'Gagak pembawa bencana' itulah julukan pemimpin klan mafia Killer Crow, Galileo Fernandez, yang terkenal kejam dan tidak pandang bulu dalam membunuh.
Hidupnya dari saat dia kecil dilatih menjadi pembunuh berdarah dingin oleh ayahnya, sehingga menciptakan seorang Leo yang tidak berperasaan.
Suatu hari dia di jebak oleh musuh bebuyutan dari klan mafianya dan tewas tertembak dikepalanya. Tetapi bukannya pergi ke alam baka, dia justru terbangun kembali di tubuh seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
Siapakah anak laki-laki itu?, Apakah Leo mampu menjalani hidupnya dan kembali menjadi mafia kejam dan membalaskan dendamnya?
Inilah Kisah tentang Galileo seorang mafia kejam yang bereinkarnasi ke tubuh seorang bocah yang ternyata menyimpan banyak misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Hei Max bro," sapa Gio pada Max saat mereka berpapasan di depan Sekolah.
Max hanya melirik sekilas pada Gio lalu kembali melangkah kan kakinya menuju kelas.
Gio hanya bisa mengedikkan bahunya sudah terbiasa diabaikan, dan berjalan mengikuti Max di belakang.
Saat Max memasuki kelas, tiba tiba ruangan itu menjadi hening, semua siswa penghuni kelas yang tadinya mengobrol ria dengan teman sebangku mereka masing masing seketika bungkam. Mereka masih merasa takut dengan kejadian kemarin. Kemarahan Max yang memukul meja hingga hancur hanya dengan tangannya, masih terbayang di benak mereka.
Max mengabaikan itu dan berjalan melewati mereka Menuju tempat duduknya.
"Hei Max, selamat pagi," ucap Galen tetap ramah pada Max meski sering diabaikan oleh sang empu.
Max kembali hanya menoleh sekilas lalu memalingkan wajahnya yang tanpa ekspresi itu kembali.
Galen tersenyum tipis melihatnya Sebuah kemajuan seorang Maximilian menoleh saat dia menyapanya, yaa walaupun wajah datarnya tidak berubah sama sekali pikir Galen.
Sementara di sisi lain, Selina tengah menatap wajah pria yang di cintai nya itu dengan lekat.
"Hei sel, kau dulu satu sekolah dengan Max kan?" Tanya nada pada Selina.
Selina yang tengah memandang wajah dingin itu dengan lekat tersadar saat nada teman sebangkunya bertanya padanya.
Dia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban "ya, kau benar nad, kenapa emangnya?" Tanya Selina balik pada nada.
"Bukan apa apa sih, cuma mau tanya doang, emangnya sifatnya udah kayak gitu ya dari dulu?" Tanya nada penasaran dengan wajah Max yang selalu datar dan bersikap dingin, seakan membentangkan batas pada orang lain untuk jangan berani beraninya untuk mendekat padanya.
"Sifatnya memang seperti itu sejak aku mengenalnya di bangku pertama SMA, tetapi aku tidak tau sifatnya dari sebelum itu," jelas Selina pada nada.
Nada menganggukkan kepalanya mengerti
"Dia seperti karakter pria dari novel novel yang ku baca selama ini, 'Dingin dan tidak tersentuh' bedanya karakter itu kayaknya tidak persis seperti Max, karena memiliki kekasih yang membuat sifatnya melembut, sedangkan Max seperti nya tidak mempunyai itu." Ujar nada mengaitkan Max dengan pemeran novel yang dia baca.
Selina yang mendengar haluan dari teman sebangku nya itu hanya mendengus pasrah.
"Jangan samakan manusia dengan apa yang kau baca Nada, tentu saja berbeda. Tapi yang kau katakan tidak salah sih, yang ku tau dari Gio, kalo Max juga bersikap lembut pada satu perempuan," ujar Selina yang membuat nada membelalak penasaran.
"Siapa siapa?," cecar nada, sungguh jiwa keponya meronta ronta sekarang.
"Ibunya," jawab Selina singkat.
Nada yang awalnya berwajah seperti anak kucing yang penasaran merubah wajah nya menjadi datar.
"Kalau itu sih ya pantas saja... ku kira dia mempunyai pacar atau semacamnya, dan menjadi bucin seperti Karakter pria di novel yang ku baca, tidak jadi seru deh," ujar nada dengan sedikit kecewa.
Selina menaikkan sebelah halisnya, ada apa dengan teman sebangku nya yang sangat gila novel ini? Pikirnya.
Bel sekolah terdengar menandakan pelajaran pertama akan segera di mulai.
•••
Di kantin setelah istirahat.
Max, gio dan Galen beserta teman temannya yang tak lain adalah Nathan, Samuel dan Sean semeja di sana, yang membuat para siswa perempuan di kantin memekik kagum pada kumpulan visual yang bersatu dalam satu meja itu.
"Hei guys kalian tau gak, si Stevan anak sekolah sebelah yang selalu ganggu kita itu, kembali berulah." Ujar Sean pada mereka.
"Apa yang dia lakukan?" Tanya Galen.
"Katanya sih gebukin anak sekolah kita sampai babak belur waktu pulang sekolah kemarin," jawab Sean dengan wajah sedikit kesal.
Sementara Max yang merasa tidak asing dengan nama yang di sebutkan para pengganggu ini merasa tidak asing.
"Siapa Stevan?" Tanya Gio pada mereka.
"Anak walikota yo, Stevan Anggara, mentang mentang ayahnya punya kuasa dikit di kota ini, dia semena mena, sering begal temen temen sekolah kita pas di luar Sekolah, liat aja kalo ketemu gue baru tau rasa tu orang." ujar Samuel pada Gio.
"Ohhh, bisa gitu ya," ujar Gio menganggukkan kepalanya.
"Hmm ternyata orang yang sama yang menyuruh preman semalam." Batin Max teringat orang yang bermarga Anggara itu.
"Ternyata benar benar hanya tikus yang tidak tau tempatnya," batinnya lagi dengan mengangkat sedikit sudut bibirnya, mengingat dia berani sekali berurusan dengan nya.
Gio yang kebetulan melihat raut wajah Max yang seperti itu seketika merasa merinding.
"Apa yang di pikiran anak ini," batin Gio, berdoa agar seseorang yang dipikirkan Max saat ini dapat selamat.
"Jangan jangan si viona lagi," lirih Gio yang masih terdengar oleh mereka.
"Kenapa dengan si viona yo?" Tanya Samuel yang berada di samping Gio.
"Ehh bukan apa apa hehe," ujarnya cengengesan.
"Tapi ngomong ngomong soal viona kok tumben ya gak nempelin Max hari ini," ujar Nathan tiba tiba-tiba.
"Iya tuh, biasanya kan Max kek ketempelan setan tiap hari hahaha," ujar Sean.
"Gak bakalan berani lah," ujar Gio yang membuat Nathan, Samuel dan Sean bingung, karena mereka tidak mengetahui kejadian kemarahan Max pada Viona yang sampai menghancurkan meja dengan tangan nya.
"Cek aja akun lambe turah sekolah kita," ujar Galen.
Mereka segera membuka ponsel masing masing dengan raut wajah penasaran.
Ketika melihat kejadian heboh itu di media sosial gosip sekolah, seketika membuat mereka terbelalak menatap Max dengan tatapan horor.
"Anjirr??"
.
.
.
.
.
.
.