Ling Zhi seorang Ratu kerajaan besar, tiba-tiba terbangun di tubuh seorang wanita yang terbaring di sebuah ruangan bersalin. Dirinya berpindah ke masa depan, sebagai seorang ibu dan istri yang tidak diinginkan bernama Shera.
"Aku tidak pernah menunduk pada siapapun!"
Ikuti perjalanan nya menjadi seorang Ibu dan wanita hebat di masa depan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Telur
"Apa yang terjadi?" Shera memeriksa keadaan mertuanya yang sudah tidak sadar kan diri.
"Hubungi papa!" Ucap Shera ditengah kepanikan semuanya, dan pelayan langsung mematuhi perintah Shera.
***********
Joseph yang tengah bersama putranya saat ini, langsung mendapatkan panggilan dari rumah. "Ada apa?" Tanyanya dan tak lama wajahnya berubah jadi khawatir.
"Papa kenapa? Dari siapa?" Tanya Abra yang melihat perubahan wajah Papa nya.
"Mama mu, Mama mu pingsan!" Abra langsung terperanjat kaget dan khawatir bersama Joseph.
"Ayo pa, kita segera pulang!" Joseph mengangguk dan mereka langsung menuju rumah.
************
Sedangkan Shera saat ini tengah berada di kamar mertuanya. Keadaan mama mertuanya masih diperiksa dan tentunya dengan keadaan tidak sadarkan diri.
"Bagaimana dokter?" Tanya Shera, jika ditanya dia menolong mertuanya karena rasa kemanusiaan. Dan itu bukanlah bagian dari rencananya. Karena rencana sudah terlaksana dan membuat para wanita sombong itu sudah pergi.
"Asma nyonya Viola kambuh lagi. Tapi tidak buruk, aku akan berikan obat seperti biasanya." Tutur dokter yang merupakan dokter keluarga.
"Mama!" Abra langsung membuka pintu dengan wajah yang panik dan langsung menuju Viola yang terbaring tak berdaya.
"Kenapa dengan Mama dokter?" Tanya Abra.
"Tenang, Nyonya tidak apa. Asma nya kambuh lagi. Tapi akan aku berikan obat. Selebihnya tidak masalah."
"Bagaimana bisa terjadi? Kau bersama mama kan? Katakan Shera." Tanya Abra dengan wajah cemas.
"Mama pingsan ketika arisan. Kalau kau tidak percaya padaku, kau tanyakan saja pada pelayan." Jelas Shera, Abra menatap cukup lama wajah istrinya, hingga kehadiran Papa nya.
"Bagaimana keadaan Mama?" Giliran Joseph yang bertanya dan langsung dijelaskan oleh dokter, serta penjelasan Shera dan pelayan di rumah.
Joseph hanya memijat kepalanya yang untuk mengusir rasa pusing yang mendera. "Papa sudah katakan pada Mama mu, tidak usah ada acara seperti itu. Tapi mama mu tidak mengerti juga."
"Tapi pa, Mama kan hanya berkumpul dengan teman-teman nya." Bela Abra yang merasa sang Mama tidak melakukan kesalahan.
"Iya, tapi masalahnya adalah.... Orang-orang itu. Lagipula Papa tidak melarang kegiatan Mama mu, tapi teman-temannya itu, tidak baik! Mereka hanya mengumbar kekayaan saja." Jelas Joseph yang mengenal teman-teman istrinya.
"Kau tidak apa kan Shera?" Shera menggeleng dan tersenyum, lagipula apa yang akan menimpa dirinya.
"Leo di kamarnya?" Tanya Joseph lagi.
"Iya pa. Dia tertidur setelah kenyang."
Ditengah pembicaraan itu, Viola membuka matanya. "Mama!" Panggil Abra yang lega Mel mata itu terbuka.
"Mama ingin sesuatu?" Viola mengangguk samar dan duduk dibantu oleh suaminya.
"Mama haus." Tutur Viola, membuat Abra mengambilkan segelas air.
"Ini ma, pelan-pelan. Abra sangat khawatir, syukurlah Mama tidak apa-apa."
"Ini obat dari dokter. Minum dengan teratur, untuk beberapa hari, kau istirahat saja. Tidak perlu kemana-mana, atau ada acara di rumah." Viola mengangguk mengiyakan ucapan suaminya, dan maniknya sekilas menatap Shera.
Tapi, ada yang berbeda disana. "Pa, aku akan ke kamar dulu. Aku ingin melihat Leo."
"Pergilah, terimakasih sudah menjaga mama." Shera mengangguk dan meninggalkan kamar utama itu.
"Kau bisa makan Abra, kau belum makan dengan benar tadi."
"Ya pa." Abra menuju kamarnya, rasa lapar di perutnya semakin menjadi dan dirinya langsung menuju dapur setelah berganti pakaian.
"Kenapa hanya ini? Aku tidak suka, dimana para pelayan?" Abra celingak-celinguk mencari keberadaan pelayan nya.
"Bi?" Ucap Abra, tapi tidak ada respon. Melihat telur, dia berpikir untuk masak omelette saja.
"Tidak sulit, aku bisa!" Ucapnya dengan percaya diri, tapi ketika ingin memecahkan telur, justru hancur semuanya dan isinya langsung keluar.
"Hahahaha!" Suara tawa langsung terdengar, tepat dibelakang nya. Membuat Abra kanvas berbalik dan terlihat Shera disana.
"Apa yang kau tertawakan?" Tanya Abra.
"Cara mu memecahkan telur itu. Darimana kau mempelajari nya?" Ucap Shera dengan tertawa kecil.
"Ini cara orang-orang. Memang nya kau tau? Kau kan tidak bisa memasak. Jangankan untuk memasak, kau tidak bisa membuat teh." Balas Abra, tapi Shera tidak tersinggung dengan itu.
"Sungguh?"
"Aww!" Abra meringis dan kaget melihat serta merasakan keningnya menjadi sasaran empuk Shera untuk memecahkan telur.
"Lihat? Tidak ada yang tercecer!" Ucap Shera dengan bangga.
Manik Abra melihat telur yang pecah dengan sempurna di dalam mangkok kecil itu. "Lalu bagaimana kau memasak nya?"
"Kocok telur nya, masukkan daun bawang dan bumbunya lalu goreng!" Shera terhenti ketika melihat dirinya seperti dikelabui oleh Abra.
"Apa kau tidak khawatir aku mungkin memasukkan racun atau yang lainnya."
"Kenapa khawatir? Aku melihat nya! Kau lumayan juga." Ucap Abra, yang membuat Shera menggetok kepala itu dengan spatula.
"Aishh! Kau ingin membunuh ku?" Ucap Abra sambil mengusap kepalanya.
"Menurut mu? Masak sendiri! Kau kan hebat!
Lagipula kenapa aku harus memasak untuk mu? Kita akan berpisah, bukan?" Shera mengambil jus di pendingin dan meninggalkan Abra dengan spatula di tangannya.
Manik abu-abu Abra menatap kepergian Shera, hingga pandangan nya terhenti ketika mencium aroma yang mulai tidak sedap. "Shit!" Ucapnya dan segera membalikkan omelette miliknya.
Bersambung.....
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.
ternyata tuan josept tau abra pergi dg kekasihnya