berkali-kali tertipu, sehingga membuat mereka terbiasa dengan hal tersebut,
karena sering kali kena tipu,Aya dan Jaka pun memulai bisnis mereka hingga akhirnya mereka pun bisa membedakan mana penipu dan mana orang yang benar-benar tulus,
mari baca novel pertama aku,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sebungkus nasi untuk bertiga
Aya sudah berulang kali mencoba untuk melamar pekerjaan, sayang nya,
perusahaan selalu menolak dengan alasan, belum ada lowongan.
Terlebih, perusahaan tidak mampu membayar dengan gaji yang Aya sebut kan, tentu saja karena memang beda wilayah, jadi beda UMR (upah minimum regional).
"Ayah, bagaimana ini, aku tidak bisa bekerja disini, apa lagi KTP dsn SKCK ku mati."
Ujar Aya yang mengeluh pada suaminya.
"Sabar Aya, kamu tenang saja, sekarang giliran aku yang bekerja, dan kamu yang akan mengurus anak anak dirumah."
Jawab Jaka yang mencoba menenangkan hati Aya.
Ternyata, banyak teman bukan berarti banyak kesempatan, justru tidak satupun dari semua teman lama jaka mau memberi bantuan.
"Ayah, kontak ponsel kamu sampai ratusan, kenapa tidak ada satupun orang yang mau memberi kamu informasi pekerjaan."
Tanya Aya yang melihat ponsel milik jaka.
"Iya juga, buat apa, di chat saja, mereka tidak mau membaca,apa lagi mau membalas pesan dari aku."
Jawab jaka yang melihat ponsel milik nya.
Aya pun hanya tersenyum pada Jaka
"Lihat ayah, ponsel ku,hanya tinggal satu kontak, tinggal nama kamu saja,"
Ucap Aya yang masih tersenyum walau sebenarnya hatinya bingung.
"Walaupun hanya satu kontak, aku selalu membaca pesan singkat dari Kamu, bahkan, aku tidak pernah melewatkan panggilan telepon kamu.
Ujar Aya pada Jaka.
"Memang nya kenapa Aya?."
Tanya Jaka pada Aya kembali.
Tentu saja karena kamu memang penting dalam hidup ku."
Ucap Aya sambil memeluk tubuh jaka.
Jaka pun memikirkan apa yang diucapkan oleh Aya, saat itu juga, Jaka pun mulai sedikit berpikir.
Beberapa saat kemudian, Jaka pun melakukan hal yang membuat Aya kaget.
"Ayah, kenapa dihapus semua, aku kan cuma bercanda, lagian kan emang bener,
kontak kamu memang banyak, yang hubungi kamu cuma beberapa orang saja."
Ucap Aya yang melihat Jaka yang menghapus nomor kontak yang ada di ponsel milik nya.
"Biarkan saja, yang butuh aku, pasti akan menghubungi aku, jadi aku bisa tahu, berapa biji sebenarnya teman ku."
Jawab Jaka yang menyimpan ponsel milik nya.
"Maaf, jika aku salah, aku tidak bermaksud seperti itu."
Ucap Aya pada Jaka suaminya sendiri.
"Kamu tidak salah Aya, saat ini, aku hanya memiliki kamu, teman setia ku."
Jawab Jaka yang langsung memeluk tubuh Aya.
Jaka pun berpamitan untuk bekerja,
Walaupun sebenarnya hanya jadi juru parkir di depan Indomaret.
"Aya, aku cuma dapat dua puluh ribu, mana receh semua, maaf yah, aku belum dapat pekerjaan."
Ujar Jaka yang memberikan pendapatan hari ini.
"Bagaimana jika aku jualan, paling jualan kopi, aku bosan dirumah, sekalian aku juga bosan diam dirumah."
Ujar Aya yang meminta izin untuk berjualan.
"Ngaco kamu Aya, sebaiknya kamu diam saja dirumah."
Ujar Jaka yang tidak ingin melihat Aya susah.
Waktu pun terus berjalan, Jaka pun akhirnya mau memberi izin untuk aya bekerja dan berjualan kopi seduh.
Setiap hari Aya harus menjadi cleaning service di sebuah cafe besar di tempat nya saat ini, dan dilanjutkan dengan berjualan kopi seduh didepan hotel berbintang tiga.
Dengan gaji yang sangat kecil dan penjualan yang juga kecil, Aya harus bisa mengatur keuangan agar bisa bertahan hidup dikota suaminya.
Hari pertama bekerja dicaffe.
"Oh ini Aya, cleaning service baru yah?."
Tanya salah satu karyawan dicaffe itu.
"Iya kak, mohon bantuannya, saya baru pertama kali kerja seperti ini."
Jawab Aya yang memberi tau jika dia tidak memiliki pengalaman.
"Nama ku Reno, aku bagian koki disini,
Kalau masalah kerjaan disini, tidak jauh dengan pekerjaan kamu dirumah, anggap saja seperti rumah sendiri."
Ujar Reno yang memberi tau pada Aya.
Meskipun dibilang mudah, Aya yang jarang sekali melakukan tugas rumah, merasa keteteran, hingga Reno pun bertanya pada Aya.
"Ya, maaf sebelumnya, memang nya kamu tidak biasa kerja dirumah seperti ini, aku lihat kamu masih sangat kaku."
Ujar Reno yang menegur Aya.
"Aku biasa dipabrik, pekerjaan rumah biasanya suami ku yang melakukan nya, ternyata susah juga bekerja seperti ini."
Jawab Aya yang terlihat sangat lelah.
"Hem,, pantas saja, ternyata kamu orang sibuk Aya."
Ujar Reno yang tersenyum pada Aya.
Waktu pun terus berjalan, akhirnya jam mkaan siang pun tiba.
"Aya, makan siang dulu, kamu tinggal goreng sendiri saja."
Ujar Aska yang juga bekerja disana.
"Kalau aku selesaikan tugas aku, dan makan siang aku dibungkus saja, apa masih bisa?."
Tanya Aya yang tidak mau makan di sana.
"Bisa saja, tapi memang nya kamu tidak lapar?."
Tanya Aska yang melihat wajah Aya.
"Tidak, soalnya aku sedang berpuasa."
Jawab Aya yang terpaksa berbohong pada teman temannya.
"Widihhhh, istri idaman, sudah mau bekerja, rajin puasa pula."
Ujar Reno si koki Muda yang memuji Aya.
Aya hanya tersenyum, dalam hati nya berkata lain, anak-anak dan suaminya pasti belum makan, sehingga membuat Aya harus mengalah demi ketiga orang yang dia sayangi.
"Aya, kalau sudah jam empat, pulang saja, kalau mikirin kerjaan, ngga bakal ada selesainya."
Ujar Reno yang merangkap sebagai kepala dicaffe itu.
"Siap kak Reno, nanti aku pulang setelah selesai mencuci baju."
Jawab Aya yang sengaja membawa cucian baju kotor nya ke tempat nya bekerja.
"Cuci baju siapa?, pekerjaan kamu hanya beres-beres saja Aya, siapa yang berani menyuruh kamu untuk mencuci baju."
Tanya Reno yang melihat wajah Aya.
"Ini baju saya sama anak-anak, soalnya dirumah saya tidak ada air, saya juga sudah minta izin pada ibu bos."
Jawab Aya yang membawa keresek hitam berisi baju.
"Oh, aku pikir baju karyawan yang lain, ya
sudah sana, silahkan mencuci baju, habis itu kamu pulang dan jangan lupa, bungkus makan siang kamu."
Ujar Reno yang terlihat baik pada Aya.
"Terima kasih kak Reno, saya permisi dulu."
Jawab Aya yang langsung pergi ke kamar mandi untuk mencuci baju.
Waktu pun terus berjalan, jam pun sudah menunjukan pukul empat sore lebih Lima belas menit.
Aya pun langsung membungkus makanan yang sudah disiapkan oleh karyawan yang lain nya, untuk dibawa pulang ke rumah nya.
Sore itu juga, Aya langsung pulang dengan berjalan kaki, tentu saja tanpa sepeda motor nya, karena dia datang ke bandung tanpa membawa apapun, yang dia bawa hanyalah baju yang saat itu menempel di badan nya.
"Assalamu'alaikum, ayah, nana, Nunu,mamah pulang sayang."
Ujar Aya yang mengetuk pintu bekas bengkel mertua nya.
"Waalaikum salam, hore,,,mamah pulang."
Terdengar suara senang Nana yang terdengar sampai keluar bengkel.
"Mamah bawa apaan?."
Tanya Nana langsung menyambar plastik hitam yang dibawa oleh Aya.
"Mamah bawa makanan, pasti kalian belum makan dari pagi kan?."
Tanya Aya pada Nana yang hanya tersenyum pada ibunya.
"Asyik, kita bisa makan, makasih mah, ayo kita makan bersama-sama."
Ucap Nana yang sudah terlihat sangat lapar.
Aya hanya tersenyum dan memilih untuk duduk sejenak.
"Makanlah mah, kenapa hanya diam saja, apa kamu tidak lapar?."
Tanya Jaka pada istri nya yang hanya melihat mereka sedang makan nasi bungkus yang dia bawa.
"Aku sudah makan disana, aku kan kerjanya ditempat makan, sudah pasti aku tidak akan kekurangan makan."
Jawab Aya yang terlihat tersenyum pada Jaka, dan kedua anaknya.
"Hore, kita bisa kenyang kalau hanya bertiga mah, makasih mah."
Ujar Nana yang sudah mulai beranjak dewasa,
Sementara itu, Jaka melihat wajah Aya yang sebenarnya terlihat menahan air matanya, Jaka tau jika Aya pasti sedang berbohong, pasti Aya sama dengan dirinya dan kedua anak nya, belum makan seharian ini.
"Istirahat lah, aku akan berjualan kopi sambil parkir didepan Indomaret."
Ujar Jaka yang sudah bersiap-siap membawa termos air panas yang masih kosong.
"Aku ikut, aku akan membantu kamu disana, apa lagi kan kamu parkir, sayang kalau ada yang beli."
Ujar Aya yang langsung terbangun dari duduknya.
"Ya sudah, terserah kamu saja, lagian disini gelap, kita tidak ada lampu, pasti kamu takut kegelapan."
Ujar Jaka yang langsung membuka pintu bengkel yang kini jadi tempat tinggal nya sementara.
"Kita tidak ada kompor, mau numpang masak air dulu dirumah wa Yani."
Ujar Jaka yang harus menumpang masak air untuk sekedar berjualan kopi seduh nya.
Aya pun hanya mengikuti langkah kaki jaka, bersama dengan kedua anaknya Nana dan Nunu, meskipun sebenarnya Aya merasa malu jika hanya air panas saja, harus menumpang masak dirumah saudara Jaka.
Kisah ini adalah kisah nyata, perjalanan seorang manusia kuat yang berjuang untuk keluarga kecil nya.
Penasaran dengan kisah nya, kita akan lanjut kan kembali di update terbaru nya setiap hari.