Demi bakti ku kepada Ayah aku bersedia memenuhi keinginannya untuk menikah dengan lelaki pilihan Ayah ia juga alah satu orang kepercayaan Ayah, namun kini ia membawa mawar lain masuk kedalam rumah tangga kami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua puluh Satu
*****
Setelah pesta yang diadakan oleh perusahaan Abraham Group Seno baru saja sadar dari tidurnya semalam.
"Ahhh... Pusing" ucap Seno sembari memegangi kepalanya yang pusing sembari menggelengkan kepalanya.
Ia memperhatikan ruangan yang sekarang sedang ia tempati, ia paham betul kamar yang ia tempati bersama sang istri dan ini bukan kamarnya.
Setelah kesadarannya terkumpul ia bangkir dari ranjang dan menuju ke kamar mandi guna membersihkan diri.
Ia melihat tanda merah di da da bidangnya dan di bagian leher pun ada, ia berusaha mengingat dengan siapa ia tidur semalam namun ingatannya tak kunjung ia temukan.
Semalam yang ia ingat ia meninggalkan istrinya di meja khusus tamu, lalu ia meneguk sedikit minuman yang sebelumnya tengah ia pesan dan setelahnya ia beranjak ke kamar kecil, namun sebelum ia keluar dari kamar kecil ia sempat merasakan jika di belakangnya ada orang.
Belum sempat Seno melihat siapa orang tersebut ia merasakan sakit di tengkuk nya seperti sehabis di pukul.
Bahkan rasa sakitnya pun masih ada, ia bangun dengan ke adaan b*gil atau tanpa bus*ana hanya tertutup selimut.
Setelah selesai membersihkan diri ia pun bergegas meninggalkan kamar yang menurut nya asing itu, ia segera melangkahkan kakinya menuju ke kamar milik dan sang istri.
Berharap sang istri tidak meninggalkan nya dan masih mau memaafkannya atas sikapnya ini, entah mengapa Seno juga berpikir mengapa ia sampai teledor seperti ini?
Ceklek....
Suara pintu di buka mengalihkan pengelihatan Ambar yang semula duduk di balkon hotel, ia sebenarnya sudah tau siapa yang datang namun ia menyembunyikan ekspresinya itu ia memilih diam dan memperhatikan apa yang akan di bahas oleh suaminya.
Wanita dengan dress putih selutut dan rambut yang masih setengah basah yang di biarkan terurai akhirnya menutupi wajah cantiknya oleh hembusan angin.
Ia masih diam menatap suaminya yang masih mematung di dekat pintu kamar setelah Seno menutupnya.
Seno yang masih memaku di depan istrinya kini memilih melangkah perlahan mendekati pujaan hatinya yang lebih memilih diam tak menyapanya seperti saat sebelum malam ini terjadi.
Biasanya Ambar akan menyambutnya dengan senyumannya yang paling manis sambil memanggil namanya, namun kini berbeda ia tahu bahwa istrinya ini tengah menunggu sesuatu darinya.
Seno terus melangkah kan kaki nya hingga tersisa kurang lebih tiga langkah lagi ia dapat menggapai sang istri, namun ia di kejutkan oleh suara sang istri.
"Berhenti di situ mas!" ucap Ambar lantang.
Mau tak mau Seno langsung menginjak rem dan berhenti saat iru juga, yang ia rasakan saat ini adalah ketakutan melebihi ketakutannya menghadapi klien killer sekalipun.
Ia takut jika istrinya itu meminta ia untuk pergi menjauh, Seno tak kuasa menahan beban di pundaknya ia pun menjatuhkan diri dengan berlutut masih di tempat saat ia berhenti.
"Sayang maafkan aku" ucap Seno dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Aku minta maaf aku benar-benar tidak sadar, yang aku ingat adalah sesaat setelah meninggalkan mu di meja tamu lalu meminum minuman yang aku pesan dan pergi menuju ke kamar kecil. Sebelum keluar aku merasa di belakang ku ada seseorang yang belum sempat aku melihatnya, aku merasakan punggung ku sakit dan semua menjadi gelap. Sewaktu aku sadar aku sudah di kamar yang aku sendiri tidak tahu siapa yang menempatkan ku di kamar itu" ucap Seno menjelaskan apa yang ia rasakan.
Ambar menelisik sesuatu di wajah suaminya, ia melihat tidak ada kebohongan di mata lelaki yang sudah tiga tahun bersamanya.
Akhirnya Ambar pun menyerah ia berlari memeluk suaminya yang tengah berlutut, ia pun menangis.
"Mas tolong jangan ulangi lagi mas! Apakah kamu tau semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan mu, kamu kemana mas? Hu hu hu" Ambar menangis di da da sang suami sampai terisak.
Seno yang awalnya terkejut ia langsung menetralkan perasaan nya dengan memeluk erat tubuh sang istri, mengelus bagian belang dan mengecupi pucuk kepala istrinya.
"Hust.. Sayang aku yang minta maaf, aku yang salah tolong maafkan aku
Ceklek....
Suara pintu terbuka menguraikan pelukan kedua sejoli itu.
Tampaklah Rendi dan Naya yang membuka pintu kamar yang mereka tempati.
Naya langsung menghambur memeluk Ambar setelah Rendi memaksa Seno berdiri.
" Lu dari mana hah! Lu nggak tau seberapa cemas bini lu nyariin lu! Sampai dia nekat mau memeriksa setiap kamar di hotel ini buat nyari lu"ucap Rendi menjelaskan semuanya.
Naya dan Rendi memang sengaja mendatangi kamar Ambar namun Naya mendengar suara Seno yang meminta maaf, mereka langsung mempercepat langkah mereka agar tidak ada sesuatu yang di inginkan.
*****
Setelah makan pagi yang terlewat mereka memutuskan untuk kembali pulang ke kota mereka melupakan khayalan mereka tentang bersantai di pinggir pantai.
Seno yang masih senantiasa memeluk istrinya seolah tidak ada yang dapat memisahkan mereka.
Hingga bus yang mereka tumpangi sudah parkir di halaman rumah Ambar, namun si pemilik rumah masih nyaman memejamkan mata di pelukan suami.
Jadilah Seno menggendong istrinya menuju ke kamar dan barang-narang sudah ia serahkan pada Bik Inah dan Mbak Asih.
Setelah dua bulan melepas kejadian tersebut kini Ambar dan Seno memilih untuk melupakan kejadian tersebut, dan lagi tidak ada yang menjadi korban saat Seno tidur di kamar yang lain.
****
Suara deru kendaraan milik Seno yang selalu di hafal oleh Ambar, baru saja ia akan turun untuk menyambut kedatangan suaminya justru ia yang terkejut mendapati suaminya menggandeng tangan wanita lain sembari menyeret koper di tangan kirinya.
Ambar yang masih syok mematung di tengah-tengah tangga yang menjadi jalan utama ke kamar mereka.
Sedetik kemudian ia tersadar akan apa yang harus ia hadapi.
"Siapa dia mas?" tanya Ambar dengan mata yang berkaca-kaca.
"Dia Clarissa dia akan menjadi adik madu mu Ambar"
Bagai tersambar petir di siang bolong, suaminya yang sudah tiga tahun menemaninya membawa adik madu untuknya. Dan lagi selama mereka menikah Seno pun tidak pernah memanggil namanya dengan sejelas itu.
Seno selalu memanggilnya dengan sebutan sayang.
Wanita yang di gandeng oleh suaminya itu hanya sibuk bergelayut manja di tangan kanan suaminya.
Ambar yang sudah tidak bisa berkata-kata memilih diam, Seno berlalu begitu saja ke kamar tamu bagian bawah bersama sang adik madunya.
Ambar tak kuasa menahan bebannya ia pun ambruk terduduk di tengah-tengah tangga, Bik Inah yang menyaksikan kejadian itu pun berlari ia takut terjadi sesuatu pada nona nya tersebut.
"Non sadar non jangan begini enon harus kuat, ayok Bibi bantu ke kamar ya non" ucap Bik Inah sembari merangkul Ambar yang sudah tidak punya daya apa-apa untuk berjalan.
Kakinya seperti jelly yang lemas tak ada kekuatan apapun.
Di kamar Ambar hanya berdiam diri hingga malam harinya Seno memasuki kamarnya untuk mengajaknya makan.
"Ayo kita makan di bawah ada sesuatu yang akan aku sampaikan padamu" ucap Seno sembari melangkah akan menutup pintu kamar Ambar kembali.
"Aku tidak lapar mas, makan lah dulu" ucap Ambar yang membuat Seno tertahan saat akan menutup pintu kamarnya.
"Ada apa dengan mu"
Seno kembali masuk dsn menutup pintu kamar Ambar ia duduk di pinggiran ranjang yang selama ini selalu diisi nya dengan sang istri.
"Tolong lah Ambar terima Clarissa sebagai adik madu mu, di sini aku hanya berusaha adil dengan mu"
Ambar mengerutkan kening mendapati omongan yang keluar dari mulut suaminya.
"Adil? Adil yang seperti apa mas? Kamu bahkan tidak memberitahu ku terlebih dahulu tentang wanita itu, namun dengan seenaknya kamu membawanya masuk ke dalam rumah kita, ke dalam kehidupan kita!"
"Clarissa hamil anak ku, kamu ingat dua bulan yang lalu saat aku tertidur di kamar asing? Ternyata di yang menyelamatkan ku dari orang yang sudah memukul ku, tapi jahatnya aku malah mengambil harga dirinya. Ia kabur dan tak ingin bertemu dengan ku kembali tapi malah takdir yang mempertemukan kami ia hamil anak ku dan saat di akan menyebrang malah tertabrak oleh ku" ucap Seno menjelaskan semuanya.
"Kenapa kamu begitu yakin kalau anaknya yang di kandung wanita itu adalah anak mu mas!"
"Karena...