Nadia melihat secara langsung perselingkuhan sang suami. Dan di antara keterpurukannya, dia tetap coba untuk berpikir waras.
Sebelum mengajukan gugatan cerai, Nadia mengambil semua haknya, harta dan anak semata wayangnya, Zayn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Bab 16
Beberapa detik Nadia memang tergugu, membatu di dalam dekapan Steve, namun tak sampai lama akhirnya dia coba bangkit.
Tapi sayang, pelukan Steve terlalu kuat untuk dia lepas.
"Tuan_"
"Nad, sebentar saja, aku mohon."
"Tapi ini tidak benar."
"Jadi bagaimana agar jadi benar?"
"Tuan." Nadia mendorong dada Steve, pria itu lantas sedikit merenggang pelukannya hingga mereka bisa saling tatap dengan jarak yang sangat dekat.
Deg! jantung Nadia berdegup, dia terlalu lemah untuk membalas tatapan itu. Tatapan tajam namun terlihat sendu sekaligus.
"Aku ingin memulai semuanya saat keadaan sudah baik, tapi ternyata tidak bisa. Aku terbiasa mendapatkan apapun yang aku mau," ucap Steve.
Sementara Nadia sungguh tidak paham apa maksud ucapan itu. Terdengar ambigu dan dia tidak tahu apa maksudnya.
Entahlah, pikiran Nadia seperti kosong.
"Dengarkan aku baik-baik," ucap Steve lagi, tapi kemudian dia kembali mempererat pelukan mereka. menyembunyikan wajah Nadia di dalam dekapan.
Saat membicarakan tentang hal ini dia tidak ingin melihat wajah sedih Nadia.
"Aku punya bukti yang bisa kamu gunakan di pengadilan, untuk mendapatkan Zayn agar jatuh ke tangan mu."
Nadia terdiam, hanya matanya yang sedikit melebar ketika mendengar ucapan itu.
Apa maksudnya?
Sedikitpun Nadia tidak berpikir bahwa Steve mengetahui prahara rumah tangganya, mengetahui apa yang sedang dihadapi saat ini tentang Aslan dan Cindy.
"Lebih baik kamu segera ajukan gugatan cerai itu."
Deg!
"Tuan."
"Aku tau semuanya Nad, bahkan apa yang aku tahu lebih banyak daripada yang kamu tahu."
"Tuan menyelidiki hidupku?"
"Iya."
"Kenapa? Anda sudah lancang!"
"Karena kamu adalah pelaku yang menabrak mobilku."
Nadia terdiam, jika tentang hal itu dia memang tidak berkutik.
Steve kemudian menjelaskan bahwa sebenarnya dia hanya ingin mencari pelaku yang menabrak mobilnya, tapi ternyata itu adalah Nadia, ternyata juga bekerja di perusahaannya, ternyata juga adalah istrinya Aslan, dan ternyata Aslan berselingkuh dengan Cindy.
Deg! Nadia makin tergugu, di hadapan pria ini seolah Nadia tak ada harga dirinya. Tak bisa menjaga suami hingga berselingkuh dengan wanita lain.
Hingga Steve bisa memandangnya rendah dan melakukan kontak fisik seperti ini.
Nadia menangis, dia tidak mendorong dada Steve lebih kuat. Tapi kesedihan di dalam hatinya membuat tenaganya semakin berkurang. Dia tak bisa lepas dari dekapan Steve.
"Aku akan membantu mu untuk bercerai dengan pria itu Nad. Tapi stelahnya ayo kita menikah."
"Tuan jangan seperti itu, jangan menjadikan hidup orang lain sebagai mainan."
"Aku sudah terlalu tua untuk bermain-main. Aku ingin membangun sebuah keluarga."
"Tapi kenapa aku! bahkan sekarang mau bagaimanapun pun aku ini istri orang."
"Kamu tau rasanya dikhianati, jadi tidak mungkin kamu akan mengkhianati aku nanti."
Nadia terdiam. Semua terasa kacau.
Ini seperti mimpi.
Nadia memejamkan matanya erat, menggeleng dan berharap saat membuka mata dia sudah di rumah.
Namun kemudian yang dia lihat tetaplah dadda sang Tuan.
Steve membelai lembut kepala Nadia. Bahkan mengecup keningnya sekilas.
"Aku mandi dulu, setelahnya kita lihat apa yang Jac dapatkan."
Steve bangun lebih dulu, turun dari atas ranjang.
"Tetap di kamar ku, jangan keluar," titah Steve sebelum dia masuk ke dalam kamar mandi.
Nadia bangun juga, dia duduk di tepi ranjang itu. Gamang dan bingung dengan situasi yang dia hadapi saat ini.
"Ini apa sih? kenapa jadi seperti itu? itu tuan Steve kan? aku masih hidup kan?"
Nadia mencubit tangannya sendiri dan benar-benar terasa sakit.
Saat pintu kamar mandi itu terbuka, Nadia buru-buru memunggungi, dia tidak sempat melihat Steve, bagaimana bentuk pria itu ketika keluar dari sana.
Sekitar 5 menit, Steve baru menghampiri Nadia dengan penampilannya yang sudah sangat rapi.
Tapi setelan yang dipakai Steve tidak terlihat seperti mau pergi kerja.
"Ikut aku." Steve menarik Nadia untuk duduk di sofa itu.
Mereka duduk berdampingan.
Steve lantas membuka sebuah laptop di hadapan mereka.
Lalu memutar sebuah video yang membuat Nadia menganga. Wanita cantik itu bahkan langsung memejamkan matanya dan menunduk, tak kuasa untuk melihat lebih banyak.
Nadia tidak menangis, dia jijiik.
Sampai akhirnya Nadia merasakan sebuah pelukan hangat.
"Akhiri saja semuanya, dan setelahnya ayo kita buka lembaran baru."