Menceritakan tentang Naomi, seorang istri yang dijual oleh suaminya sendiri untuk membayar hutang. Dia dijual kepada seorang pria tua kaya raya yang memiliki satu anak laki-laki.
"Dia akan menjadi pelayan di sini selama 5 tahun, tanpa di bayar." ~~ Tuan Bara Maharaja.
"Bukankah lebih baik jika kita menjualnya untuk dijadikan PSK?" ~~ Gama Putra Maharaja.
Bagaimana nasib Naomi menjadi seorang pelayan di rumah mewah itu selama 5 tahun? Apa yang akan terjadi padanya setelah 5 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 - Secangkir teh dan obrolan tengah malam
"Tidak perlu dipikirkan. Aku tau kau tidak mengambilnya."
Naomi hanya diam mendengar ucapan Gama yang terdengar tengah menyemangatinya. "Aku tau kau bukan wanita seperti itu," tambah pria itu.
Seperti malam-malam sebelumnya, mereka akan mengobrol bersama di temani secangkir teh saat tengah malam.
"Apa yang membuat tuan yakin? Semua orang percaya aku mencurinya, kenapa tuan tidak? Kita bahkan belum lama kenal."
Hah!
Gama menghela napas dan menyandarkan punggungnya di kursi, "Hanya yakin," balasnya dengan singkat.
"Saat pertama kali melihatmu, aku yakin kau tidak seperti wanita-wanita yang aku kenal sebelumnya," jelasnya.
Gama belum pernah jatuh cinta, dia tidak pernah berkencan dengan siapapun. Hubungannya dengan banyak wanita hanyalah tentang urusan ranjang, tidak lebih.
Banyak dari partner ranjangnya yang menyatakan perasaan padanya, dan semuanya ia tolak mentah-mentah. Dia tidak pernah mencari wanita untuk ditiduri, semuanya menyerahkan diri dengan suka rela padanya.
Jika boleh jujur, saat ini ia tertarik dengan pelayannya sendiri.
Naomi tersenyum tipis mendengarnya, "Terima kasih karena sudah mempercayai orang rendahan ini," ucapnya dengan tulus.
Gama berdecih pelan dan meniup tehnya sebelum ia minum. Kakinya menyilang menyamping, tatapan matanya mengarah pada Naomi yang menunduk dengan dua tangan yang memegang cangkir teh.
"Aku ingin mendengar ceritamu," celetuk Gama.
Naomi mendongak dan menatap tuan mudanya dengan bingung. "Ceritaku? Cerita apa?" balasnya.
"Cerita kenapa kau bisa menikah dengan si brengsek itu," jawab Gama. Dia seolah-olah lupa, bahwa dia juga termasuk kategori pria brengsek seperti yang ia ucapkan sendiri.
"Kecelakaan," balas Naomi singkat. Gama tidak bodoh untuk tidak memahami apa yang wanita di depannya ucapkan.
"Sayangnya alasan yang membuat kami harus menikah pergi lebih dulu," lanjut Naomi dengan suara kecil.
Gama mengerutkan keningnya, "Maksudmu?"
Tatapan Naomi berubah sendu, "Saat usia kandunganku berusia 5 bulan, saya terpeleset dan keguguran."
Seperti mengorek luka lama, Naomi kembali merasa bersalah pada calon anaknya yang tidak bisa melihat dunia karena kecerobohannya.
Saat itu umurnya masih sangat muda, di saat teman-temannya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, ia hanya bisa berdiam diri di rumah. Usaha dari ibunya yang menyekolahkannya terbuang sia-sia.
Aryo juga putus sekolah, pria itu juga bukan dari kalangan orang berada. Dia hanya bisa bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan Naomi yang menjadi tanggung jawabnya.
"Maaf."
Naomi menggeleng dan tersenyum tipis, "Tidak perlu meminta maaf, lagipula itu sudah menjadi bagian dari masa lalu."
"Jadi kau tidak tau dijadikan jaminan hutang olehnya?" tanya Gama lagi. Dia benar-benar tertarik dengan kehidupan Naomi.
Sekali lagi Naomi menggeleng, "Kehidupan kami memang di bawah rata-rata, kebutuhan membengkak karena harga yang terus naik, tapi dia tidak pernah berbicara masalah hutang ini," jelasnya.
"Bahkan dia memiliki wanita lain di belakangku hingga memiliki anak, selama ini aku seperti keledai dungu."
Dalam beberapa kasus banyak alasan yang menjadikan nikah muda berakhir dengan perceraian, apalagi yang menikah karena hamil di luar pernikahan.
Kesiapan mental dan ekonomi harus benar-benar di pikirkan sebelum melangsungkan pernikahan.
Pernikahan bukan hanya tentang cinta, tetapi bagaimana kita akan menjalani kehidupan yang berbeda, menyatukan dua orang yang memiliki sifat berbeda. Belum lagi masalah ekonomi yang harus di pikirkan kedepannya.
Dalam kasus Naomi, dia belum memiliki keduanya, mentalnya belum siap, apalagi ekonomi. Dia hanya anak berusia 17 tahun yang dengan paksa harus terikat benang pernikahan.
Tapi yang sangat miris adalah, sang suami yang dia anggap mencintainya justru tega menjualnya. Mungkin ini karma dari Tuhan karena tidak menuruti ucapan Ibunya dulu.
Ibu Naomi sudah meninggal dunia 3 tahun lalu, sedangkan Ayahnya sudah meninggal saat ia duduk di kelas 4 sekolah dasar.
"Kau ingin aku memberikan pelajaran padanya?" celetuk Gama.
"Tidak perlu, saya sudah tidak ingin berurusan dengannya. Biarkan dia menikmati hidupnya saat ini sebelum karma menjemputnya," balas Naomi.
Tanpa wanita itu ketahui, Aryo selalu datang setiap minggu ke kediaman Maharaja. Pria itu selalu menanyakan keberadaan Naomi, tapi satpam selalu mengusirnya.
Setelah mendengar kisah Naomi, Gama bertekad untuk memberikan kebahagian kepada wanita itu. Dia memang pria brengsek, tapi dia memiliki komitmen bahwa ia tidak akan menyakiti siapapun wanita yang akan menjadi jodohnya sehidup semati.
Ini mungkin terdengar aneh, tapi dia ingin berterima kasih kepada mantan suami Naomi yang sudah membuat pilihan tersebut.
Karena dengan begitu, ia bisa bertemu dan mengenal wanita seperti Naomi. Wanita yang berhasil menarik perhatiannya di saat pertemuan pertama mereka.
"Sudah semakin larut, kau pergilah tidur dulu," perintah Gama. Jam memang sudah menunjukkan pukul 1 malam, tak terasa mereka sudah berbincang selama 2 jam.
Naomi segera menghabiskan tehnya yang sudah dingin, "Saya akan mencuci cangkirnya dulu sebelum tidur," balasnya.
Dia berdiri dan mengambil cangkir teh milik Gama yang sudah habis lebih dulu, "Selamat malam Tuan Gama, senang bisa mengobrol dengan anda," ucapnya diiringi senyum tipis.
Gama mengangguk, "Selamat malam, semoga mimpi indah."
Naomi menuju dapur untuk mencuci cangkir kosong, sedangkan Gama melangkah menuju kamarnya dengan senyum tipis yang menghiasi wajahnya.
Tak berbeda dengan Gama, Naomi juga tersenyum lega. Mungkin jika ada pelayan lain yang memergokinya, dia akan di rundung lagi.
Mengobrol dengan tuan mudanya, membuat perasaanya membaik. Tidak ada yang bisa ia ajak mengobrol di sini, meskipun masih ada Bibi Sarah yang baik padanya, ia merasa tidak enak hati.
Katakanlah dia tidak tau diri, tapi dia juga butuh menyalurkan apa yang ia rasakan selama ini.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca 🤗
naomi hrus kuat
itu orang iri jgn d pkir kn naomi
senang x baca novel yg ini