Ambisi Cinta Gadis Labil

" udah jangan nangis lagi " ucap Zo yang diangguki Raisya yang kini sudah kembali ceria lagi saat hatinya mulai tenang .

" Yaudah Saya mau ganti baju dulu tunggu disini " ucap Zo yang diangguki Raisya dengan patuh .

5 menit kemudian.

" Kenapa malah diam disini , mending ngintip" batin Raisya yang tengah bermain ponsel di ranjang itu tiba-tiba kepikiran.

Raisya dengan langkah pelannya mulai mengintip dari balik pintu ruang ganti menatap Zo yang sedang memakai baju .

" Huuuuub ototnya" rintih Raisya yang jadi gemas sendiri menggigit bibirnya melihat tubuh kekar Zo yang berotot bahkan pria itu punya perut sixpack.

" Aku foto ya kak Zo " kata Raisya begitu pelan dengan senyum nakalnya mengambil foto Zo yang tengah memakai deodoran itu berulang kali dan Zo juga hanya memakai celana panjang .

" Hehhh gadis nakal hapus " ucap Zo dengan suara cukup keras mengejar gadis nakal yang sudah berani mengambil fotonya tanpa sepengetahuan Zo.

Raisya memang pintar bersembunyi bahkan pergerakan nya nyaris tak disadari namun Zo adalah seorang mafia yang punya naluri sangat kuat sampai dia bisa merasakan kehadiran seseorang di sekitar nya .

" Haaa nggak mau " ucap Raisya yang kini sudah melompat ke atas ranjang berdiri lurus memeluk ponselnya.

" Hapus saya bilang" tegas Zo yang berdiri berkacak pinggang menatap Raisya yang berdiri di atas ranjang itu .

" Enggak, Aku mau liat tiap hari " ucap Raisya dengan tampang tengil nya bahkan punya keberanian lagi untuk mengambil foto Zo yang memang masih belum pakai baju itu .

" Hapus sendiri atau Saya yang akan memaksa kamu menghapusnya?" tanya Zo masih bersabar memberikan gadis nakal itu pilihan dalam emosi nya yang hampir sampai ke ubun-ubun melihat kelakuan gadis nakal yang sama sekali tak bisa di tebak itu .

" Enggak " ucap Raisya semakin mengambil banyak foto mumpung Zo masih berdiri di samping ranjang .

" Benar-benar menjengkelkan" ucap Zo yang sudah terlanjur emosi secepat kilat melompat naik keatas ranjang dan merebut ponsel gadis itu.

" Iiihhh, enggak " Raisya tetap bersikeras tak mempertahankan ponselnya agar tak diambil Zo bahkan mereka sudah saling tindih di atas ranjang sekalipun Raisya masih mempertahankan ponselnya.

" Berikan " teriak Zo yang sudah duduk menatap gadis itu penuh kekesalan .

" Ambil aja kalau bisa " ucap Raisya duduk berhadapan dengan Zo lalu memasukkan ponselnya kedalam baju dekat dadanya .

" Astaga Gadis ini " Zo mengepal tangan nya lalu meninju ranjang berulang kali untuk menyalurkan kekesalan nya saat kalah untuk kali ini .

Barang yang Zo inginkan ada didepan nya tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

" Raisya Hapus lah , untuk apa kamu mencuri foto Saya"ucap Zo dengan suara rendah tak punya pilihan selain membujuk gadis itu.

" Enggak nyuri lagi , kakak kan tau Aku foto " ucap Raisya dengan senyum senangnya merapikan rambut nya yang berantakan.

" Saya nggak mau dan tidak memberikan izin kamu untuk menyimpan foto Saya" tegas Zo .

" Terserah, mau kasih izin atau enggak " cuek Raisya yang benar-benar seperti tidak ada takutnya dengan Zo yang mungkin bisa saja membunuhnya saat itu juga .

" Hapus atau Saya kasih kamu sama orang jahat itu " ucap Zo yang terpaksa mengancam namun pada saat bersamaan puluhan mobil dan motor memasuki pekarangan rumah Zo dan seketika suasana menjadi heboh bahkan puluhan bodyguard di dalam rumah terdengar berlarian .

" Kakak jangan " Raisya langsung menangis histeris memeluk Zo sangat ketakutan sampai tubuhnya bergetar .

" Astaga . Tidak tenanglah " ucap Zo jauh lebih panik lagi menenangkan Raisya yang ketakutan sampai memohon pada Zo mendengar keributan di pekarangan rumah yang terdengar sampai ke kamar utama .

" Hiks ,,, takut kak " kata Raisya memeluk Zo semakin erat dengan tubuh bergetar benar-benar merasa nyawanya di ujung tanduk .

" Hai , tenanglah Saya akan melindungi kamu" ucap Zo yang memang bisa merasakan itu orang-orang datang untuk menyerang karena pasukan nya terdengar ramai sekali .

" Hiks ,, kalau Kakak beneran mau kasih Aku kemereka yaudah, hiks , tapi kakak harus liat mereka bunuh Aku " ucap Raisya menatap Zo dengan berurai air mata .

" Tidak , Saya akan melindungi kamu dengan sepenuh jiwa dan raga Saya. Jadi tenang ya " ucap Zo yang secara spontanitas mengucapkan kata-kata itu lalu memeluk Raisya begitu erat .

" Hiks , tadi , tadi , katanya, kakak mau kasih " tangis Raisya semakin keras dalam pelukan Zo yang sepertinya sedang mempermainkan nyawa nya .

" Enggak . Saya berjanji " ucap Zo mengangkat Raisya lalu menekan sebuah tombol manipulasi di dinding kamarnya dan tiba-tiba dari dinding datar itu terbuka sebuah pintu rahasia .

" disini aman , jadi tenang ya " ucap Zo mendudukkan Raisya disofa .

" Sudah tenang ya disini kamu aman , biar Saya yang keluar " ucap Zo yang duduk berjongkok menghapus air mata Raisya yang dia dudukkan di sofa itu .

Zo berdiri lalu akan berjalan tapi Raisya memegang tangan nya membuat langkah Zo kembali terhenti .

" Hati-hati ya kak " ucap Raisya menatap Zo penuh kegelisahan.

" Tenanglah semua akan baik-baik saja" ucap Zo mengelus kepala Raisya sejenak lalu segera keluar dan menutup pintu rahasia itu menggunakan sidik jarinya.

...........

Zo berjalan dengan cepat sambil kemakai baju kaos tipis nya menuruni tangga menuju pintu utama rumah nya yang sudah damai tentram tidak lagi ribut seperti tadi .

" Ada ap,,," belum selesai Zo berucap langkahnya sudah terhenti melihat sepasang suami istri yang berdiri di depan pintunya dengan ratusan bodyguard yang berbaris di belakang mereka .

" selamat malam Tuan Vicenzo" ucap Pria itu rada sungkan saat Zo berhenti di depan pintu rumahnya yang terbuka lebar dengan penjagaan ketat .

" Malam Om , kenapa seperti ingin mengajak perang saja malam-malam begini" ucap Zo pada pria paruh baya itu dan tersenyum sangat lebar pada Tante manis yang wajahnya mirip sekali dengan Raisya.

" Ternyata wajah manis gadis itu duplikat Tante ini " batin Zo menatap wanita yang berdiri memeluk lengan suaminya sambil menangis itu .

" Bukan perang Nak , Aku hanya takut tidak bisa keluar lagi dari markas mafia ini " tawa Papa Raisya begitu menyadari ternyata Vicenzo Ferdinand itu adalah pria yang kemarin Papa kira adalah guru Raisya yang telfon malam-malam waktu itu .

Walaupun disini Papa Raisya tidak tau apa-apa, kenapa putrinya bisa dapat tameng pelindung sekuat Vicenzo Ferdinand yang entah bagaimana putrinya bisa kenal .

Papa dan Mama Raisya menjadi sangat takut hingga membawa ratusan pasukan karena mendapat kabar putri tengah berada dirumah king Mafia yang sangat berbahaya dan itulah alasan kenapa Papa membawa pasukan datang tapi, ternyata begitu sampai yang Papa liat justru pria kaku kemarin .

Ya penilaian Papa sebagai Ayah yang punya seorang putri Zo adalah tipe pria kaku dan pemalu namun cukup mengagetkan ternyata dia adalah seorang mafia .

" Apa benar anak kami ada disini Nak ?" tanya Mama Raisya yang benar-benar mencemaskan kondisi putrinya.