kisah seorang wanita yang ingin hidup kaya secara instan. suaminya yang pemalas membuatnya harus menempuh jalan sesat dengan melakukan persekutan bersama iblis yang menjanjikannya kekayaan.
Ia membuka sebuah warung nasi. namun dalam sekejap saja dapat menarik pembeli dan menjadikannya kaya raya. tetapi semua itu tak.mudah, karena akan ada konsekwensi yang harus ia terima. ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode-25
"Aaaaargggh...," Ratu memekik tertahan suaranya seolah tercekat ditenggorokannya, dan ponsel yang ada digenggamannya terjatuh diatas rerumputan.
Mulutnya mengeluarkan da-rah yang pekat, sedangkan luka didada dan juga punggungnya memercik cairan yang sama dan membasahi rerumputan.
Kedua mata gadis itu membeliak keatas menatap langit. Ia begitu menderita dan kesakitan. Entah apa salahnya yang mengantarkannya pada kesialan yang begitu mengerikan. Ia hanya ingin bekerja dan membantu menopang kehidupan keluarganya, tetapi takdirnya begitu sangat kejam dan juga sadis.
Ratu mengangakan mulutnya, dan ia merasakan jika ini adalah akhirnya, hingga rasa sakitnya semakin menjadi saat sosok itu mencabut jemarinya dengan kuku panjang nan runcing itu dengan kasar dari dadanya.
Kraaaaas...
Sesaat Ratu merasakan dunianya sangat menggelap, dan ia menatap langit kelam yang mana malam ini tak satupun bintang yang ingin menyaksikan semua penderitaannya.
Sosok itu menarik rambutnya, lalu menghi-sap ujung kepalanya, dan menarik sari murni kehidupannya dan mendorong tubuh yang tak lagi bernyawa itu.
Braaak...
Tubuh itu terkapar diatas rerumputan dengan luka yang cukup parah.
Saat bersamaan, satu sosok wanita datang dengan senyum seringai dibawah langit kelam. Ia menarik tubuh gadis itu dan sosok mengerikan yang tadi menewaskannya telah melesat pergi menghilang.
Wanita yang menggunakan sepatu boot itu berjalan memasuki mobil, lalu menaikkan tubuh tak bernyawa itu kedalam mobil dan meninggalkan lokasi yang menjadi saksi kejamnya malam ini.
*******
Pagi menjelang. Nadira sudah bersiap dengan pakaian yang sangat mahal.
Ia.melihat para pekerjanya masih belum juga bangun. Ia berteriak memanggil ketiga karyawannya yang masih tersisa.
"Silvi, Susi, Rindu!! Bangun!"" hardiknya dengan sangat lantang. Ia sangat marah sekali melihat para pekerjanya yang bermalas-malasan, meskipun mereka sebenarnya seperti pekerja rodi yang tanpa ada istirahat.
Ketiganya tersentak kaget mendengar teriakan Nadira yang mana masih terbilang sangat pagi sekitar pukul 6 pagi. Sedangkan Silvi baru saja selesai membaca kitab Suci untuk meminta keselamatan dirinya.
Silvi bergegas membuka mukena dan melipatnya, lalu mengenakan hijab instan, kemudian keluar kamar. "Iya, Bu," jawabnya dengan merundukkan kepalanya. Ia tak ingin menatap sang majikan yang terlihat penuh amarah.
"iya, iya mulu! Itu didapur daging untuk sate dan rendang sudah ada, jangan tidur mulu!" hardiknya, dan aura wajahnya bagaikan seorang psikopat.
Silvi hanya mengangguk, dan bergegas kedapur. Sedangkan Rindu dan juga Susi ikut ngacir ke dapur, meskipun rasa kantuk masih bergelayut dimata mereka.
"Hoaaam," Rindu menguap dan ia masih loading enam.puluh persen, kepalanya masih terasa pusing.
Silvi mengambil bangku kayu untuk tempat ia duduk sedangkan Rindu dan Susi ke kamar mandi secara bersamaan, mereka hanya mencuci muka dan bersikat gigi saja.
Sementara itu, Nadira berjalan menuju garasi mobilnya. Ia terlihat anggun mempesona. Wajahnya yang cantik rupawan terlihat begitu sangat bersinar, ditambah lagi dengan berbagai barang mewah yang dikenakannya.
Pagi ini ia akan membeli rumah salah satu warga yang akan dijual, dan letak posisinya berada dipinggir jalan utama. Sudah saatnya ia membuka cabang untuk usahanya, agar warga mengira kesuksesannya berasal dari dagang sate dan rendang yang dikelolanya.
Sekitar pukul 10 pagi. Sebuah mobil gandeng yang membawa mobil mewah jenis Alphard berwarna hitam terparkir di depan rumah Nadira.
Ini berarti jika koleksi mobil milik wanita itu sudah bertambah banyak dan tampaknya ia sangat bingung untuk membelanjakan uangnya yang tampak luber dan tidak pernah ada habisnya.
Tiga buah mobil mewah, dan satu buah pick up untuk membawa barang belanjaannya dari pasar, bahkan satu buah dum truck untuk usaha jual beli kelapa sawit merupakan usaha barunya dan kini berjalan dengan pesat. Ia berhasil menyingkirkan pesaingnya, yaitu juragan Danu.
Nadira juga membeli semua kelapa sawit hasil panen para warga yang akan dijualnya ke pabrik.
Kini ia benar-benar menjadi pengusaha yang sukses dan kaya raya.
"Lihat, tuh, mobil baru lagi," ucap Rindu, sembari menyikut lengan Silvi yang sedari tadi diam termenung meskipun sedang membuat bumbu sate dan juga rendang.
"Hah," Silvi tersentak kaget saat rekannya itu menyapanya. "Ada apa?" tanya gadis berhijab itu gelagapan.
"Kamu lagi mikirin apaan, sih? Sampai segitunya kaget," tanya Rindu penasaran.
Silvi menatap sahabatnya dengan wajah pucat, sebab ia tak dapat tidur semalaman, entah apa yang sedang ia fikirkan. Mungkin ia memikirkan nasib Ratu yang mencoba melarikan diri, apakah gadis itu selamat atau tidak.
Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak ada mikirin apa-apa," sahutnya berbohong, "Kamu tadi bilang apa?" gadis itu bertanya ulang.
"Lihat, tuh," Rindu menunjukkan sesuatu yang ada didepan halaman melalui kaca jendela dapur dengan memajukan bibirnya.
Silvi mengamatinya. Tampak sebuah mobil mewah sedang terparkir disana. Ia semakin mencurigai jika sang majikan menggunakan cara kotor untuk mendapatkan kekayaan dengan jalan pintas.
"Menurutmu ini wajar-gak?" tanya Silvi balik.
Rindu mengerutkan keningnya.
"Maksudmu?"
"Ya aku merasa jika ini terlalu cepat. Semuanya tampak begitu pesat," Silvi berkata lirih.
Rindu mengangkat kedu bahunya. "Entahlah, yang pastinya aku mungkin akan menyusul.Ratu untuk pergi dari sini. Aku sudah gak sanggup bekerja hanya bertiga. Lama-lama bisa sakit kalau begini, karena kurang istirahat," Rindu menimpali.
Silvi terdiam. Ia juga merasakan ingin pergi dari warung majikannya, tetapi yang membuatnya gusar, apakah Ratu baik-baik saja, bagaimana nasib rekannya itu?
Ia mengingat sesuatu. lalu beranjak dari duduknya, dan pergi kekamar.
"Kamu mau kemana?" tanya Rindu.
"Mau ambil ponsel dikamar," jawabnya cepat. Lalu setengah berlari menuju ruangan peristirahatan.
Ia mencari ponselnya, lalu mencoba menghubungi nomor ponsel Ratu.
Berdering.
Tetapi panggilannya tidak diangkat. Gadis itu terus menghubunginya, dan lagi-lagi tidak diangkat. Ponsel itu tertumpuk dedaunan diatas rerumputan.
Silvi merasakan cemas berlebihan, dan ia sangat khawatir.
"Ayolah, Ra. Angkat teleponnya, bagaimna nasibmu sekarang?" guman sang gadis, tatpi tak ada jawaban.
Sementara itu, Rindu masih sibuk memasukkan potongan daging kecil ke dalam tusuk sate, jumlahnya kali ini sangat banyak dan jumlah mereka yang hanya tiga orang saja tentu membuat mereka kewalahan.
Sementara itu, Susi sedang memasak rendang. Ia terlihat masih mengantuk, tetapi harus bekerja dan menyelesaikannya tepat waktu.
Silvi kembali ke dapur. Wajahnya tampak pucat, ia merasa khawatir akan nasib Ratu.
"Kamu kenapa, Sil?" tanya Rindu penuh selidik.
"Aku memikirkan Ratu. Apakah ia sudah tiba dikampung apa belum. Nomornya sudah ku hubungi, tetapi tidak ada jawaban, padahal berdering," Silvi menjelaskan.
Seketika Rindu dan Susi menoleh kearah Silvi. "Emang dia jadi pulang?" tanya Susi pensaran.
"Iya, ya. Pantes saja aku merasa ada yang kurang dari tadi, rupanya Ratu tidak terlihat," Rindu menimpali.
Mohon lbih teliti lgi mksih 🙏
Semngt
mati dalam keadaan Kusnul Khotimah.
semoga kita semua nya di jauhi dr perbuatan syirik , keji dan mungkar 🤲 Aamiin Yaa Rabbal Allamiin 🤲
naas bgt nasib nya Rama , akhirnya mati di tangan bini nya dh keji bersama selingkuhan nya 🤦
mayat orang di bilang barang , jd barang dagangan 🤣🤣🤣