Lin Lianwei, seorang perampok dan ketua bandit dari kota X, tiba-tiba mendapati dirinya terjebak dalam tubuh seorang gadis desa bernama Lin Yuelan, gadis yang lemah dan malang, yang baru saja mengalami pelecehan oleh seorang pria tak dikenal.
Dalam kesakitan dan keputusasaan yang mendalam, Yuelan memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke sungai. Namun, alih-alih kematian, justru jiwa Lin Lianwei yang masuk ke dalam tubuh Yuelan pada saat genting itu.
Selama tiga bulan pertama, Lianwei mencoba memahami kehidupan barunya sebagai Lin Yuelan. Ia berusaha untuk bangkit dari tragedi yang dialami dan menjalani kehidupan baru ini dengan penuh kehati-hatian. Tetapi, sesuatu mulai terasa aneh. Tubuh barunya menunjukkan gejala-gejala yang membuatnya khawatir. Setelah mencari tahu, Lianwei pun terkejut mengetahui bahwa dirinya hamil.
Dengan ketidakpastian tentang siapa ayah dari anak yang dikandungnya, Lianwei merasa sangat kebingungan. Mampukah dia melewati situasi yang rumit ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LIN ZHAOYANG MELINDUNGI ADIKNYA
Lin Yuelan cemberut, namun tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi, dia kembali menutup mata sambil memeluk Lin Hao Yu yang tiba-tiba saja terbangun dan meraba-raba dadanya, bocah itu sepertinya sangat lapar.
Sima Yang masih menatap Lin Yuelan, hatinya beriak, wanita di depannya sama sekali tidak pernah mengeluh sedikitpun, bahkan di saat dia harus berjuang sendiri. Hal itu membuat rasa kagum di dalam hatinya semakin bertambah.
"Apa yang kau lihat? Tutup matamu!" ucap Lin Yuelan sambil cemberut.
"Apa masalahnya?" tanya Sima Yang, wajahnya terlihat polos, seolah-olah ingin berkata bahwa dia saat ini telah dianiaya.
"Aku akan memberi makan little Lin, berbaliklah sebelum dia menangis!" ucap Lin Yuelan lagi, akhirnya Sima Yang mengerti bahwa saat ini putranya ingin menyusu.
Wajah Sima Yang memerah, namun dia dengan tegas berbalik memunggungi Lin Yuelan. Dia memejamkan matanya, berusaha untuk tidur. Lin Yuelan menggelengkan kepala, Sima Yang terlalu tidak peka, entah karena dia memang belum memiliki pengalaman untuk dekat dengan seorang wanita ataupun menjadi ayah dari seorang anak.
Keesokan harinya, anak-anak kembali bermain, Lin Bo Cheng membawa ketiga adiknya ke ladang, selain untuk melihat benih yang tumbuh, mereka juga ingin memancing ikan di sungai yang tak jauh dari ladang tempat mereka menanam sayuran.
"Paman, kapan mereka akan besar?" tanya Lin Zi Rui sambil menyedot botol susu di mulutnya.
Lin Jiang menjawab dengan sangat sabar, "Tuan muda, sayuran ini baru tumbuh beberapa hari, masih butuh 2 sampai 3 bulan untuk kita memanennya."
"Sangat lama, apakah paman-paman harus terus mencari sayuran di gunung untuk memberi makan kami? Ibu juga akhir-akhir ini sibuk bekerja, dia jarang pergi ke kota. Oh aku ingin makan mantau, rasanya pasti sangat lezat." ucap Lin Zi Xin, meskipun baru berusia 3 tahun, namun dia telah fasih berbicara dan sangat menyenangkan.
Beberapa orang anak warga desa yang kebetulan lewat langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ocehan dari mulut si kembar, mereka menganggap itu merupakan hal yang sangat lucu.
"Sepertinya kalian belum pernah datang ke kota, tidak hanya mantau, tapi banyak juga roti daging dan yang lainnya. Aku sering ikut dengan ayahku, pasar di sana sangat besar dan menjual banyak sekali makanan." ucap anak itu dengan bangga.
Lin Zi Xin dan Lin Zi Rui saling berpandangan, mata kedua bocah itu berkedip. "Benarkah? Apakah kau tidak berbohong?"
"Tentu saja, ayahku adalah tuan tanah dan memiliki banyak uang, tidak sulit untuk mengajak anak-anaknya pergi ke kota, tidak seperti keluarga kalian yang miskin dan hanya bisa hidup bergantung pada gunung." ucap rekannya sambil menepuk dada.
Anak laki-laki yang tadi menjelaskan segera menegur saudaranya. "Jangan bersikap kasar seperti itu, mereka hanyalah anak kecil dan belum pernah melihat dunia."
"Tentu saja, aku juga mendengar bahwa mereka adalah anak-anak haram yang dibesarkan oleh keluarga kecil itu. Tidak heran jika mereka tidak pernah datang ke kota, orang tua kandungnya pasti telah membuang mereka, karena menganggapnya sebagai beban." ucap anak itu lagi, usianya baru saja 10 tahun, namun mulutnya benar-benar sangat tajam.
"Siapa yang kau sebut anak haram?'' Lin Zhaoyang meraung, dia bergegas melindungi kedua orang adiknya.
Anak di depannya menunjuk dengan tidak sabar, "Tentu saja kalian, kalian hanyalah anak-anak haram yang tidak diketahui orang tuanya. Kalian tinggal di desa ini, dan membuat kesialan bagi kami."
Lin Zhaoyang semakin kesal, "Kami bukan anak haram, kami memiliki orang tua."
Anak di depannya mendengus, "Lalu dimana ayahmu? Kalian semua dijemput dari tempat yang jauh dan dibesarkan di desa kami tanpa memiliki identitas yang jelas, kalian semua hanyalah anak liar!"
Lin Zhaoyang semakin kesal, dia meninju wajah anak laki-laki di depannya dengan sangat keras, hingga menimbulkan memar dan juga bengkak. Dalam sekejap penampilan anak itu berubah menjadi seperti kepala babi.
"Siapa lagi di antara kalian yang berani mengatakan kami sebagai anak liar ataupun anak haram? Aku tidak akan membiarkannya! Majulah." ucap Lin Zhaoyang.
Anak-anak desa saling berpandangan, tak lama kemudian mereka maju bersama-sama dan berniat untuk mengeroyok Lin Zhaoyang. Mereka mempersiapkan tinju dan bergegas untuk menyerang.
"Adik kedua! Apakah aku harus maju?" tanya Lin Bo Cheng.
Lin Zhaoyang mendengus, "Tidak perlu, gerombolan bebek seperti ini, aku bisa menghadapinya sendiri. Kakak sulung! Bawa si kembar pulang! Mereka tidak boleh melihatku bertarung."
Lin Bo Cheng mengangguk, "Baiklah, aku serahkan mereka padamu. Aku akan kembali ke rumah bersama kedua adik kecil."
Si kembar masih melirik ke belakang, saat tangan mereka ditarik oleh Lin Bo Cheng. "Ayo pulang! Kakak kedua akan menyusul nanti."
Akhirnya mereka pergi, meninggalkan Lin Zhaoyang sendirian yang saat ini terus memukul anak-anak desa itu dengan penuh semangat. Lin Jiang duduk di atas batu besar, sama sekali tidak melakukan tindakan apapun. Selama Lin Zhaoyang aman, dia tidak akan bertindak, biarkan saja anak-anak itu menjadi karung pasir bagi tinju Tuan mudanya.
Setelah beberapa saat, anak-anak desa itu kembali ke rumah untuk mengadu pada orang tuanya, wajah mereka terlihat bengkak, beberapa bagian tubuhnya juga terluka. Mereka pergi sambil menangis, karena tidak pernah mendapatkan pelajaran berat seperti itu dari siapa pun.
Lin Jiang mendekat, dia mengacungkan ibu jarinya pada Lin Zhaoyang. "Tuan muda kedua benar-benar sangat hebat, anda bisa menghajar anak-anak jahat itu sendirian."
Lin Zhaoyang mengangkat lubang hidungnya hingga ke atas, "Tentu saja!"
Setelah selesai menyiram sayuran, akhirnya Lin Jiang mengajak Lin Zhaoyang untuk kembali. Mereka juga membawa 3 ekor ikan yang sangat gemuk dari sungai.
"Tuan muda, ikan ini cukup untuk makan malam nanti, kita harus segera pulang, jangan membiarkan nyonya cemas karena anda belum kembali." ucap Lin Jiang.
Lin Zhaoyang menganggukkan kepala, lagi pula mereka berdua telah terlalu lama keluar dari rumah. Lin Yuelan pasti sangat cemas, dan dia tidak bisa membiarkan ibunya dianiaya, apalagi jika sampai anak-anak itu datang ke rumah bersama dengan orang tuanya.
"Paman benar! Ayo kita kembali!" ucap Lin Zhaoyang, dia memetik beberapa sayuran liar yang kebetulan terlihat saat berjalan pulang.
Sesampainya di halaman, mereka menyaksikan begitu banyak orang yang berkumpul, diantaranya adalah anak-anak yang tadi menghina dia dan adik-adiknya saat di ladang. Lin Zhaoyang berjalan dengan sangat santai, dia mengabaikan tatapan ganas dari mata anak-anak itu.
"Paman! Ayo kita simpan ikannya di dapur!" ucap Lin Zhaoyang, Lin Jiang menganggukkan kepalanya.
Sementara anak-anak desa mulai mengeluh, "Ibu! Itu dia anak liar yang tadi melukai kami!"
"Ibu! Kau harus memberikan keadilan untuk kami!"
"Ibu, lihatlah anak jahat itu! Tadi dia memukuliku di sini, di sini dan di sini." ucap anak yang lain sambil menunjukkan beberapa luka di tubuhnya.
👍💪