Terpaksa menikah dengan pria yang tak dicintai dan mencintainya
tifany larasati harus bergelut dengan perasaannya sendiri mempertahankan rumah tangganya.
demi keluarga yang diambang kehancuran tifany merelakan menikah muda dengan cavero abraham.
sosok angkuh dan egois yang tak mau melepas masalalu walaupun setelah menikah.
dengan semangat dan dukungan keluarga, tifanya menguatkan diri untuk tidak bercerai dari cavero.
bisakah tifany membuat cavero mencintainya atau hanya akan tetap menjadi pemilik raga tapi tidak hatinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri_uncu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersama lagi
"terima kasih fan, aku janji akan membuatmu selalu bahagia, janji!" ucap cavero memeluk erat tifany sampai mengeluarkan air mata atas rasa bahagia yang tifany berikan
untuk kesempatan yang tak akan cavero sia-siakan lagi
Tifany perlahan melepas pelukannya "ayo obati dulu, kalau kamu mati gimana kita bisa bersama"
cavero menyentil kening tifany karena sudah bisa banyak bicara dibandingkan dua tahun lalu "apa kita harus membuat pesta pernikahan yang lebih mewah lagi" ucap cavero saat keduanya berjalan menuju hotel
tifany membantu memapah cavero karena kakinya luka
Pegawai hotel melihat tifany kesulitan lalu menawarkan bantuan dan membantu mengantar cavero sampai ke kamarnya
"terima kasih" ucap tifany pada pegawainya dan meminta meninggalkannya bersama cavero dan tak lupa meminta obat yang dituliskan tifany
"saya permisi pak, bu" ucap pegawai hotel
tifany mendekati cavero dan melarangnya bergerak "diam aja disitu jangan bandel, aku ambilkan air untuk membersihkan lukannya" ucap tifany begitu perhatian
makin membuat cavero yakin jika hatinya tak salah mencintai wanita
"kenapa lihatnya begitu?" tifany sadar ditatap oleh cavero dan membuatnya salah tingkah
"emang salah natap istrinya sendiri" ucap cavero makin membuat tifany gugup
"aku belum setuju ya mas!" tifany mengingatkan namun dia lupa sudah menyetujuinya tadi dan memilih mencium cavero
"apa perlu diulangi adegan tadi supaya kamu ingat, hm?" cavero makin mendekat pada tifany yang ada dihadapannya
Plak
Tifany mendorong kening cavero cukup kencang "jangan dekat-dekat aku ngga rabun" ucap tifany
perlahan membersihkan wajah cavero dan mengusapnya, dan bersamaan ponselnya berdering
"hm, ada apa?" tifany mengangkat panggilan telfon dengan satu tangannya dan tangan lainnya masih diwajah cavero
"kemana aja? makan siang bareng yuk" ajak elsa yang sepertinya sedang sulit bernafas
"kalian benar-benar tak tau waktu ya! Kirim saja pesan biar ngga denger suara nafas kalian yang rebutan" ucap tifany lalu meletakan ponselnya di meja
"em" tifany terkejut saat mendapatkan serangan mendadak dari cavero
"mas!" ucap tifany usai berhasil mendorong cavero yang tak melepaskan pagutannya
"ohh, jadi ngga mau di telfon kalian lagi mau saingan sama kami" suara regi muncul dari telfon yang ternyata belum dimatikan
"astaga!" tifany segera menekan tombol merah dan memukul lengan cavero
"aw! mereka juga paham sayang" ucap cavero
"nih bersihkan sendiri, aku mau kembali ke kamar istirahat" ucap tifany kesal karena takut cavero akan macam-macam padanya
"aduh sakit banget fan, ini sakit" ucap cavero mengaduh pada tifany
tak tega tifany pun kembali mengobati cavero dan keduanya saat ini terdiam dengan pikirannya masing-masing.
"aku mau makan siang sama elsa dan kak regi, mas istirahat aja dikamar nanti ku bawakan makanannya" ucap tifany selesai dengan mengobati cavero
cavero yang merasa sakit dibadannya pun mengiyakan ucapan tifany "iya" cavero mencium tangan tifany dan meletakannya dipahanya dan menggenggamnya erat
"tapi janji kesini lagi?" tanya cavero
"iya" tifany melepaskan tangannya dan meninggalkan cavero menemui elsa dan regi untuk makan siang sekaligus ingin bicara pada elsa
"kak!" panggil tifany dan tak menyapa elsa
"aku ngga disapa dek?" ucap elsa
"iya kalian sudah selesai makan kan, aku bawa elsa sebentar ya kak!" ucap tifany menarik paksa elsa
Tadinya regi mau melarang namun elsa memberikan kode agar diizinkan "hanya sebentar" ucap elsa tak lupa meninggalkan kecupan pada pipi regi
tifany lupa " sebentar" ia kembali ke restoran dan meminta regi membawakan makanan untuk sahabatnya yang sedang terluka
Dan kembali ke elsa untuk menceritakan banyak hal. Sesampainya di kamar tifany, keduanya langsung pada topik bahasan
"sa, aku harus gimana? Masa tadi aku iyain masih mau sama cavero lagi?" ucap tifany galau
"lah terus kamunya memang mau apa karena terpaksa, atau kasihan sama om cav?" elsa menanggapi
Tifany menceritakan semuanya yang terjadi tanpa terkecuali saat tifany dan cavero saling berci*man
Elsa tertawa mendengar penuturan tifany karena untuk pertama kalinya bagi tifany dan elsa merasakan hal yang sama, bedanya elsa dengan kejelasan dan juga selangkah lebih maju dari tifany
"udah sih balikan aja, toh keluarga juga udah ngedukung kan" ucap elsa
"tapi ngga tahu papa dan mama mas cav" tifany takut mertuanya marah karena kepergiannya tanpa kabar meninggalkan anaknya
"itu urusan om cav, lagian kalau orang tuanya ngga setuju ngga mungkin dia masih ngejar-ngejar sampai sekarang kan?"
Elsa meyakinkan jika keputusan tifany tepat,elsa ingin melihat tifany juga bahagia bersama orang yang dicintainya
Semua yang terjadi adalah pembelajaran hidup yang tak bisa disesali
"rasanya gimana sa?" tanya tifany tiba-tiba
"apanya?" elsa mendadak malu mendengar pertanyaan tifany
"alah, pura-pura bodoh kan lo" ucap tifany
"nanti juga ngerasain sendiri fan, susah dijelaskan tapi enak dirasakan" ucap elsa
"tuh ponselnya bunyi" ucap tifany melihat regi sudah mencari istrinya
"iya yang ada apa?" elsa menjawab panggilan telfon suaminya
"ke kamar cavero sama tifany, lama-lama kalian ngga ingat waktu" ucap regi
tak terasa ternyata sudah hampir malam dan keduanya menyudahi curhatnya, sebentar lagi akan berpisah karena elsa harus ikut suaminya tugas di bali sedangkan tifany haru kembali ke jakarta setelah pekerjaannya selesai
"gimana sih fan, orang sakit malah di tinggal" ucap regi membela cavero yang menceritakan perjuangannya mendapatkan kesempatan lagi dari adiknya
"ya maaf kak, kan makan siang tadi" ucap tifany bahkan ia lupa jika belum makan
"ya sudah kalian makan dulu berdua, mendengar kamu belum makan cavero tak mau makan juga. Kakak tinggal dulu" ucap regi mengajak istrinya juga kembali ke kamarnya
tifany merasa bersalah "mas belum makan?" tanya tifany
lalu cavero memperlihatkan tangganya yang sulit digerakan "suapin" ucap cavero manja
"sejak kapan kamu jadi manja" ucap tifany lalu membuka kotak makan yang dibelikan regi untuk cavero dan tifany
"sejak mengenalmu!" jawab cavero
"aa" tifany menyuapi cavero makan sampai habis dan juga untuknya sendiri
"kamu yakin mau kasih aku kesempatan kan fan?" tanya cavero lagi
"iya! Jangan tanya terus"
"besok kita pulang dan menghadap orang tua kita, jika kita akan bersama lagi" ucap cavero
tifany mengangguk dan tak banyak bicara, berharap semoga keputusannya kali ini adalah benar
"boleh tidur sekamar?" tanya cavero lagi
"no!" tifany tak mengizinkan sebelum keduanya bertemu dengan orang tuanya
"sabar" ucap tifany lagi
"siap sayang" jawab cavero