Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Pulang sekolah dan Rio sudah sampai di depan rumahnya yang berada di komplek perumahan di dekat sekolah, “cklek,” Rio membuka kuncinya namun dia hanya membuka pintu dan menoleh melihat kebelakang,
“Trus ngapain lo ikut gue ke rumah gue ?” tanya Rio.
“Hehe...main aja, kali aja nemu petunjuk di rumah lo,” jawab Sarah yang berada di belakang Rio,
“Lo ga di cariin keluarga lo ? udah sore kan ini ?” tanya Rio.
“Santai, nyokap gue pulang malem, bokap gue udah ga ada, jadi aman,” jawab Sarah.
“Hah....bokap lo udah ga ada ?” tanya Rio.
“Dari umur gue 8 tahun, makanya kan gue bilang keluarga gue ga sanggup biayain gue supaya di rawat di rumah sakit, karena emang bokap gue udah ga ada lebih dulu dari gue, waktu itu nyokap gue sempet stress berat tapi semenjak gue idup lagi dia pulih pelan pelan,” jawab Sarah.
Rio terdiam, dia berbalik melihat pintunya dan “klap,” Rio kembali menutup pintunya, “cklik,” dia mengunci lagi pintunya dan berbalik,
“Kerumah lo aja,” ujar Rio.
“Hah...kenapa ke rumah gue ? emang bonyok lo ga ada ?” tanya Sarah.
“Mereka di luar negeri, mereka mengasuh gue dari bayi sampai gue 13 tahun nonstop, sekarang mereka kerja di luar negeri dan gue meyakinkan mereka kalau gue bisa mandiri, supaya mereka ga khawatir, walau tiap hari kirim pesan dan telepon sih,” jawab Rio.
“Oh...gitu,” balas Sarah.
“Jadi sekarang ke rumah lo aja, belanja bahan makanan dulu, gue masakin,” ujar Rio,
“Lo bisa masak ? lagian kenapa di rumah gue ?” tanya Sarah bingung.
Rio memasukkan tangannya ke dalam tas kecilnya dan menarik keluar bukunya, dia memberikan bukunya pada Sarah.
“Liat nomor 18 dan nomor 83,” ujar Rio.
Sarah membuka bukunya, dia mengurutkan daftar yang acak acakan di dalam buku, akhirnya dia menemukan nomor 18 yang isinya adalah membantu orang tua, dia membalik lagi bukunya untuk mencari nomor 83 dan menemukannya, isinya belajar masak agar bisa seperti mama. Sarah langsung melihat ke wajah Rio di depannya,
“Tapi orang tua yang di maksud kan orang tua lo ?” tanya Sarah.
“Ya, tapi orang tua gue di luar negeri dan yang ada nyokap lo, jadi nyokap lo,” jawab Rio tegas.
“Wow...hebat ya lo, salut gue,” balas Sarah.
“Ayo jalan, rumah lo di mana ?” tanya Rio.
“Um....beda dua gang ama rumah lo hehe,” jawab Sarah.
“Lah pantes lo ke komplek ini juga, bilang kek dari awal,” balas Rio.
“Hehe sori, gue ga ngikutin lo, gue juga emang mau pulang, tapi gue mau tau dulu rumah lo,” balas Sarah.
“Dasar lo ya, baru juga kenal hari ini udah maen ke rumah,” balas Rio.
“Justru karena udah kenal kan makanya main,” balas Sarah.
“Tapi lo gigit gue tadi, walau ga berasa sih,” balas Rio.
“Sori deh, gue pikir lo cowo kayak cowo cowo yang lain yang cuman liat tampang dan bodi trus bilang cinta,” balas Sarah.
“Dasar lo, dah lah yu,” balas Rio.
Keduanya kembali keluar dari rumah Rio, mereka berjalan ke luar dari gang kemudian berjalan di taman komplek dan belok di gang kedua setelah gang rumah Rio. Ketika sampai di rumah Sarah,
“Katanya lo mau belanja dulu ?” tanya Sarah.
“Online aja, gue pikir rumah lo jauh jadi sekalian jalan kalau jauh,” jawab Rio.
“Ok...yuk deh masuk,” ajak Sarah sambil membuka pagar rumah nya.
Ketika masuk ke dalam rumah Sarah, Rio langsung menggelengkan kepalanya karena dari begitu masuk banyak barang berserakan di lantai dan pakaian berhamburan di mana mana. Rio melepas sepatunya dan melangkah masuk ke dalam.
“Buset kapal pecah,” ujar Rio.
“Sori ya, gue cuman berdua ama nyokap gue, gue sekolah dan nyokap kerja, mana sempet ngurus rumah,” balas Sarah.
“Haah...ya udah, gue bantuin beberes,” balas Rio sambil menunduk dan mengumpulkan pakaian yang bertebaran di lantai.
“Oi lo rajin amat sih ?” tanya Sarah.
“Nomer 52,” jawab Rio singkat.
Sarah yang masih memegang buku Rio langsung membuka bukunya dan mengurutkan nomornya, nomor 52 isinya bantu bantu membereskan semua yang ada di rumah,
“Ini kan buat rumah lo ?” tanya Sarah.
“Sama aja, rumah gue bersih,” jawab Rio.
“Gue kok berasa tersindir ya,” balas Sarah.
“Masalah lo itu,” balas Rio.
Melihat Rio yang mulai menyusun barang barang miliknya, akhirnya Sarah ikut membantu Rio membereskan semua yang ada di dalam rumahnya. Rio masuk ke dalam dapur, dia melihat rak cuci piring penuh dengan piring, gelas dan sendok kotor, Rio menggelengkan kepala dan melangkah masuk ke dalam dapur, dia langsung menyalakan keran air dan mulai mencuci satu persatu piring, gelas dan sendok garpu milik Sarah,
“Um....sori ya,” balas Sarah yang berdiri di sebelahnya.
“Ga masalah, masih masuk nomor 52,” balas Rio.
“Iya iya...buku itu benar benar buku panduan lo ya,” balas Sarah.
“Ya, gue ga tau sampai kapan gue hidup dengan kondisi kayak begini, sebelum gue ga ada, paling ga gue puas melakukan apa yang gue mau dan semua tertulis di buku itu,” balas Rio.
Sarah menoleh melihat Rio yang terlihat bersemangat dan tersenyum mencuci piring piring kotor miliknya dari samping. Wajah Sarah mulai memerah sedikit,
“Ada ya cowo kayak gini ?” tanya Sarah dalam hati.
Sarah mulai mengambil piring kotor dan mencuci bersama sama dengan Rio, mereka saling mengoper piring, gelas, peralatan makan yang akan di cuci atau yang sudah di cuci untuk di taruh di rak. Setelah selesai, Rio berjalan ke kulkas dan membuka pintu freezer milik Sarah, dia melihat ada daging ayam potongan yang beku dan beberapa macam sayuran di kulkas bawah nya.
“Bikin sop ama telor dadar ya,” ujar Rio menoleh melihat Sarah.
“Bebas, pake aja yang ada di kulkas, nyokap juga jarang masak, daripada nanti busuk,” balas Sarah.
Rio langsung mengeluarkan semua bahan bahan dari kulkas, dia mengambil papan talenan dan mulai memotong motong sayur dan mengupas kentang. Dia juga mulai menyuir ayam menggunakan pisau kemudian merendam tulangnya di panci yang sudah dia isi air dan panaskan. Sarah yang melihat Rio memasak sambil tersenyum dan terlihat senang akhirnya bergerak maju,
“Gue bisa bantu apa ?” tanya Sarah.
“Bisa masak nasi ?” tanya Rio.
“Kalau masak nasi doang sih gue bisa,” jawab Sarah.
“Ok tolong ya,” balas Rio.
Rio meneruskan mengerjakan masakannya, Sarah mencuci beras sambil terus menoleh melihat Rio dan tersenyum. 35 menit kemudian, “ting,” terdengar suara rice cooker yang menandakan nasi sudah matang. Rio membuka tutupnya dan mengambil sendok nasi kemudian mengaduknya. Sarah mulai menata meja makannya dan menaruh sop ayam yang sudah dimasak Rio ke dalam mangkuk besar, dia membawanya ke meja, kemudian dia juga menaruh sepiring telur dadar di meja. Rio membawa rice cooker nya ke meja dan meletakkannya di kursi. Setelah itu keduanya duduk saling bersebrangan di meja makan.
“Ayo makan,” ajak Rio yang mengambil nasi dan memindahkannya ke piring.
Rio memberikan piringnya kepada Sarah yang langsung mengambilnya dan menaruhnya di meja. Setelah mengambil bagiannya, Rio menyendok sop buatannya kemudian memberikan sendok sop nya kepada Sarah setelah selesai. Tapi Sarah terlihat termenung di depannya,
“Kenapa ?” tanya Rio.
“Eh..eng..enggak,” jawab Sarah mengambil sendok sop nya.
Dia mulai mengambil sop mengisi piringnya, dia juga mengambil sepotong telur dadar, setelah itu, Sarah kembali diam dan melihat Rio di depannya yang sedang menatapnya,
“Kenapa ngeliatin gue ?” tanya Sarah.
“Harusnya gue yang tanya lo kenapa, soalnya lo mendadak diem aja kayak orang musuhan,” jawab Rio.
“Berisik,” balas Sarah sambil menyendok makanannya.
Setelah sendokan pertama di telan, Sarah langsung makan seperti orang kalap yang tidak makan selama tiga hari.
“Enak ya ? atau lapar ?” tanya Rio.
“Enak, lo hebat,” jawab Sarah sambil mengunyah makanan nya.
“Syukur deh kalo enak,” balas Rio yang juga mulai makan.
“Sruuk,” Sarah menarik nafas, Rio melihat wajah Sarah yang menitikkan air mata dengan pipi menggembung dan mulut bergerak mengunyah, tangannya terjulur dan mengambil nasi dari bibir Sarah,
“Makannya pelan pelan, ga kabur kok nasi nya,” ledek Rio.
“Iya....berisik....lo,” balas Sarah tersenyum dengan pipi yang menggembung.
“Lo udah berapa lama ga makan ?” tanya Rio.
“Trek,” Sarah menghentikan sejenak makannya, dia menunduk dan tidak bicara apa apa, Rio mencondongkan wajahnya dan memegang kepala Sarah yang menunduk.
“Nyokap lo.....ga pernah pulang ya ?” tanya Rio.
“Kok lo tau ?” tanya Sarah.
“Semua pakaian yang ada di lantai, semua barang barang yang berserakan dan semua piring piring yang gue cuci tadi, semua lo yang pake dan semua punya lo pribadi,” jawab Rio sambil melepaskan tangannya dari kepala Sarah.
“Sori ya, lo jadi bantu gue bersih bersih rumah, kalo ga ada lo, gue pasti mengurung diri di kamar dan membiarkan semuanya begitu saja,” balas Sarah.
“Hehe sip, baca nomor 77,” ujar Rio.
Sarah meraih buku Rio yang berada di meja, dia membuka buka bukunya dan kembali mengurutkan nomornya, isi nomor 77 adalah membantu orang lain tanpa pamrih, tangan Sarah gemetar dan air matanya mulai mengalir kembali,
“Hehe makasih ya,” ujar Sarah perlahan.
“Sama sama,” balas Rio tersenyum.