Samuel adalah seorang mantan atlet bela diri profesional, selain itu ia juga bekerja paruh waktu sebagai kurir makanan, namun semuanya berubah saat kiamat zombie yang belum di ketahui muncul dari mana asalnya membawa bencana bagi kota kota di dunia.
Akankah Samuel bertahan dari kiamat itu dan menemukan petunjuk asal usul dari mana datangnya zombie zombie tersebut?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dari Papan Nama ke Rencana Strategis
Esok Paginya di Distrik 8
Pagi itu, Samuel berdiri di depan papan nama yang terpasang di dinding, matanya menyipit fokus memperhatikan daftar semua tim Guardian. Papan itu memamerkan pencapaian yang diraih oleh Tim 1 dan Tim 2, yang dengan bangga menunjukkan bahwa kedua tim tersebut telah menyelesaikan misi mereka dengan sempurna dalam satu pekan terakhir. Bahkan, mereka berhasil melawan masing-masing satu zombie mutasi untuk ketua tim mereka.
“Hm… Tim 1 dan 2 ini sepertinya cukup bisa diandalkan. Dari performa mereka di sini, terlihat bahwa kemampuan mereka luar biasa untuk ukuran manusia!” gumam Samuel, tangannya terangkat menempel di dagu, merenungkan apa yang baru saja dilihatnya.
Dia menarik napas dalam, bersemangat ingin menjalin aliansi dengan kedua tim tersebut. Dengan niat yang bulat, Samuel melangkahkan kakinya ke arah selatan, membayangkan berbagai skenario yang mungkin terjadi jika mereka bergabung dalam satu tim. Namun, langkahnya terhenti saat melihat seorang pria yang tidak asing baginya. Pria itu membawa ransel besar di punggungnya, seolah mempersiapkan sesuatu yang besar akan terjadi. Pria itu melihat Samuel yang berdiri di jalan tersebut dan menghampirinya dengan senyum lebar.
“Kapten! Lihat ini, aku hampir selesai menyiapkan logistik untuk misi kita!” seru Bob, pria itu, sambil menunjukkan ranselnya yang penuh dengan obat-obatan dan makanan.
Melihat hal itu, wajah Samuel cerah. “Kau luar biasa, Bob. Mungkin ini sudah cukup untuk persediaan kita menghadapi misi nanti!” ucap Samuel, senyumnya tak tertahankan.
Bob menggaruk kepalanya, terlihat senang atas pengakuan Samuel. “Ti… tidak juga, Kapten. Jangan terlalu berlebihan,” jawabnya dengan nada rendah hati. Bob selalu menjadi sosok yang ramah dan bersahaja, meski terlihat seperti kutu buku.
“Bagaimana kalau kita berbincang sebentar di kedai sederhana kemarin yang berada di Distrik 17?” Samuel mengusulkan. Ia merasa bahwa suasana kedai dapat membuat diskusi mereka lebih santai dan produktif.
“Apa kau lapar, Bob? Mari ikut aku! Kita bisa makan makanan kaleng terlezat di sebuah kedai!” lanjutnya, sambil tersenyum mengingat makanan kesukaan mereka.
Ekspresi Bob tak bisa menyembunyikan rasa antusiasnya. “Tentu saja, Kapten! Ayo kita pergi!” jawabnya bersemangat. Keduanya pun berjalan ke Distrik 17, berbincang-bincang dalam perjalanan di kota yang tidak terlalu ramai oleh orang-orang yang selamat dari kiamat zombie.
Sesampainya di kedai, mereka memilih tempat duduk di pojokan, di samping jendela kecil yang menghadap ke luar, menyajikan pemandangan orang-orang berlalu-lalang di sekitar Distrik 17. Suasana di luar tampak tenang, namun ada aura ketegangan yang selalu menyelimuti mereka di dunia yang tak pasti ini.
Samuel memesan kentang rebus kesukaannya, sedangkan Bob memilih kornet kaleng goreng. Sambil menunggu hidangan mereka, percakapan mengalir ke arah Scrappy, anjing setia Samuel yang selalu mengikutinya. Bob penasaran dengan keberadaan Scrappy.
“Hey, Kapten… Ke mana peliharaanmu?” tanya Bob, menatap Samuel yang tampak sedikit melankolis.
Samuel menjawab, “Aku menitipkan Scrappy ke tempat penampungan hewan untuk sementara waktu. Aku khawatir jika ia ikut, dia tidak akan selamat dalam misi pengintaian kemarin.” Jawabannya mengingatkan Bob betapa berbahayanya dunia yang mereka hadapi saat ini.
Bob mengangguk, tanda mengerti. “Itu keputusan yang bijaksana. Aku berharap Scrappy baik-baik saja di sana.”
Saat itu, pelayan toko datang membawa pesanan mereka dan menaruhnya di meja. “Silakan!” seru pelayan tersebut sambil meletakkan hidangan dan pergi. Senyum mereka membuncah saat aroma kentang rebus dan kornet yang menggiurkan menyeruak ke hidung.
“Aku tak percaya di akhir zaman ini masih ada kedai yang mempekerjakan orang,” ucap Bob dengan nada bercanda. Ia berusaha menciptakan suasana lebih ceria di tengah ketegangan yang selalu mengintai.
Samuel tersenyum kecil, menikmati humor Bob yang terasa lucu di tengah kesuraman situasi mereka. Makanannya terasa lezat, dan sejenak mereka bisa melupakan kengerian yang mengelilingi mereka.
Tak lama kemudian, Bob menanyakan misi yang akan datang. “Kapten, soal misi Cave City yang akan kita laksanakan 4 hari lagi, apakah kau sudah punya rencana yang bagus?”
Samuel teringat kembali akan kejadian yang dialaminya di tempat itu. “Soal itu… nanti kita bicarakan besok. Tolong panggilkan anggota lain untuk berkumpul di kedai ini besok pagi. Kita akan kedatangan orang-orang penting!” ucap Samuel sambil tersenyum, merencanakan pertemuan yang bisa menentukan langkah mereka selanjutnya.
Mata Bob melebar karena kaget dan penasaran. “Sebentar… Kenapa kita akan bertemu orang penting secara tiba-tiba?!” ucapnya, nada suaranya menunjukkan kecurigaan.
Samuel, menyadari kecurigaan Bob, menghela napas panjang. “Baiklah… Kurasa aku tak pandai berbohong. Langsung saja, kita akan membentuk aliansi dengan Tim 1 dan 2 untuk misi di Cave City nanti!”
Bob terdiam sejenak, terkejut dengan perubahan rencana yang mendadak. Dalam benaknya terbersit berbagai kemungkinan yang ingin ia tanyakan. “Apa…?! Kita akan beraliansi dengan Tim 1 dan 2?!” tanyanya, bingung.
“Menurut instingku, Kapten pasti telah melakukan suatu perkiraan atau penyelidikan secara langsung, kan?! Jika tebakan saya benar, maka semua ini jadi masuk akal!” ucap Bob dengan tatapan serius, berusaha memahami situasi yang tiba-tiba berubah.
Samuel mengangguk. “Ya… benar. Cukup, Bob. Kau memang pandai meneliti suatu hal dengan cepat!” ucap Samuel, mengangkat alis seolah mengakui kekalahannya dalam hal penilaian.
“Baiklah, aku akan ceritakan semuanya. Memang benar, aku telah menyelidiki tempat itu secara langsung kemarin. Aku tidak ingin melibatkan kalian karena khawatir dengan keselamatan kalian semua,” jelas Samuel, melihat Bob yang kini tampak lebih tenang dan fokus.
Ekspresi Bob datar, meski sedikit kecewa. Namun, ia bisa mengerti bahwa alasan tersebut masuk akal. “Lalu, apa yang kau temukan di sana?” tanyanya sambil menyilangkan tangan, ingin mendengar lebih banyak.
Samuel menarik napas dalam-dalam sebelum menjelaskan semua yang terjadi di dalam stasiun bawah tanah tersebut. Dia menjelaskan tentang suasana mencekam dan bagaimana dia berhasil melawan zombie mutasi yang ada di sana. Bob mendengarkan dengan seksama, terkejut akan semua yang dialami kaptennya.
“Aku tak menyangka Kapten sehebat itu! Lalu, apalagi yang terjadi selanjutnya?” tanya Bob, semangatnya terbakar, tampak berani dan bertekad untuk menghadapi tantangan yang ada.
Samuel melanjutkan ceritanya hingga selesai, menjelaskan setiap detail tentang pengalamannya. Dari bagaimana ia menyelamatkan pria penyintas hingga pertempuran sengit yang harus dihadapinya. Mendengar keseluruhan cerita, semangat dalam diri Bob semakin membara. Ia tak sabar untuk menjalankan misi tersebut. Samuel, yang menyaksikan tingkah Bob, hanya bisa menghela napas. Ternyata, perspektifnya tentang Bob salah; meski berpenampilan kutu buku, ia memiliki keberanian yang luar biasa.
Setelah percakapan mereka berakhir, Samuel dan Bob pergi ke kasir untuk membayar tagihan.
“Hei, Nyonya… Aku minta tagihannya, ya!” ucap Samuel di depan meja kasir yang terbuat dari kayu dan dilapisi alumunium, memberi kesan sederhana pada kedai itu.
Kasir tersebut terdiam sejenak, kemudian menjawab, “Para Guardian telah difasilitasi makan gratis, dengan batas tiga kali sehari.”
Samuel dan Bob terkejut mendengar informasi itu.
Kasir melanjutkan, “Berlaku hanya di kedai ini, ya. Ayahku selalu mengidolakan para Guardian. Bagi beliau, Guardian adalah harapan kecil di akhir zaman ini!”
Mendengar itu, mereka pun mengangguk penuh syukur atas perlakuan pemilik kedai yang begitu baik. Mereka merasa sedikit terhibur dengan pengakuan tersebut, seolah ada harapan yang tersisa di dunia yang penuh dengan kegelapan ini.
Samuel dan Bob melangkahkan kaki keluar dari kedai kecil tersebut, percaya diri semakin meningkat berkat kata-kata yang disampaikan oleh kasir. Sebuah perasaan bahagia dan semangat baru mengalir di dalam diri mereka, mengingatkan bahwa meski dunia sudah berubah menjadi kacau, masih ada orang-orang yang menghargai usaha dan kerja keras pada guardian .