya malah basah kuyup.
Penampilan Arini terlalu menyedihkan apalagi jika dibandingkan dengan penampilan Ardhan. Hingga Ardhan yang telah berdiri di tengah ruang utama toilet kantor keberadaan Arini, menatapnya dengan sangat datar. Tatapan yang amat sangat menyeramkan untuk Arini. Arini merasa tubuhnya mendadak menjadi lebih kecil hanya karena ditatap penuh intimidasi layaknya kini oleh seorang Ardhan.
Tak lama kemudian, dua orang pria datang. Masing-masing dari kedua tangan keduanya menenteng kantong besar.
“Mandi dan dandan secantik mungkin. Semua keperluanmu sudah ada siapkan. Berhenti bersikap menyedihkan seperti sekarang. Karena itu hanya akan membuatmu tidak lebih baik dari Killa. Sudah saatnya jari-jari mereka sibuk menuliskan komentar bahwa kamu lebih baik dari Killa dari segi apa pun,” ucap Ardhan masih memasang wajah datar.
Dengan jarak tak kurang dari tiga meter. Mereka berdiri di keramik searah, kedua mata Ardhan menatap kedua mata Arini dengan sangat saksama. Seolah, kedua mata tajam yang tengah dipenuhi dendam itu sengaja menghipnotis Arini. Agar Arini patuh kepadanya. Sebab kedua sejoli itu harus satu misi. Bukan hanya agar mereka bisa balas dendam, membalaskan luka yang sudah Akbar apalagi Killa torehkan. Melainkan karena mereka harus lebih bahagia melebihi Killa dan Akbar.
Dunia yang telanjur menjadi saksi viralnya hubungan Akbar dan Killa menjadi saksi. Bahwa acara tukar pasangan bukan hanya sensasi belaka. Karena Ardhan pastikan, mereka akan bahagia.
Di salah satu ruang kamar mandi, Arini baru saja mengunci pintunya. Beberapa saat lalu, kedua pria suruhan Ardhan, menaruh empat kantong bawaan di lantai sana. Arini berangsur memeriksa isinya. Satu kantong yang baru Arini bawa berisi perlengkapan mandi, dan juga perawatan kecantikan lengkap. Sabun mandi berupa sabun cair dalam botol ukuran besar. Beda jauh dengan sabun yang Arini pakai tiga bulan terakhir, dan itu berupa sabun batang. Sabun batang yang Arini beli di warung dan kadang bermodal hutang karena belum gajian. Yang mana sabun tersebut akan tetap Arini gunakan, walau sudah sangat tipis dan andai kering, terasa cukup tajam mirip keripik.
Shampo pun masih dalam ukuran botol besar. Ada lulur, skin care, segala rupa yang bahkan belum Arini ketahui manfaat maupun cara penggunaannya.
“Ya ampun, ... yang buat perawatan kewanitaan juga ada. Iya, ini buat perawatan kewanitaan. Pembalut juga sudah disediakan. Nah ... ini lipstik paket komplit gini. Mirip yang diiklanin artis-artis mahal. Beuh ... padahal selama ini, lipstik jadi bagian kebutuhan paling keramat buatku yang kalau masih bisa dikeruk pakai lidi, belum aku buang! Ya Allah nangis beneran ini.”
“Ah iya ... aku hanya boleh nangis kalau aku terlalu bahagia gara-gara dapat rezeki nomplok kayak gini. Haraaaam bagiku menangisi mereka yang justru sibuk melukaiku! Ah, ini isinya apa ... ya ampun ini tumpukan gamis mahal! Ada dalaman juga, tapi branya kayaknya kegedean. Ah masa bodo ah. Beneran paket lengkap. Nah, ini dus sepatu? Ah iya ... satu kantong ini isinya dus sepatu. Ya ampun, sandal pun aku dikasih yang pakai dus gini. Kalau buat beli di warungnya si Umi, pasti dapat sekarung ini. Ya Allah, ... ini aku beneran boleh nangis sih, kalau dikasih banyak gini.”
“Nah ... bener ... kantong ini isinya tas. Ada tiga ... berdus-dus gini ... ya tentu mahal. Ya ampun pak Ardhan ... sekelas mas Akbar yang cuma bikin aku makan hati, dan kasih aku banyak alasan buat sabar saja, aku cintai secara ugal-ugalan. Apa lagi Pak Ardhan ....”
“Meski laki-laki selalu minta imbalan di setiap dia kasih lebih ke wanita. Enggak apa-apalah kalau modelan laki-lakinya pak Ardhan. Ah ... semangat ayo semangat. Enggak apa-apa belum dikasih restu. Mama sama nenek pak Ardhan gitu kan karena belum kenal aku. Aku janji bakalan jadi istri super baik buat pak Ardhan. Aku enggak akan main gila seperti Killa!” batin Arini yang duduk di lantai toilet sambil memeluk setiap kantongnya penuh sayang.
“Ehm!” terdengar suara pria berdeham dan Arini curigai itu Ardhan.
Arini berangsur berdiri sambil menerka-nerka, kemudian berkata, “Pak ...? Itu, ... Pak Ardhan?”
“Saya pikir kamu pingsan bahkan belajar mati. Kenapa dari tadi belum ada suara air juga? Cepat mandi. Dandan yang cantik menggunakan semua yang saya siapkan!” ucap Ardhan lirih tapi mengomel.
Ardhan masih berdiri di depan pintu toilet Arini berada sambil bersedekap. Ia sudah ada di sana hampir dua puluh menit lamanya, tapi di dalam toilet, suasananya tetap sunyi. Tak ada suara Arini, apalagi suara air padahal ia sudah meminta Arini untuk segera mandi.
“Ya sabar, Pak. Ini saya rancang dulu. Pak Ardhan terima beres saja. Hati-hati, siap-siap sebelum saya keluar,” ucap Arini sambil menahan senyum.
“Gayamu meminta saya hati-hati,” semprot Ardhan yang kemudian menggedor pintu toiletnya. Ia mengomel dan meminta Arini untuk segera mandi. Sebab rencananya, ia akan mengajak Arini ke kantor polisi.
“Iya, ... iya, Pak. Awas saja kalau Pak Ardhan mendadak sawan karena saya bakalan lebih cantik dari bidadari!” balas Arini tak kalah mengomel dari dalam kamar mandi.
“Kena sawan?” batin Ardhan yang bergegas pergi lantaran Arini mengusirnya. Arini berdalih, takut Ardhan ‘halu’ hanya karena mendengar suara air dari Arini yang sedang mandi.
“Agak lain memang tuh wanita!” kecam Ardahan sengaja menunggu di ruang utama toilet kantornya.
ayo up lagi
batal nikah wweeiii...