Naya seorang wanita yang ceria seketika berubah hidupnya setelah mengalami kecelakaan kerja. Tak hanya mengalami kelumpuhan, satu persatu nasib malang mulai hadir di hidup Naya. Meskipun atasan tempat Naya bekerja bertangung jawab atas Nanya namun itu tidak mampu membuat hidup Naya lebih baik.
Lalu bagai manakah Naya menjalani hidup dengan nasibnya yang malang itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerumah Mama
Naya cepat cepat mengusap matanya untuk menghilangkan jejak air mata.
"Maaf mengganggu tidur bapak." ucap Naya karena merasa bersalah membuat Damar terbangun.
Padahal tidak sama sekali. Damar sebenarnya sudah terjaga sejak tadi, hanya saja dia malas untuk bangun, karena hari ini adalah hari Minggu jadi dia tidak ke kantor.
"Kita akan mengunjungi makam ayah mu jika kau merindukannya." kata Damar yang masih tidak beranjak dari tempatnya.
Damar pikir Naya menangis karena merindukan sang ayah. Padahal Naya menangis karena sedih dengan nasibnya yang malang. Setelah mengalami lumpuh dan di tinggalkan oleh sang ayah, juga rencana hidupnya hancur berantakan.
Naya menangis juga bukan karena Candra.
Seperti yang Damar katakan, usai sarapan mereka langsung pergi ke makam ayah Naya. Hanya berdua, tanpa membawa perawat untuk menjaga Naya.
Hampir satu jam mereka ada di sana. Damar sengaja membiarkan Naya berlama-lama melepaskan kesedihannya di makam sang ayah, berharap agar itu bisa membuat Naya lebih tenang.
Saat ini mereka sudah duduk di dalam mobil usai dari makam. Damar bertanya lebih dulu sebelum menjalankan mobilnya.
"Setelah ini kau ingin ke mana ?" tanya Damar pada Naya.
"Tidak ada." jawab Naya sendu masih dalam suasana sedih.
"Aku ingin mengajak mu ke rumah mama." ajak Damar karena desakan sang mama yang ingin bertemu Naya.
"Tapi jika kau keberatan, kita pulang saja." lanjutnya lagi.
Bagai manapun kenyamanan Naya lebih utama dari keinginan mamanya.
"Tidak, Aku tidak keberatan." jawab Naya.
Setelah melihat semua yang Damar lakukan untuknya, tidak mungkin Naya menolak ajakan pria itu yang hanya mengajak ke rumah orang tuanya. Lagi pula ucapan Damar seperti perintah bagi Naya. Padahal Damar sama sekali tidak memaksa jika Naya tidak mau pergi juga tidak apa-apa. Dasar Naya nya saja yang berjiwa karyawan, yang takut untuk membantah.
Mendengar jawaban Naya, Damar pun mulai menghidupkan mobilnya. Tapi sebelum menjalankannya, Damar kembali berucap.
"Dan satu lagi, jangan memanggil ku Pak di depan keluarga ku. Kita bukan karyawan dan atasan, tapi suami istri." pesan Damar mengingatkan.
Tiga puluh menit kemudian Damar dan Naya sudah tiba di kediaman orang tua Damar. Naya merasa deg degan meskipun ini bukan kali pertama dia datang ke sini atau pun bertemu keluarga Damar. Terlebih lagi dengan papanya Damar. Hampir setiap hari Naya bertemu Pak Awan yang merupakan CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Tapi tetap saja Naya gugup.
"Astaga, Damar mengapa tidak memberitahu mama jika kalian akan datang." sergah Maudy yang membuat Damar jadi bingung.
Kemarin mamanya itu maksa sekali untuk meminta bertemu Naya, tapi setelah ia membawa Naya, tetap saja ia di marahi juga.
Maudy begitu heboh menyambut kedatangan Naya. Dia pun langsung memanggil suami dan dua anaknya lain, adik Damar yaitu Revan dan Aulia. Yang tidak bisa datang saat pernikahan Damar dan Naya Minggu lalu.
Naya memang sudah mengenal seluruh keluarga Damar, hanya saja dia belum pernah berkenalan secara resmi dengan anak ke dua dan ke tiga dari bosnya itu, yang sekarang sudah jadi adik iparnya.
Revan hanya menganggukkan kepala ketika mama Maudy mengenalkannya kepada Naya. Sedangkan Aulia langsung memeluk kakak iparnya karena begitu bahagia akhirnya dia punya kakak perempuan.
Ketika jam makan siang tiba, seluruh keluarga Damar sudah berkumpul di meja makan. Hari ini mereka akan makan siang dengan anggota keluarga yang baru, yang tidak lain adalah Naya.
Naya yang tadinya sempat cemas karena takut tidak di terima dengan baik di kelurga barunya kini merasa senang. Tidak seperti yang dia pikirkan, ternyata semua orang menyambutnya dengan hangat. Kecuali Revan yang memang tidak banyak bicara dan terkesan dingin, karena sifatnya memang begitu. Tapi sebenarnya Revan juga senang karena kakaknya menikah dengan Naya, bukan dengan wanita yang selama ini dekat dengan Damar.
Di tengah kegiatan makan siang yang baru saja di mulai, mereka di kejutkan dengan kedatangan seseorang.
"Halo, semuanya."