NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

"kemanakah aku harus mencarinya"

Doni memegang ponsel dengan tangan bergetar, merekam suara Ara yang mengalir cepat, penuh kekhawatiran. Ia baru saja menerima berita buruk.

“Ara, apakah kamu yakin? Wanita itu tidak ada di sana?” suara Doni mencerminkan kepanikan yang merayapi pikirannya.

“Ya, Doni. Benar-benar tidak ada. Aku sudah mengetuk pintu dan memanggilnya, tapi tidak ada jawaban. Seolah dia menghilang begitu saja,” jawab Ara, suaranya nyaring ketika berusaha menghadapi situasi ini.

Doni mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, berharap bisa menemukan jejak wanita yang baru saja ditemuinya, sosok yang menyimpan banyak rahasia, yang bisa menjadi kunci pencarian jati dirinya. Ia melangkah ke jendela, matanya meneliti jalanan di luar.

"Tapi dia baru saja aku lihat! Apa mungkin dia pergi tanpa memberi kabar?" Doni menggeram, frustrasi merambat di dadanya. Dia berbalik, mencengkeram meja. "Kita tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja."

"Aku tahu! Tapi kita tidak tahu di mana bisa mencarinya. Kita harus punya informasi lebih," Ara mencoba menenangkan, meski nadanya mengandung semangat yang mulai memudar.

“Informasi,” Doni mengulang, pikirannya cepat melompat. "Bisa jadi dia pergi ke kuburan Exora lagi. Apa kamu pikir kita bisa menemukannya di sana?"

“Jangan-jangan kita sudah kelewatan,” mata Ara berbinar, harapan kembali merangkak. “Tunggu, kita ke sana sekarang!”

Doni mengangguk tegas. Ia merasa ada rekaman memori, mirip seberkas cahaya dalam kegelapan. Mereka bergegas meninggalkan klinik, langkah kaki mereka selaras dengan detak jantung yang berdebar kasar di dada.

Setibanya di kuburan, suasana mendung menyelimuti tempat itu, cahaya mendekati senja memunculkan bayang-bayang panjang di antara nisan. Ara dan Doni saling bertukar pandang, lalu mulai menyusuri jalur setapak yang mengarah ke komplek makam.

“Ke arah mana kita?” Ara bertanya, meneliti setiap nisan dengan teliti.

“Ke makam Exora. Mungkin dia datang untuk meninggalkan bunga atau semacamnya.”

Langkah mereka melambat saat menghampiri nisan yang dikenal. Namun, begitu mereka tiba, tidak ada tanda-tanda kehadiran wanita tua itu. Doni merapatkan bibirnya, rasa kecewa membuat dadanya meringkuk.

“Memang tidak ada siapa-siapa di sini.” Ara menghela napas panjang. “Tapi ayo kita tunggu sebentar, mungkin dia hanya beristirahat.”

Saat keduanya berdiri diam, suara derik burung mengisi ketenangan. Beberapa menit berlalu, dan mereka mulai kehilangan harapan. Doni terus berusaha menenangkan pikirannya, memikirkan alasan di balik ketidakhadiran wanita itu.

“Doni, jika itu dia... Dia pasti tahu sesuatu.”

Doni mengangkat bahu, merasakan gelembung rasa curiga. “Sepertinya dia bukan orang sembarangan. Apa yang dia sembunyikan?”

Belum sempat Ara merespons, dari kejauhan, seorang wanita berambut putih meluncur keluar dari area makam.

"Itu dia!" teriak Ara, jari telunjuknya mengarah ke wanita tua tersebut.

Mereka berlarian mengejarnya, tapi wanita itu terlanjur memutar badan dan mulai melangkah menjauh dengan cepat.

“Kita harus mendekatinya, Doni!” Ara menyerukan semangat, meskipun langkahnya kian berat.

Akhirnya, setelah mengejar, mereka berhasil menyusupi jarak. Wanita itu berhenti, berbalik dengan tatapan bening, seolah merasa ada yang mengawasinya.

“Kenapa kalian mengejar saya?” suaranya tegas, namun juga menyimpan kegugupan.

“Apa kamu... tahu sesuatu tentang 18 tahun yang lalu? tentang ibu saya?” Doni segera bertanya, tanpa bisa menahan desakan rasa ingin tahunya.

Wanita itu mengerutkan dahi, lalu menggeleng, “Saya tidak tahu apa-apa mengenai itu. Lebih baik kalian pergi.”

Tapi Doni tak mau menyerah. “Tolong! Saya harus tahu! Jika ada yang bisa kamu ceritakan…”

Wanita itu menatap lurus ke mata Doni, mencari tahu apakah anak muda ini benar-benar serius. “Ada banyak rahasia,” dia menggigit bibir. “Rahasia yang seharusnya tidak terungkap.”

“Justru itulah yang membuat saya penasaran,” jawab Doni, menahan amarah yang ingin meledak.

Ara mencoba membantu, “Kami hanya ingin tahu kebenarannya. Tolong, jika ada sesuatu, beritahu kami.”

Dengan suara bergetar, wanita itu berkata, “Ada hal yang lebih baik tidak kalian ketahui. Ini berbahaya.”

"Berbahaya? Apa maksudmu?" Doni melangkah lebih dekat, menatap mata wanita dengan penuh harap. Kenyataan bahwa wanita ini mungkin bisa menjelaskan ketidakpastian itu menggebu dalam dirinya.

“Saya mengenang masa lalu, dan itu menakutkan!” Wanita itu berteriak, suara rendahnya menggema di antara nisan. “Kalian tidak mengerti! Dia akan datang.”

M mendengar nada ketakutan dalam suaranya, Doni merasakan ketegangan memuncak dalam diri. “Siapa yang akan datang?”

Wanita itu menoleh dengan tatapan penuh rasa takut, “Dia...Dia bisa menghancurkan segalanya. Seperti dulu.”

Doni menggeleng, kesal mendengar pernyataan yang tidak memberikan jawaban. “Saya tidak bisa hidup dalam ketidakpastian. Tolong.”

Wanita itu terdiam sejenak, kembali melihat sekeliling seolah memastikan tidak ada yang mendengarkan mereka. “Doni, ada baiknya kamu tidak melanjutkan pencarian ini. Ini bisa berakibat fatal,” wajahnya serius, wajah keriput penuh kedalaman.

"Kami tidak akan mundur hanya karena kamu merasa takut," balas Ara.

Seulas senyum getir menghiasi wajah wanita itu, “Itu yang mengkhawatirkan. Kalian bisa menjadi bagian dari sebuah kisah kelam yang tak berujung.”

“Segala sesuatu yang tak berujung selalu memiliki jalan keluar. Saya harus tahu!” bentak Doni, napasnya berat.

“Doni, mari kita pergi,” Ara menggenggam lengan Doni, berusaha menariknya menjauh.

“Tidak! Kami tidak bisa pergi. Wanita ini tahu sesuatu!” Doni tersentak, merobohkan kekuatan Ara.

Nafas wanita itu semakin berat, seolah menimbang keputusan yang bisa menentukan hidupnya. “Doni, pikirkan baik-baik. Anda bukan hanya berbicara tentang ibu. Ini melibatkan orang lain yang mungkin tidak ingin cerita ini terungkap.”

Doni terdiam, hatinya berdebar, terus berputar di benaknya. “Siapa mereka?” tanyanya lembut.

Tanpa menjawab, wanita itu berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Doni dan Ara dalam lautan ketidakpastian.

Doni mencekam, merasakannya. "Ara, kita harus segera mengikuti dia!"

Ara menutup mata, meredakan kecemasan dalam diri. “Doni, hati-hati. Apa pun yang akan terjadi, kita harus bersiap.”

Dengan semangat baru, mereka mengejar jejak wanita tua tersebut. Jalan yang harus mereka ambil kini penuh kabut misteri, mengerikan dan menggoda mereka untuk menjelajahi gelapnya masa lalu.

Doni dan Ara berlari mengikuti jejak wanita tua itu, langkah mereka terengah-engah dan penuh ketegangan. Setiap detak jantung Doni seakan menandai betapa dalamnya rasa ingin tahunya. Dia tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Setiap saat, bisa jadi wanita itu memiliki informasi penting tentang ibunya.

"Dia ke arah sana!" Ara menunjuk menuju jalan setapak yang mengarah ke tepi hutan di sebelah kuburan.

Doni menajamkan fokusnya, “Ayo! Jangan sampai kita kehilangan dia!”

Mereka melintasi jalan setapak berbatu, terjebak di antara pepohonan yang menjulang tinggi. Suara dedaunan bergesekan dan ranting-ranting yang rapuh menambah ketegangan di udara.

“Doni, hati-hati...” Ara memperingatkan saat mereka memasuki area yang lebih gelap.

“Tenang saja, aku bisa merasakan dia dekat.” Doni berusaha meyakinkan dirinya sendiri, meski keringat dingin mengalir di dahinya.

Setelah beberapa menit berlari, mereka menemukan wanita tua itu terhenti di depan sebuah gubuk tua, dua langkah di dalam semak-semak. Doni menatap gubuk itu dengan rasa campur aduk; tempat itu tampak begitu sepi, seolah menyimpan masa lalu yang besar dalam diam.

“Dia tidak masuk ke dalam, kan?” Ara perlu memastikan, suara di hatinya mengeluh penuh kecemasan.

“Entahlah. Kita harus menyelidiki,” Doni menjawab, matanya terfokus pada pintu yang sedikit terbuka. Dia melangkah maju, rasa keberanian membawanya lebih dekat.

Doni mengetuk pintu dengan lembut. “Nyonya! Kami di sini…” suaranya memanggil, tidak tahu apa yang mereka akan temui berikutnya.

Pintu gubuk itu berderik pelan, dan sosok wanita tua itu muncul kembali, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang dalam. “Kenapa kalian mengikuti saya?” katanya, suara bergetar nyaris seperti bisikan.

Doni tidak mau mundur. “Saya tidak bisa kembali sebelum tahu jawaban! Tentang ibu saya... tentang apa yang terjadi 18 tahun lalu.”

Wanita itu mempersempit pandangannya, merogoh ke dalam saku. Wajahnya memunculkan keraguan. “Kalian tidak tahu apa yang kalian cari. Sangat berbahaya.”

“Berbahaya? Apakah itu alasan kamu menutup diri? Aku sudah cukup hidup dengan bayangan ini. Aku ingin tahu kebenarannya!” seru Doni, suaranya sedikit meninggi, mengingatkan dirinya kembali pada momen-momen yang penuh hampa.

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!