Walaupun identitasnya adalah seorang Tuan Muda dari keluarga Dong yang terkenal di dunia kultivator, tapi Fangxuan menjalani kehidupan yang begitu sulit karena tidak memiliki jiwa martial seperti murid sekte yang lainnya.
Hidupnya terlunta-lunta seperti pengemis jalanan. Fangxuan juga sering dihina, diremehkan, bahkan dianggap sampah oleh keluarganya sendiri.
Mereka malu memiliki penerus yang tidak mempunyai bakat apapun. Padahal, keluarganya adalah keluarga terhebat nomor satu di kota Donghae.
Karena malu terhadap gunjingan orang, tetua sekte Tombak Api mengutus seorang guru untuk melenyapkan nyawa Fangxuan dengan cara membuangnya ke lembah Kematian Jianmeng.
Namun, nasib baik masih berpihak padanya. Fangxuan diselamatkan oleh seorang Petapa tua. Bukan hanya itu, Petapa tua tersebut juga mengangkatnya sebagai murid satu-satunya dan mewariskan seluruh ilmu kanuragan yang dimilikinya.
"Aku akan membalas mereka semua yang selama ini menindas ku. Tunggulah ajal kalian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lienmachan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Bab 32~Niat Buruk
Chan Lee dan Xia Lan menatap lekat wajah serius Chan Ling di hadapan mereka yang keukeuh memaksa pergi. Walaupun begitu, keduanya tetap mengikuti ajakan Chan Ling, sedangkan Xi Anzhing menolak dan memilik untuk tinggal.
"Aku tidak akan menuruti perintah gadis kecil sepertimu. Jadi, sebaiknya kalian pergi saja sekarang, sebelum aku melaporkan kejadian ini pada Panglima Qiao Fan!" ancam Xi Anzhing.
"Kau__"
Chan Ling menarik tangan kakaknya untuk tidak berdebat. Mereka harus segera pergi sebelum semua orang bangun.
"Sudahlah Lee, tidak ada gunanya berdebat dengan orang seperti dia." ujar Chan Ling menghentikan. "Jika kau tak percaya padaku ya sudah, tapi kau jangan menyesal nanti!" imbuhnya kemudian.
Xi Anzhing hanya mencebik, mengejek perkataan Chan Ling.
Tanpa menunggu lama, ketiganya pun pergi secara diam-diam dari area perkemahan prajurit tersebut.
"Kita akan pergi ke mana, Ling-Ling?" Xia Lan bertanya.
Chan Ling menoleh. "Entahlah, yang pasti kita harus pergi sebelum pagi menjelang!"
Belum jauh kaki ketiganya melangkah, tiba-tiba terdengar ledakan cukup keras dari area perkemahan prajurit.
BOOOOOOOOOOOOMMMMM
"AAAARRRRGGGHHHH!" Jeritan para prajurit dari perkemahan terdengar keras.
Api membumbung tinggi dari bekas ledakan tadi. Bahkan, asapnya terlihat begitu pekat menutupi area perkemahan.
Chan Ling, Chan Lee dan Xia Lan menatap nanar tak percaya.
"SERAAAAAANG!" Samar-samar langkah kaki puluhan orang berlarian menuju area perkemahan disertai teriakan.
"Haaaaaaaaaa!"
TRANG ... TRANG ... TRANG
Suara senjata saling membentur satu sama lain diselingi teriakan amarah.
Tak lama kemudian ledakan kembali terjadi.
BUUUUUUMMMMMM
Suaranya menggelegar bagaikan petir memekak telinga.
Ketiganya berbalik arah guna melihat apa yang telah terjadi di sana. Namun, ketika melihat beberapa orang yang terbang di langit sambil mengarahkan jurus-jurusnya, mereka pun lekas bersembunyi.
Bukannya takut dan menjadi pengecut. Tapi, orang-orang yang terbang di langit itu memiliki tingkat kultivasi rata-rata spirit langit, bukan tandingan mereka.
"Bunuh mereka semua, jangan menyisakan satu orangpun yang hidup!" Teriakan salah satu pria itu terdengar hingga posisi Chan Ling dan lainnya berada sehingga mereka spontan menutup mulut sembari menahan napas.
Dari teriakannya saja sudah jelas bahwa orang-orang itu berniat membunuh mereka semua.
Tapi, yang jadi permasalahannya?
Siapa dan apa tujuan mereka melenyapkan seluruh prajurit pelatihan khusus, itulah yang harus Chan Ling dan kawan-kawan selidiki.
Ketiganya saling mengangguk satu sama lain untuk segera pergi, namun langkah mereka terhenti sejenak saat mendengar nama yang tak asing di telinga.
Karena kondisi saat ini masih tengah malam, maka teriakan mereka bisa didengar jelas oleh ketiganya walaupun dari jarak yang cukup jauh.
"Tetua, semua prajurit telah tewas tanpa ada satupun yang tersisa," lapor salah satu.
"Bagaimana dengan bocah-bocah yang dikirim bulan lalu itu? Apa mereka juga sudah mati?!"
"Ya, Tetua. Lihat, kami menemukan salah satunya. Dia sempat memberikan perlawanan, tapi kami bisa melumpuhkannya karena dia terluka." Tubuh Xi Anzhing ditarik layaknya seonggok sampah. "Dan kemungkinan yang lain juga tewas sebelum menyadari penyerangan ini."
Beberapa pria menarik jasad prajurit yang terbakar di tenda dan mengira jika itu adalah jasad Chan Ling, Chan Lee dan Xia Lan.
"Hahaha, bagus. Tetua Ji pasti senang mendengarnya. Ayo pergi, kita rayakan keberhasilan ini!"
Semua orang begitu senang dan berantusias mendengar ajakan tetua mereka.
Tubuh Xia Lan mendadak lemas tak bertenaga setelah mendengar percakapan mereka. Ternyata, tetua sekte tengkorak iblis itu tak benar-benar tulus mengirim mereka untuk menjadi prajurit khusus.
Pria tua itu hanya terpaksa mengikuti permintaan Fangxuan agar pemuda tersebut tak marah dan ingin mendapat kepercayaannya saja.
"Lan-lan, ayo pergi dari sini sebelum mereka menyadarinya!" ajak kedua Chan.
"Aku tidak percaya ini, Chan kembar. Mereka ingin melenyapkan kita semua," ujar Xia Lan sedikit bergetar.
"Ketika di ruang dimensi, aku sudah menyadarinya bahwa mereka menginginkan kematian kita saja. Namun, aku baru percaya sekarang setelah mendengarnya langsung." Chan Lee membuka suara.
Chan Ling mengangguk setuju. Setelah itu, ia pun mengajak keduanya untuk segera pergi dari tempat itu agar tidak ketahuan oleh orang-orang tadi.
Sepeninggalan ketiganya, salah satu tetua itu menoleh ke arah posisi mereka tadi. Ia menyeringai aneh lalu berkata, "Ada pergerakan di sebelah selatan. Aku akan kembali setelah mengurusnya."
"Hei, biarkan saja, mungkin itu hanya orang lewat. Kita harus pergi sebelum pagi menjelang. Kita tunggu para petinggi Kerajaan mencari kita. Hahaha!"
Setelah memastikan semua mati, mereka melesat pergi meninggalkan tempat tersebut. Para tetua itu yakin jika petinggi kerajaan akan datang meminta bantuan pada sekte tengkorak iblis untuk mengusut kasus penyerangan tersebut.
Dengan begitu, para tetua sekte akan melimpahkan kesalahan pada pihak lain agar terjadi peperangan.
Licik.
•
•
Fangxuan berjalan sambil sesekali menoleh ke belakang, menatap sengit gadis yang terus mengikutinya ke manapun pergi.
Sudah dua minggu lamanya sejak meninggalkan penginapan paman Hong di kota zhengwu, Fangxuan kembali memutuskan untuk melanjutkan perjalan. Namun ternyata, Xiao Mei terus saja membuntuti langkahnya.
Gadis itu seolah tidak memiliki rasa malu sedikitpun, walaupun Fangxuan selalu berkata ketus padanya. Xiao Mei bahkan terang-terangan menunjukan rasa kagum pada pemuda tersebut di hadapan semua orang yang dilewatinya.
"Kenapa kamu mengikuti terus, sih? Apa kamu tidak memiliki tujuan lain?!" Fangxuan berkacak pinggang menatap tajam gadis yang terus mengikutinya itu.
Xiao Mei cengengesan sambil menggaruk tengkuknya. "Kau benar, aku tidak memiliki tujuan. Jadi, sebaiknya aku mengikuti kau saja. Boleh, 'kan?!"
"Tidak boleh!" tolak Fangxuan langsung.
Wajah Xiao Mei ditekuk mendengar penolakan Fangxuan. Gadis itu cemberut sambil menghentakkan kaki dan mencebik kesal.
"Hmph," Fangxuan gegas melangkah kembali menuju area perkotaan.
Jalan yang dilaluinya kini adalah sebuah pasar tradisional yang menjajakan barang dagangan di sepanjang jalan.
Netra elang milik Fangxuan melirik ke kiri dan kanan, mencari sesuatu yang diinginkannya.
Toko obat herbal menjadi tujuan utamanya. Tapi, sebelum kakinya melangkah menuju toko tersebut, tangannya ditarik terlebih dahulu oleh seorang wanita paruh baya yang terlihat sangat Kumal dan bau. Persis seperti gelandangan.
Wanita tersebut begitu ketakutan dan bersembunyi di balik tubuh Fangxuan.
"Nak, tolong saya!" Suaranya terdengar bergetar.
Fangxuan kebingungan sambil menoleh ke belakang. "Maaf, Bibi. Apa yang terjadi? Kenapa Bibi ketakutan seperti itu?!"
"Mereka ... Mereka terus mengejar dan ingin melenyapkan nyawa saya. Tolong!" pintanya mengiba.
Wajah Fangxuan menoleh kembali ke depan untuk mencari orang yang katanya mengejar wanita paruh baya tersebut, tapi ia tak melihat siapapun yang mengejarnya. "Umm, Bibi, apa mungkin Anda salah mengira? Sepertinya tidak ada yang__"
"Bibi tenang saja, kami akan melindungimu!" Xiao Mei menyela. Bahkan gadis itu merangkul bahu wanita paruh baya yang ketakutan tadi. "Ayo, cari makan!" ajaknya kemudian.
"Terima kasih, Nak. Kalian sungguh orang baik."
Xiao Mei tersenyum sedangkan Fangxuan mencebik kesal. Kenapa gadis itu selalu saja asal bicara, padahal belum tahu jelas permasalahannya.
Xiao Mei mengajak wanita tersebut menuju kedai makan diikuti Fangxuan dari belakang. Pemuda itu merasa ada sesuatu yang janggal pada wanita paruh baya tersebut.
"Sepertinya dia punya niat buruk!" batin Fangxuan.
...Bersambung ......
Lanjutkan 👍👍👍