WARNING ***
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!
Menjadi istri kedua bukanlah cita-cita seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun bernama Anastasia.
Ia rela menggadaikan harga diri dan rahimnya pada seorang wanita mandul demi membiayai pengobatan ayahnya.
Paras tampan menawan penuh pesona seorang Benedict Albert membuat Ana sering kali tergoda. Akankah Anastasia bertahan dalam tekanan dan sikap egois istri pertama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa
Pukul dua belas malam, Ben tidak kunjung datang menemui Ana ke kamarnya. Gadis itu sudah membaca pesan yang Ben kirim, ia memutuskan untuk bertahan melawan kantuk dan menunggu suaminya.
Namun waktu berputar begitu lambat, Ben tidak juga menampakkan dirinya.
"Apa dia tertidur? Atau ...." batin Ana merasa penasaran. Bukankah mereka sudah berjanji akan tidur bersama malam ini, namun nyatanya laki-laki itu membuatnya menunggu dalam ketidakpastian.
Waktu sudah menunjukkan tengah malam, Ana yang semula duduk di sofa agar tidak tertidur, kini berpindah ke atas tempat tidur. Gadis itu kembali mengecek ponsel, membaca ulang pesan Ben yang sudah ia terima dua jam yang lalu. Ana berpikir laki-laki itu melupakannya, jadi ia memutuskan untuk beristirahat dan berhenti berharap.
Meskipun sekuat tenaga Ana berusaha memejamkan mata, gadis itu merasa gelisah. Berulang kali ia menguap namun tak kunjung bisa terlelap.
"Ah, ini menjengkelkan!" seru Ana sambil bangkit dari tempatnya berbaring.
Bagaimana bisa ia bisa tidur dengan nyenyak sementara ada laki-laki yang mengingkari janjinya. Ana berkali-kali menghela napas panjang sambil mengusap dadanya yang terasa kian sesak.
"Sadarlah, Ana. Sadarlah," gumam Ana sendirian. Ia terus berusaha mengingatkan diri, bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa selain sebuah ladang.
Meskipun sebanyak apapun perhatian yang diberikan oleh Ben, Ana sangat yakin jika laki-laki itu memperlakukannya dengan baik karena hanya karena ia adalah satu-satunya tempat Ben bisa melampiaskan seluruh keinginan batinnya.
Antara kesal dan kecewa, Ana kembali berbaring. Gadis itu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut dan memejamkan mata, melupakan semua kisah tak berarti ini dan menganggap semua yang ia alami hanya sebuah mimpi.
***
Di kamar Rosalie, Ben merasakan kram di bahunya. Laki-laki itu membuka mata saat sebelah tangannya seakan mati rasa.
Saat menatap ke sekeliling, Ben baru sadar bahwa ia melupakan sesuatu. Laki-laki itu bergegas memindahkan kepala Rosalie dari bahunya dan turun dari tempat tidur.
Ben melihat jam di layar ponselnya, ini sudah pukul satu dini hari dan ia rasa ia tertidur karena terlalu lama menunggu Rosalie.
"Ah!" Ben mendesah resah. Ia berjalan keluar dari kamar Rosalie sambil memijat sebelah bahunya yang kram. Laki-laki itu berjalan menuju kamar Ana dan mendapati kamar gadis itu terkunci.
Ben semakin merasa bersalah, ia berpikir jika Ana marah padanya dan kecewa karena melupakan janji untuk tidur bersama.
"Anastasia ...." ucap Ben sambil mengetuk pintu.
Hampir sepuluh menit menunggu dan memanggil nama istri keduanya, Ana tak kunjung keluar. Ben bergegas ke ruang kerja dan mengambil kunci cadangan, ia harus menemui Ana dan meminta maaf. Ia tidak bermaksud mengabaikan gadis itu begitu saja.
Saat pintu kamar telah terbuka, Ben mendapati ruangan yang gelap. Ana mematikan semua lampu kamar dan hanya terdapat penerangan remang-remang dari lampu taman belakang rumahnya.
Ben mendekati ranjang, menyibak selimut dan melihat istri keduanya tidur meringkuk sendirian.
"Maafkan aku, Anastasia," ucap Ben lirih. Ia mengusap rambut Ana dan mencium pundak gadis itu.
Mungkin Ana marah padanya, mungkin Ana kesal padanya. Ben paham gadis itu pasti kecewa, namun ia sungguh tidak melakukan semua ini dengan sengaja.
Ben berbaring di samping Ana dan memeluk tubuh gadis itu dari belakang. Ben menenggelamkan kepalanya di tengkuk leher Ana, ia beberapa kali mencium punggung gadis yang sedang terlelap.
"Hmm." Ana menggeliat, gadis itu terbangun saat merasakan lengan kekar melingkar di perutnya.
Saat menyadari ada seseorang di belakang tubuhnya, Ana berjengit kaget. Gadis itu mengumpulkan kesadaran seketika dan menoleh.
"Hei, kau di sini?" tanya Ana saat melihat Ben di belakangnya.
"Kau terbangun?" tanya Ben. Rupanya laki-laki itu tidak tidur dan menunggu hingga istrinya bangun.
"Hmm." Ana mengangguk.
"Maaf, Anastasia. Aku tidak sengaja tertidur, maaf membuatmu menunggu," ungkap Ben. Ia membalik tubuh Ana agar mereka bisa saling berhadapan.
"Tidak apa-apa, aku mengerti," jawab Ana.
"Kau marah?"
"Tidak, untuk apa aku marah."
"Tapi kau mengunci pintu kamarmu, kau kecewa?"
"Tidak, apa aku berhak kecewa dan marah padamu? Sepertinya aku tidak boleh melakukannya," ujar Ana. Sebuah kalimat sederhana yang mampu membuat hati Ben luluh lantak.
"Maafkan aku," ucap Ben lirih. Ia mendekatkan tubuh dan memeluk Ana, menenggelamkan kepala gadis itu di dadanya.
Bagaimanapun cara Ben untuk bersikap adil, ia tidak akan pernah bisa benar-benar adil. Karena pada dasarnya wanita tidak pernah memiliki toleransi dalam hal berbagi perasaan.
Saat Ben mengendurkan pelukan dan sedikit merosot untuk meraih bibir Ana, tiba-tiba gadis itu mundur. Ana merasa ini bukan waktu yang tepat, hatinya sedang tidak baik-baik saja dan ia tidak bisa melakukannya.
"Anastasia ...." lirih Ben. Ia melihat wajah gadis yang tengah menunduk dan enggan bertatapan mata dengannya.
"Maaf, jangan sekarang," ujar Ana. Ia bergegas melepaskan diri dari pelukan Ben dan berbalik. Gadis itu membelakangi Ben dan memejamkan mata.
🖤🖤🖤
g sk sifat kek rose egois,kejam,dan biadab,hrs nya di buat kanker nya nyebar aja dan mati biar ana n ben bs bahagia bersm anak mereka
harusnya bisa lebih panjang lg biar dapet rasanya ,,ini terlalu cap cus 🤭
eh ternyta rosali udh ko id 🤣
mudah²an ana bisa pergi jauh dn membawa anaknya 😩