Cinta Dalam Pernikahan Rahasia

Cinta Dalam Pernikahan Rahasia

BAB 1 PAGI YANG BERBEDA

Cahaya silau mulai mengusik tidurnya yang nyenyak. Wanita cantik yang masih mengenakan gaun panjang itu seketika matanya mengerjab. Kedua tangannya ia pakai untuk menghalau sinar mentari yang masuk melalui jendela kamar. Matanya menyipit dan mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar.

Disaat yang bersamaan matanya bertemu dengan kedua mata yang memandang ke arahnya. Ia langsung tersadar dan terbangun duduk. Tangannya meraba pakaiannya dan semuanya masih utuh.

"Cepat mandi dan ganti bajumu." Pria itu bangun dan melempar paper bag tepat di pinggir ranjang.

Kesadarannya belum penuh. Ia masih berpikir dan mencerna semuanya.

"*Kemarin aku menikah? Aku sudah menikah*?"

Dia memukuli kepalanya sendiri, merasa bodoh. Jelas-jelas dia kemarin sudah melangsungkan pernikahan. Dan pria yang berada satu kamar dengannya ini adalah suaminya.

"Apa ka—"

"Saya akan ke kantor hari ini. Siapkan saja semuanya."

Ucapan Vania terpotong saat secara tiba-tiba suaminya itu mengangkat telepon dari seseorang.

"Lambat sekali!" David mengumpat saat melihat Vania sudah tidak ada di ranjang. "Bangunnya juga siang!" lanjutnya lagi.

Di dalam kamar mandi, Vania kesusahan untuk membuka gaunnya sendiri. Karna resleting berada di belakang. Saat memakai gaun ini pun perlu bantuan orang banyak, apalagi membukanya. Dia akhirnya terduduk pasrah karna selalu gagal untuk membuka resletingnya. Dia kebingungan sendiri akhirnya.

Tok! Tok! Tok!

"Hey, cepat! Aku ada urusan di kantor! Apa kau mau aku tinggal di sini sendirian???"

Terdengar suara suaminya yang marah-marah. Vania tambah kebingungan.

KRIEETTT..

Wajahnya semakin memerah karna melihat Vania masih utuh dengan gaunnya. Sudah lama ia menunggu ternyata wanita itu belum juga mandi.

"Ma-maaf, aku gak bisa buka gaunnya dari tadi," ucapnya dengan wajah menunduk.

Tangannya yang seketika tadinya mengepal perlahan mengendur.

"Tolong bukain resletingnya. Nanti aku akan mandi cepat," ucapnya lagi seraya membalikkan tubuhnya.

"Terima kasih." Vania langsung buru-buru masuk ke dalam saat resleting gaunnya sudah terbuka keseluruhan.

Sedangkan David masih dalam posisi berdiri. Ia terdiam terpaku melihat sesuatu yang indah barusan. David adalah pria normal, jelas saja jiwa kelakiannya bangkit saat menghadapi hal seperti itu. Apalagi Vania adalah sosok wanita muda yang memiliki kulit seputih susu.

"Ah. Sial!" David merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mengacak rambutnya merasa frustasi.

"Apa yang kau pikirkan! Karina! Hanya Karina yang harus kau pikirkan! Ingat!" Ia berusaha mengingatkan diri sendiri akan hatinya yang hanya akan tertuju pada Karina.

"Tuan, nyonya Vania dimana?" tanya Reno-asistennya.

"Tunggu saja dia di depan pintu. Aku gerah, ingin di dalam mobil saja."

David memutuskan untuk keluar dari kamar hotel, ia tak kuat jika harus lama-lama satu kamar dengan seorang wanita. Apalagi saat Vania baru saja keluar dari kamar mandi, dia sempat-sempatnya pakai handuk dan menanyakan pakaian dalamnya pada David. Tentu ia tak mau membantu dan memanggil pelayan untuk membantunya.

"Bagaimana Tuan, semalam enak gak?" tanya Reno seraya menggoda bosnya itu.

"Kau masih mau kerja sama saya apa gak? Kalau gak, hari ini kamu saya pecat!" ancam David seraya menutup pintu mobil dengan keras.

Reno hanya tersenyum-senyum saja karna sudah hafal dengan sifat dan sikap bosnya itu. Dia tidak takut sebenarnya, karna ancaman David tidak sungguh-sungguh.

"Selamat pagi nyonya Vania yang cantik seperti bidadari. Sungguh beruntungnya tuan David memiliki istri ke du—, eh maksud saya memiliki istri cantik yang tak ada duanya. Silahkan masuk, Nyonya." Reno hampir saja keceplosan.

Vania hanya tersenyum singkat dan duduk di sebelah David yang sedang fokus terhadap ponselnya. Matanya hanya melirik sebentar dan ia memilih memandangi pemandangan di luar jendela.

"Hari ini nyonya Vania akan diajak ke kantor atau kita antarkan ke rumah dulu, Tuan?"

"Ehem. Kantor. Aku ada meeting sebentar lagi. Apa kau tidak tahu? Jangan banyak tanya apa yang sudah kamu ketahui, Reno!" Lagi-lagi Reno kena semprot, tapi asistennya itu hanya cengengesan saja.

"Maaf, Nyonya. Kalau telinga Anda sedikit sakit mendengar suara keras dari Tuan David. Dia memang seperti itu setiap harinya tapi hatinya ba—"

DUG!

"Aw ....." Reno meringis. Saat dengan sengaja David menendang jok mobilnya dari belakang. Dan akhirnya Reno hanya terdiam sampai mereka tiba di kantor.

"Tuan, gandeng Nyonya Vania. Semua karyawan sudah berkumpul di dalam untuk menyambut kalian berdua."

David menghembuskan nafasnya kasar dan mulai meraih jari jemari Vania. Mereka akhirnya jalan bergandengan.

Perlu diakui, David sungguh tampan. Vania sedari tadi curi-curi pandang ke arahnya. Apalagi sekarang, jarak mereka sangat dekat. Jantungnya berdegup dengan cepat saat tangannya disentuh oleh David. Ini pertama kalinya Vania sedekat ini dengan pria.

Jelas terlihat bahwa seluruh karyawan sangat terpesona dengan kecantikan Vania. Mereka mulai berbisik membicarakan soal Vania.

"Itu istri keduanya? Pantas mau, orang cantik."

"Sayang sekali tapi, cantik-cantik mau jadi istri kedua."

"Kalau aku gak masalah mau jadi istri ke berapa. Kalau cowoknya kaya tuan David. Udah kaya, ganteng, berwibawa, tinggi. Sempurna!"

"Nyonya silahkan istirahat di sini." Reno mempersilahkan Vania untuk masuk ke kamar pribadi rahasia di dalam ruangan David. Vania pun mengangguk dan memasuki ruangan tertutup itu. Didalamnya terdapat sebuah kasur dan satu lemari kecil.

Tak berapa lama pelayan datang membawakan banyak makanan dan minuman. Benar-benar seperti ratu di kerajaan.

"Terimakasih," ucapnya dengan sopan pada pelayan. Pelayan tersebut terkejut mendengar ucapan terimakasih itu. Karna sebelumnya tak ada yang mengucapkan kata-kata seperti itu.

"Iya, Nyonya. Kalau butuh apa-apa silahkan panggil saya melalui telepon," ucap pelayan dan pamit pergi.

"Oh ya, ponselku dimana?" Ia baru ingat akan ponselnya. Karna sejak kemarin ia sangat sibuk dengan acara pernikahan. Sampai-sampai ia tak ingat ponselnya ada dimana sekarang. Apalagi saat acara selesai, ia sampai ketiduran di atas ranjang tanpa membersihkan diri.

"Loh. Pada dimana mereka?" Ia tak melihat siapa pun di ruangan suaminya itu. Kosong tak ada siapa pun. Ia pun memberanikan diri keluar.

"Nyonya, Anda perlu apa?" Seorang wanita datang menghampiri dengan jalan cepat. Pakaiannya sopan walaupun memakai rok pendek tapi tidak ketat atau pun terlalu pendek. Pakaiannya juga biasa, memakai kemeja dan blazer.

"Hm. Suamiku dimana?" tanyanya walaupun lidahnya sedikit kaku mengucap panggilan suami untuk pria asing yang belum ia kenal lebih dalam itu.

"Tuan David sedang ada meeting. Sekitar beberapa jam lagi kembali."

Vania menggaruk kepalanya merasa bingung. Tidak mungkin ia menanyakan ponselnya pada karyawan wanita itu. Pasti dia tidak tahu, dan membuatnya malu karna sudah kehilangan ponsel sejak semalam.

"Nyonya ingin apa? Nanti saya ambilkan atau belikan. Atau Nyonya ingin kemana?"

"Kamu siapa?" tanyanya dengan wajah datar.

"Maaf, Nyonya. Maaf kalau saya lancang." Karyawan wanita itu merasa tidak enak hati dan menunduk sopan.

Terpopuler

Comments

@@Ayyaa@@

@@Ayyaa@@

selamat pagi juga,.. author putri..
cerita baru, ya..
saya hadir kk.
selamat buat status baru nya, ya..
semoga bahagia selalu.. 😊🙏

2024-09-08

1

Siti Nadiyah

Siti Nadiyah

aku mampir

2024-09-23

0

Sumini Ningsih

Sumini Ningsih

mamoir thor

2024-09-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!